Buku ini tentang mengenal gangguan (distraction) dan bagaimana mengendalikan diri jika gangguan datang.
Hidup orang sekarang, terlalu banyak gangguan (distraction). Pekerjaan menghadapi banyak orang, keluarga yang terus tumbuh, feed media sosial, berita online, notifikasi, dan pertemanan, semua itu menciptakan konsekuensi logis bernama gangguan-perhatian.

Gangguan menyebabkan depresi jika tidak kamu tangani dengan cepat
Gangguan bukan masalah kecil. Jika gangguan kamu biarkan, bisa menjadi pemicu depresi. Gangguan dan depresi itu berhubungan, saling mempengaruhi, dan menghasilkan keputusan bawah-sadar kamu.
Mengalami gangguan berarti masuk ke disfungsi, di mana kamu terlibat dalam segala hal, agar tetap fokus.
Bisa mengelola gangguan, akan memperkecil resiko mengalami depresi. Berhenti merokok, misalnya, bisa mengurangi resiko terkena sakit paru-paru. Tidak asal-klik link, hanya karena penasaran “ini apa?”, bisa membuatmu terhindari dari jebakan iklan.
Jadi, bagaimana caranya menghadapi gangguan?
Kenali dan pahami gangguan agar bisa kendalikan diri kamu ketika menghadapi gangguan itu.
Orang sering secara tak-sadar memprioritaskan gangguan. Hasilnya, konsekuensi negatif terhadap pekerjaan dan hidup orang-orang di sekitar kamu.
Misalnya, orang merindukan interaksi fisik khusus dengan orang lain, namun kemudahan teknologi (video conference, chat) justru mempersulit momen fisik dengan keluarga dan teman dengan lebih memilih video conference.
Kalau kamu buat prioritas, hasilnya akan berbeda. Pekerjaan selesai, keluarga senang, dan kamu menikmati “me time” lebih lama.
Banyak nasehat yang melarang memakai smartphone, menganggap media sosial itu jahat. Menyalahkan dan menghentikan teknologi, sama sekali bukan solusi. Menghapus pemakaian teknologi, bukan jaminan hilangnya gangguan. Ada cara lain.
Mengendalikan Gangguan
Yang salah bukan teknologi itu, melainkan cara mereka menangani gangguan.
Manusia selalu ingin yang terbanyak, entah butuh atau tidak.
Ada cerita di mitologi Yunani. Zeus membuang Tantalus, karena Tantalus teralu banyak keinginan dan kebutuhan, tidak bisa terpuaskan dengan apa yang ia miliki. Tantalus dihukum di tempat di mana hanya ada 1 pohon dengan 1 buah di atasnya dan aliran air di bawah kaki. Kalau Tantalus mencoba memetik buah itu, ternyata buah itu menjauh darinya. Setiap ia mau minum, air itu menjauh.
Keinginan manusia diklasifikasikan menjadi “daya tarik” dan “gangguan”. Daya tarik menjanjikan sesuatu yang bernilai, namun sebaliknya, gangguan menarik kamu untuk menjauh dari nilai itu.
Apa artinya tidak terganggu? Artnya, kamu dapat melakukan apa yang kamu rencanakan.
Motivasi hampir mirip dengan gangguan..
Gangguan sering disalahartikan sebagai motivasi. Zoe Chance, dari Yale School of Management, menceritakan ini kepada audien TEDx. Zoe memakai aplikasi pedometer yang bisa menghitung langkah ketika kamu berlari. Pemakai mendapatkan poin bonus. Zoe termotivasi untuk berjalan. Semula ia ingin bugar dengan bantuan pedometer, namun perilaku pemakai menjadi bergeser, dari ingin bugar menjadi ingin semakin meraih poin bonus. Zoe termotivasi dengan poin bonus, namun itu menjadi gangguan selama berolahraga.
Batasi kebutuhan dan keinginan.
Kelola motivasi. Bedakan dari gangguan. Kamu menjadi tidak bisa terganggu.
Apa ciri gangguan itu? Ciri gangguan: waktu dan usaha banyak yang terbuang percuma untuk hal-hal yang belum tentu bernilai bagi hidupmu.
