SEMARANG (jatengtoday.com) – Band Grindcore asal Semarang, AK//47 menunjukkan produktivitasnya dalam dunia musik indie. Mereka baru saja mencatat sejarah sebagai satu-satunya band asal Indonesia yang melakukan tur keliling terpanjang di Amerika Serikat.
Tak main-main, mereka menempuh perjalanan keliling di 45 pertunjukan di 41 kota negeri Paman Sam, beberapa waktu lalu. Usai tur keliling tersebut, AK//47 meluncurkan album ketiga bertajuk “Loncati Pagar Berduri”. Terdapat 13 komposisi grindcore dengan topik distopia dan aneka dekadensi akal sehat dalam masyarakat modern.
“Album terbaru ini adalah respon terhadap kejadian-kejadian di Bumi Nusantara,” kata Garna Raditya, vokalis dan gitaris AK//47, bersama Novelino Adam (bas, vokal) dan Yogi Ario (drum) saat merampungkan rekaman di Girez Studio, Semarang.
Sejumlah tema panas dibahas melalui lagu. Diantaranya tema Kaum LGBT ditangkap, tempat ibadah diserang, komoditas hoax di media sosial serta isu rasisme dalam kepentingan politik. “Itu sebagian dari adaptasi kemarahan yang afdol dalam musik grindcore kami,” ujarnya.
Hal itu seiring dengan isu imigran, chauvinisme, fasisme, homophobia yang termaktub dalam lagu AK//47. Semua lagu memakai Bahasa Indonesia. Beberapa judul menggoda seperti “Bebas Berkelamin”, “Menggugat Manusia!”, “Grinkor Petir!, “Ayat untuk Menyayat”, “Kepada Bunga yang Masih Tumbuh di Beton”, “Botol, Bensin dan Mawar Untukmu” siap menyambut penggemar grindcore.
Tentu saja, AK//47 mengemas musiknya dalam kemarahan gerinda punk yang beringas dan progresif. Pengerjaannya ditangani oleh Lawless Jakarta Records (CD) dan Disaster Records dalam bentuk kaset pita. Karya AK//47 tak lepas dari pengaruh nuansa grindcore 90-an seperti Discordance Axis, 324 dan hardcore ala Disrupt dan Totalitar.
Sebelumnya, album kedua “Verba Volant, Scripta Manent” 2016 masuk dalam 20 album terbaik versi majalah Rolling Stone Indonesia. Setelah itu, sang gitaris, Garna, pindah ke Amerika Serikat (AS) sebagai imigran dan melanjutkan karier musiknya di Oakland, California (CA). Ia juga menyunting gadis asal Amerika Serikat dan tinggal di sana.
Kondisi itu membuat Garna mengubah konsep pengelolaan AK//47 dengan melibatkan personel lintas negara. Pada September 2017, Damian Talmadge (VIOLENT OPPOSITION, ex-LACK OF INTEREST ) bas dan Mark Miller, drum (ex-ANISOPTERA) sebagai personel tambahan.
Hal ini guna melangsungkan tur di AS agar tidak terhalang urusan imigrasi dan tiket penerbangan. Praktis, AK//47 memiliki chapter di AS yang disebut-sebut sebagai band grindcore Indonesia yang melangsungkan tur terpanjang di AS.
Dengan segala upaya, AK//47 mewujudkannya pada turnya yang pertama, 20 April-1 Juni 2018 silam. Berlangsung di West Coast dengan total 23 kota di negara bagian California, Washington, Oregon, Utah, Idaho dan Montana. Belum lama ini AK//47 merampungkan tur kedua, mulai dari negara bagian Oregon, Idaho, Utah, Colorado, Kansas, Missiouri, Maryland, New York, Pennsylvania, Michigan, Wisconsin, Minnesota, North Dakota, Montana, Washington, dan California.
Tur tersebut bersama unit grind/powerviolence, VIOLENT OPPOSITION (Oakland, CA) mengitari AS di 21 kota dari West Coast ke East Coast pada 16 Oktober-17 November 2018 dan mengakhiri tur nya di San Fransisco, CA. Selama delapan kota pertama, tur berlangsung bersama grup grindcore legendaris ANTIGAMA asal Polandia, ROTTENNESS (Meksiko), serta beberapa pertunjukan dengan COGNIZANT (Dallas, Texas).
Tidak hanya menghasilkan konser keliling dan album baru, AK//47 juga sedang mengerjakan video dokumenter dari perjalanan tur 45 pertunjukan pada 41 kota di AS tersebut. “Dokumenter ini sebagai selebrasi 20 tahun AK//47 di tahun 2019, sekaligus upaya mengarsipkan awal perjalanan kami hingga saat ini,” terang Garna. (*)
editor : ricky fitriyanto