in

Ujicoba BRT Low Deck Scania, Perlu Audio Visual Tunarungu dan Tunanetra

SEMARANG (jatengtoday.com) – Kepala Badan Layanan Umum Unit Pelaksana Teknis Daerah Trans Semarang, Ade Bhakti Ariawan menyatakan ujicoba penggunaan Bus Low Deck Scania Chassis K250 UB – 4X2 di Koridor 1 Rute Mangkang – Penggaron mulai Senin 11 November 2019 telah siap.

“Bus Low Deck ini akan beroperasional pagi dan sore hari masing-masing 2 trip dan akan beroperasional hingga 30 November 2019,” ungkapnya, Minggu (10/11/2019).

Dikatakannya, sebelumnya pihaknya mengaku telah melakukan ujicoba untuk mengetahui kondisi medan jalan pada Kamis (07/11/2019) lalu. “Dari ujicoba tersebut diketahui kontur medan jalan di Koridor 1 sangat layak dilalui. Kami ingin memastikan sebelum beroperasional, bus ini nyaman digunakan,” ujarnya.

Menurutnya, masyarakat terlihat antusias menyambut penggunaan bus low deck ini. Hal tersebut berdasarkan respons masyarakat melalui postingan Media Sosial Instagram @Transsemarang pada Rabu (06/11) yang hingga Sabtu (09/11/2019) malam telah mendapat 2.175 like dan 613 komentar.

“Bus Low Deck ini berkapasitas 41 tempat duduk yang menghadap depan dengan seat 2X2, kemudian terdapat 2 kursi lipat, 1 tempat kursi roda, 1 kursi untuk operator dan 25 pegangan untuk penumpang yang berdiri. Di dalam bus juga dilengkapi dengan 7 CCTV dan pengaman untuk kursi roda,”  imbuhnya.

Sementara itu, aktivis Komunitas Peduli Transportasi Kota Semarang (KPTS), Theresia Tarigan mengatakan, pihaknya menyambut baik pengadaan bus low deck tersebut. “Ini merupakan langkah awal yang baik memenuhi amanat PM 98/2017 inklusi di bidang transportasi,” katanya.

Menurutnya, bus low deck sangat diperlukan karena sesuai dengan Permenhub PM Nomor 98 Tahun 2017 untuk mobilitas masyarakat berkebutuhan khusus baik sahabat difabel, manula, ibu hamil, ibu menggendong anak, dan anak-anak.

“Bus low deck akan mencegah penumpang yang banyak terpeleset saat turun maupun naik bus Trans Semarang. Dengan bus low deck akan menambah kenyamanan dan waktu yang diperlukan untuk naik dan turun penumpang,” katanya.

Dia berharap agar segera dapat diupayakan peremajaan bus Trans Semarang menjadi low deck. Sehingga paling tidak sementara sudah kombinasi low deck dan bus tinggi.

“Pengadaan bus low deck idealnya diadakan oleh operator Trans Semarang dari pembayaran layanan per- km yang mencukupi untuk memenuhi spek wajib yaitu bus low deck jaminan mutu Mercedez Benz,” katanya.

Tidak hanya itu, lanjut dia, setelah bus low deck terealisasi, jangan lupa penyediaan fasilitas untuk kursi roda agar dapat naik ke dalam bus. Selain itu juga dibutuhkan fasilitas audio visual informasi halte untuk sahabat tunarungu dan tunanetra.

“Hal yang lebih penting adalah akses warga terhadap Trans Semarang yang seharusnya permukimam berjarak 400-500 meter ke halte angkutan umum. Oleh karena itu pengembangan feeder juga mendesak,” katanya. (*)

editor : tri wuryono

Abdul Mughis