SEMARANG (jatengtoday.com) – Beberapa dekade lalu, Kuda Lari sempat menjadi primadona penggila togel. Meski sempat berjaya dan berlangsung lama, sindikat togel tersebut berhasil dibekuk penegak hukum. Alasannya, karena togel masuk dalam golongan perjudian yang harus diberangus.
Tak lama setelah kematian Kuda Lari, malah muncul lingkaran togel baru. Yakni togel Singapura (SGP) dan Hongkong (HK). Kedua lotre tersebut sebenarnya sudah ada sejak lama. Tapi baru ngetren setelah Kuda Lari tumbang.
Secara garis besar, sistem togel antara Kuda Lari, SGP, dan HK, sama. Masing-masing mengeluarkan 4 digit angka. Pemasang bisa menebak 4 angka sekaligus, 3 angka, 2 angka atau buntut (BT), atau cuma 1 angka atau colok. Bisa juga menebak dua atau tiga angka secara acak.
Jam keluar angka HK dan Kuda Lari juga sama. Yakni sekitar pukul 23.00 WIB setiap malam. Hanya saja, sebenarnya HK keluar 6 digit angka. Tapi di Indonesia, dua digit depan dihilangkan untuk menyisakan 4 digit saja.
Kalau togel SGP, keluarnya setiap sore. Sekira pukul 17.40 WIB. Hanya saja, tidak setiap hari nomor SGP keluar. Selasa dan Jumat, libur.
Melihat jam keluar togel yang berbeda, pemain lotre justru dimanjakan. Mereka mencoba peruntungan dua kali dalam sehari. Siang bisa pasang SGP, malamnya pasang HK. Jika nembus dua-duanya, bisa dipastikan pemasang akan ‘panen raya’. Sebaliknya, kalau lolos semua, isi dompet bakal cepat terkuras.
Beda dari Kuda Lari, nomor keluar HK dan SGP bisa diakses lewat smartphone. Tinggal berselancar lewat internet, pemasang bisa tahu nomor yang keluar. Hanya mengetik kata kunci ‘toto HK’ atau ‘toto SGP’, pemasang tidak perlu harus datang ke tempat mereka beli lotre. Kecuali nembus untuk ambil hadiah.
Membeli nomor pun sama. Sekarang, sudah banyak penyedia jasa yang memberi fasilitas penggila togel untuk basang nomor via online. Meski begitu, penjual konvensional juga masih banyak ditemukan.
Di Kota Semarang, penjual nomor masih subur di perkampungan. Di wilayah Kecamatan Ngaliyan saja, nyaris setiap kelurahan ada puluhan titik yang menjual togel SGP dan HK. Jualannya pun blak-blakan.
Tidak seperti Kuda Lari, penjual togel SGP dan HK seolah tak pernah disentuh aparat penegak hukum. Penjual lotre masih leluasa melayani pemasang nomor, siang dan malam.
Bukannya diberangus, togel HK dan SGP diduga dijadikan ladang emas bagi oknum aparat. Nyaris setiap hari, mereka mampir ke penjual togel untuk minta setoran keamanan. Jika penjual togel masih ingin bisnis mereka lancar, ditengarai harus ikhlas memberikan sejumlah rupiah kepada oknum tersebut.
Seperti yang dibeberkan IS. Mantan pengecer togel ini membeberkan, ada banyak oknum yang memanfaatkan para penjual nomor. Yang kerap dimintai uang keamanan hanya di tingkat pengecer.
“Yang bawa mobil kancil, datang tiap hari. Dikasih Rp 30 ribu. Kalau berbaju preman Rp 50 ribu per orang. Datangnya memang nggak tiap hari, paling seminggu tiga kali. Tapi biasanya dua orang. Ada juga oknum yang biasanya datang tiga sampai lima orang. Masing-masing juga Rp 50 ribu,” bebernya.
Meski banyak uang yang harus dikeluarkan untuk keamanan, pengecer tetap bisa mengantongi ratusan juta rupiah tiap hari. Sebab, pengecer dapat komisi 20 persen dari total lotre per hari.
“Kalau agen hanya dapat 10 persen. Sehari bisa setor jutaan. Pas ramai, bisa sampai puluhan juta. Komisinya lumayan. Belum lagi, biasnya dapat kembalian dari orang yang nembus banyak,” tegasnya. (*)