in

Unik, Masjid di Semarang Ini Punya Menara Bekas Mercusuar

SEMARANG (jatengtoday.com) – Masjid yang terletak di Jalan Layur 33 Kampung Melayu, Kota Semarang ini terbilang unik. Namanya Masjid Menara Layur. Meski kecil, masjid tersebut mempunyai sebuah menara besar yang dulunya merupakan bekas mercusuar. Sayang, beberapa bagiannya mulai terbengkalai.

Dari luar, masjid yang berada di samping gudang tak terawat ini tampak mencolok, dengan tembok berwarna hijau cerah. Bangunan utama masjid bisa terlihat melalui celah lorong gerbang. Di sebelah kanan masjid bagian dalam terdapat menara yang menjulang tinggi. Dari kejauhan orang bisa mengenali lokasi masjid melalui menara ini.

saudagar Arab yang berasal dari Yaman mengalihfungsi kantor pelabuhan menjadi masjid
Bangunan Masjid Menara Layur. baihaqi/jatengtoday.com.

Menara yang dulunya bekas mercusuar pelabuhan Semarang tersebut didominasi warna putih dengan sedikit tambahan merah dan hijau. Dari dekat, warna menara terlihat pudar, sebagian temboknya terkelupas.

Parahnya, atap dari menara bersejarah ini sudah tak utuh lagi. Keropos. Lapuk dimakan usia.

Menurut pengurus masjid, Ali Mahsun, sempat ada wacana renovasi Masjid Menara, tetapi hingga sekarang belum terlaksana. “Rencana renovasi masjid itu sudah lama, sudah 2 tahunan lebih, tapi ini malah belum dibahas lagi,” ujarnya.

Kemungkinan, kata Ali, program renovasi terkendala biaya. Karena jika mengandalkan dana dari kas atau iuran takmir, jelas tidak cukup. Dirinya juga tidak mengetahui secara pasti, sebab bukan ketua. Yang jelas sampai saat ini belum ada pembahasan lagi.

Selaku pengurus, Ali sebenarnya ingin peninggalan bersejarah ini bisa terus lestari.

Dia bercerita, pasca Pelabuhan Semarang dipindah, kondisinya tak terurus. Lalu pada tahun 1802 para saudagar Arab yang berasal dari Yaman mengalihfungsi kantor pelabuhan menjadi masjid. Sedangkan mercusuar dimanfaatkan sebagai menara pengeras suara untuk mengumandangkan adzan.

“Meskipun dialih fungsi, orisinalitas bangunan sebenarnya masih terjaga. Tidak ada perubahan yang cukup berarti,” imbuhnya.

Sampai saat ini, masjid masih digunakan untuk keperluan ibadah sehari-hari, seperti sholat jamaah dan ibadah lainnya. Hanya saja, sejak awal difungsikan memang masjid ini tidak untuk sholat Jumat. Alasannya, kata Ali, barangkali karena masih ada masjid besar disekitarnya yang masih longgar, seperti Masjid Kauman.

Secara umum, pihaknya akan terus berusaha semampunya untuk merawat bangunan bersejarah tersebut, meski dengan segala keterbatasannya. (*)

editor : ricky fitriyanto

Baihaqi Annizar