SEMARANG (jatengtoday.com) – Kemajuan teknologi transportasi ikut memudahkan virus menyebar kemana-mana. Maka penyelenggaraan transportasi umum tidak hanya melihat aspek keselamatan, keamanan dan kenyamanan. Sudah saatnya ditambah aspek kesehatan. Artinya ada fasilitas dan prosedur yang mementingkan pencegahan penyakit menular di dalam kendaraan.
Seperti halnya penyebaran virus Covid-19 atau virus corona yang menghebohkan dunia belakangan ini. “Merebaknya virus corona ke beberapa negara termasuk Indonesia, telah membuat pemerintah Indonesia mengantisipasi agar virus tersebut tidak menyebar luas. Pemerintah Indonesia telah menerbitkan lima protokol, salah satunya Protokol di Area dan Transportasi Publik,” ujar Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno, Selasa (17/3/2020).
Dikatakannya, apabila sedang dalam kondisi tidak sehat, jangan mengemudikan kendaraan. “Sebaiknya segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan. Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti mencuci tangan menggunakan air dan sabun, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok dan mengonsumsi NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Aditif), tidak meludah di sembarang tempat, hindari menyentuh area wajah yang tidak perlu,” katanya.
Lebih lanjut, kata dia, penumpang yang mengalami demam, batuk atau flu, sebaiknya menggunakan masker selama berada di dalam kendaraan. Lakukan pembersihan menggunakan desinfektan terutama setelah mengangkut penumpang yang mengalami demam, batuk atau flu.
Ukur suhu tubuh pengemudi, setidaknya dua kali sehari pada saat sebelum dan sesudah mengemudi. Terutama setelah membawa penumpang yang mengalami demam, batuk atau flu.
“Simpul transportasi, seperti bandara, pelabuhan laut, pelabuhan penyeberangan, stasiun, halte bus, dan terminal penumpang harus menjadi perhatian. Pasalnya, simpul transportasi salah satu tempat berkumpulnya warga untuk aktivitas bertransportasi. Terutama terminal penumpang bus dan halte bus yang tertutup harus dalam kondisi bersih,” katanya.
Joko menjelaskan, menurut data dari University of Hamburg, Jerman, sudah 2.360 orang meninggal akibat terinfeksi virus corona. Angka kematian ini termasuk kecil jika dibandingkan dengan 69.602 orang meninggal akibat cuaca dingin, 140.584 orang meninggal akibat malaria, 193.479 orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, 240.950 orang meninggal akibat HIV/AIDS, 358.471 orang meninggal akibat minuman alkohol, 716.498 orang meninggal akibat merokok dan 1.177.141 orang meninggal akibat kanker.
“Kematian akibat kecelakaan lalu lintas 82 kali lipat dibanding kematian akibat terinfeksi virus corona. Namun, persebaran virus corona yang demikian cepat ke hampir seluruh negara di belahan dunia dan sudah membuat kepanikan masyarakat, tentunya tidak harus diabaikan begitu saja. Berapapun jumlah yang meninggal adalah penting, meski hanya satu nyawa yang hilang akan sangat berharga,” katanya.
Upaya lockdown seperti halnya di Wuhan (Tiongkok), atau beberapa negara lain memang belum dilakukan. “Bisa jadi pertimbangan ekonomi menjadi penyebabnya jika suatu kota di Indonesia dilakukan lockdown. Dengan kondisi seperti sekarang ini, perekonomian masyarakat mulai menurun,” katanya.
Mencontoh dari Vietnam, lanjut dia, salah satu kesuksesannya menangkal virus corona adalah membangun Mobile Decontamination Chamber (MDC) yang diterapkan di tempat-tempat umum, seperti stasiun, terminal, mal, perkantoran. “Hal ini biasanya diterapkan di Breeding Farm, setiap yang keluar masuk wajib disterilisasi di MDC. Vietnam merupakan negara pertama yang berhasil mengendalikan, menyembuhkan, dan terbebas dari wabah virus corona,” katanya.
Operator angkutan umum juga diarahkan untuk melakukan hal sama melakukan penyemprotan disinfektan pada kendaraan yang akan digunakan. Publik pengguna jasa transportasi umum harus mendapatkan pencerahan berkesehatan dalam transportasi umum.
“Kesehatan selayaknya menjadi aspek yang perlu ditambahkan selain kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam penyelenggaraan transportasi,” katanya. (*)
editor: ricky fitriyanto