DEMAK (jatengtoday.com) – Salah satu upaya di bidang pertanian untuk meningkatkan kandungan gizi pangan adalah dengan Biofortifikasi.
Pasalnya meningkatkan kandungan gizi pangan merupakan salah satu faktor penting dalam ketahanan pangan nasional. Biofortifikasi beras menjadi penting sebagai salah satu inovasi dalam memperbaiki mutu gizi beras melalui peningkatan kandungan zat gizi, di antaranya mineral besi dan seng.
Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Demak Agus Herawan SIP MM menjelaskan bahwa ada beberapa keuntungan dari biofortifikasi diantaranya adalah dapat dikembangkan pada bahan makanan pokok.
Lebih murah dan menguntungkan dari segi budi daya karena benih yang telah terfortifikasi hanya diperlukan sekali di awal penggunaan, selanjutnya benih dari pertanaman berikutnya dapat dikembangkan lebih lanjut oleh petani lain. Bermanfaat bagi masyarakat konsumen rawan gizi, dan produksi tinggi dan ramah.
Menurutnya secara umum terdapat dua upaya biofortifikasi padi, yaitu melalui pemuliaan tanaman secara konvensional dan transformasi gen atau rekayasa genetik (bioteknologi).
Diketahui bahwa Biofortifikasi konvensional merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kandungan gizi tanaman melalui persilangan konvensional dengan memanfaatkan plasma nutfah yang memiliki karakter yang beragam.
Pemuliaan tanaman padi juga dapat diarahkan untuk mendapatkan varietas yang mempunyai kandungan mineral tinggi, seperti Fe untuk menanggulangi masalah anemia gizi besi.
Syarat utama yang harus dipenuhi dalam memperbaiki kandungan mineral varietas padi adalah tersedianya plasma nutfah dengan keragaman genetik yang memadai untuk karakter yang akan diperbaiki, dalam hal ini kandungan Fe tinggi pada padi.
Tahapan berikutnya adalah menyilangkan tanaman padi dari plasma nutfah yang telah teridentifikasi untuk menghasilkan genotipe atau varietas unggul baru yang memiliki kombinasi karakter yang diinginkan.
Jika varietas yang mengandung mineral besi dan seng tinggi telah dihasilkan melalui perakitan tanaman maka dapat dikembangkan lebih lanjut dalam skala luas. Hal ini diharapkan berkontribusi terhadap peningkatan kandungan gizi beras yang akan dikonsumsi masyarakat luas.
Cara ini dinilai sebagai salah satu intervensi gizi bagi konsumen beras secara berkelanjutan dan murah karena dapat dijangkau oleh berbagai lapisan masyarakat, terutama konsumen dari golongan ekonomi menengah ke bawah.
Rekayasa genetik merupakan salah satu aplikasi bioteknologi modern dalam biofortifikasi tanaman. Dewasa ini penelitian transformasi gen telah berkembang pesat, termasuk dalam mendapatkan varietas unggul padi kaya mineral.
Ada lima hal yang perlu mendapat perhatian dalam pengembangan biofortifikasi padi yakni variabilitas genetik besi padi dan penggunaannya dalam program pemuliaan tanaman, keuntungan dan kerugian mengembangkan varietas padi kaya besi, perubahan pola makan konsumen, manfaat mengonsumsi beras yang mengandung zat besi bagi tubuh, dan program intervensi lain yang lebih murah dibandingkan dengan program pemuliaan tanaman dalam menanggulangi anemia gizi besi. (*)