SEMARANG (jatengtoday.com) – Selama bertahun-tahun, penanganan banjir dan rob menjadi permasalahan yang memeras energi di Kota Semarang. Hingga saat ini berbagai upaya penanganan terus dilakukan, seperti normalisasi sejumlah sungai.
Diantaranya Sungai Sringin, Babon, Tenggang, Kali Banger dan Banjir Kanal Timur (BKT) dalam proses pembangunan normalisasi secara bertahap. Tidak hanya itu, pembuatan polder, dan penataan sistem drainase juga dilakukan secara bertahap.
Sebagai puncaknya, adalah pembangunan jalan tol sekaligus berfungsi sebagai tanggul laut di wilayah pesisir utara Kota Semarang. Proyek ini digadang-gadang menjadi solusi final yang bisa membebaskan dari persoalan banjir dan rob.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi merasa optimis dan yakin jika 2020 mendatang Kota Semarang telah terbebas dari banjir dan rob. Maka mitos dalam lagu ‘Semarang Kaline Banjir’ akan bisa dilepaskan.
“Di akhir periode kami (2020), mimpinya bisa melepaskan mitos lagu Semarang Kaline Banjir,” kata Hendi sapaan akrab Hendrar Prihadi, di Balai Kota Semarang, Jumat (14/9/2018).
Alasan mengapa 2020 mendatang Kota Semarang terbebas banjir dan rob, kata Hendi, pembangunan tanggul laut sekaligus berfungsi sebagai jalan tol di wilayah pesisir yang menghubungkan antara Kabupaten Kendal, Kota Semarang dan Demak dapat segera dimulai pembangunan.
Dia bersama pejabat Pemkot Semarang, termasuk Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu telah melakukan rapat dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengenai pembangunan Tol Tanggul Laut. Pembangunan tersebut juga telah mendapat persetujuan dari Presiden Joko Widodo.
“Keputusan rapat hari ini, tahun depan akan dimulai pelaksanaan kegiatan Jalan Tol Tanggul Laut dari Kendal menuju Semarang,” terangnya.
Pembangunan Tanggul Laut ini telah lama diidam-idamkan untuk bisa melindungi Kota Semarang dari ancaman banjir. Saat ini dalam proses lelang. “Mungkin akhir tahun ini bisa dilaksanakan,” katanya.
Setelah pembangunan Jalan Tol Tanggul Laut ini selesai, Hendi yakin permasalahan rob dan banjir bisa dikendalikan. “Banjir tidak akan terjadi lagi pada 2020,” katanya.
Tidak hanya di wilayah Semarang Timur, Semarang Tengah, hingga Semarang bagian Barat juga akan terbebas banjir. “Ini semua berkat kesungguhan kita semua, keseriusan bapak ibu untuk turut mewujudkan Semarang menjadi lebih baik,” katanya.
Wakil Ketua Komisi C DPRD Kota Semarang, Wachid Nurmiyanto sebelumnya mengatakan, secara fisik progres pembangunan untuk penanganan banjir dan rob cukup signifikan.
Namun apabila mengacu konsep Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) secara rinci, penanggulangan banjir dan rob selama ini baru bersifat reaktif. Artinya, penanganan dilakukan setelah banjir dan rob tersebut terjadi.
“Belum bisa disebut upaya penanggulangan rob dan banjir secara paripurna sesuai RPJMD. Memang butuh waktu bertahun-tahun, tetapi harus dilakukan secara simultan yang meliputi penanganan sementara dan penanganan jangka panjang,” katanya.
Secara jangka panjang penanganan banjir, sebetulnya telah ada konsep sejak dahulu kala. Diantaranya, di wilayah dataran tinggi dibuatkan terminal air dalam bentuk bendungan. “Saat ini, sudah ada bendungan Waduk Jatibarang. Berikutnya, sungai-sungai dilakukan normalisasi semua. Luas, kedalaman, tanggul sungai dinormalkan semua,”
Termasuk di bagian dekat laut, dibuatkan polder yang berfungsi sebagai penampungan air ketika rob maupun banjir. “Polder Banger itu sebetulnya belum rampung. Belum bisa berfungsi sebagai polder semestinya,” katanya.
Hanya saja untuk merealisasikan secara keseluruhan diperlukan biaya besar. Sehingga konsep penganggarannya meliputi pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Jateng dan Pemerintah Kota Semarang.
“Prosentase anggarannya, pemerintah pusat 50 persen, pemerintah provinsi 25 persen, dan pemerintah kota 25 persen,” katanya.
Persoalannya, lanjut dia, program itu sudah dirancang dan ada kesepakatan bersama. Tetapi dalam pelaksanaannya tidak direalisasikan secara tuntas. “Bukan tidak dikerjakan, sebagian sudah jalan. Tapi tidak tuntas,” katanya. (*)
editor : ricky fitriyanto