Kebutuhan konstan terhadap lebih banyak barang, akan mendorong perasaan. Gelisah, cinta, sedih, mendorong orang untuk mencari kesibukan. Orang mencari pengalihan perhatian untuk melupakan atau mengabaikan kesedihan, mengatasi rasa sakit, dan pikiran negatif.
Ketidaknyamanan bisa menjadi inspirasi.
Ubah dari “negatif” ke “positif” dengan..
.. mengatakan “Tidak”. Ini tidak mudah, namun ini solusi yang terlihat hasilnya. Penolakan, memang tidak mudah. Penolakan bisa mengarah kepada desakan yang lebih kuat dari para pembujuk, menjadi hinaan. Orang mudah takut, dalam wujud gengsi, marah, ingin cepat selesai, ingin memgerjakan semuanya secara serentak. Dan apa yang sudah memasuki pikiran sangat sulit disingkirkan.
Fyodor Dostoevsky, tahun 1863, mengajukan tes. Ia meminta orang-orang “tidak memikirkan beruang putih dari Kutub”. Mereka justru memikirkan itu. Pikiran yang [diminta] tidak memikirkan sesuatu, justru menjadi gangguan.
Menahan keinginan justru bisa menjadi dorongan kuat untuk segera melakukan apa yang kamu inginkan itu.
Pikiran di kepala tidak dapat kamu kendalikan. Yang bisa kamu kendalikan adalah apa yang harus kamu lakukan terhadap pikiran itu. Bagaimana cara mengendalikan pikiran yang mengganggu?
Mengendalikan Pikiran yang Mengganggu
Ada empat langkah untuk membantu Anda mengendalikan pikiran yang mengganggu.
1. Perhatikan ketidaknyamanan.
Pemeriksa hal-hal yang membuat kamu teralihkan, seperti merasa cemas, memiliki nafsu keinginan, merasa gelisah, atau berpikir Anda tidak kompeten.
2. Catat pemicu gangguan itu.
Sekali waktu, catat dan pikirkan: kapan kamu terganggu? dalam momen apa? dan bagaimana reaksi kamu atas gangguan itu? Pasti ada pemicu, yang mengundang reaksi kamu.
3. Jelajahi penginderaan kamu.
Sensation atau penginderaan, perlu kamu jelajahi. Perhatikan, seperti apa reaksi kamu ketika sangat senang (sampai lupa waktu) atau ketika kamu ingin melarikan-diri dari menyelesaikan masalah.
4. Perhatikan momen liminal kamu.
Momen liminal itu perpindahan dari 1 aktivitas ke aktivitas lain. Pernahkah kamu berpikir, “Setelah ini, mau melakukan apa?” atau justru sebaliknya, “Saya tadi melakukan apa saja?”. Bingung dan tanpa menyelami aktivitas, terjadi karena kamu mengabaikan momen perpindahan. Intinya, ingat apa yang akan kamu lakukan “setelah ini”, dan lakukan sebisa mungkin, secara sadar. Awalnya, memang tidak mudah. Terapkan peraturan “10 menit”. Baiklah, saya boleh break. Setelah 10 menit, akan kembali kepada pekerjaan berikutnya.
Jadi, kendalikan pikiran mengganggu dengan 4 hal berikut:
Mengendalikan Pikiran yang Mengganggu
Kendalikan pikiran yang mengganggu dengan 4 langkah berikut:
1. Perhatikan ketidaknyamanan.
2. Catat pemicu gangguan itu.
3. Jelajahi penginderaan kamu.
4. Perhatikan momen liminal kamu.
Menurut Ian Bogost, bersenang-senang tidak harus selalu melakukan sesuatu yang menyenangkan. Kegembiraan tidak harus dalam bentuk enak dan tawa.
Saat kamu “bermain”, di masa kecil, kamu tidak selalu menang dan tertawa. Jatuh dan kalah adalah bagian dari “bermain”, pengalaman berharga, yang bisa kamu kenang. Bekerja juga demikian. Perlakukan pekerjaan secara menyenangkan. Ada pahit dan susah di dalamnya.
Kurangi kebergantungan. Contoh kebergantungan itu “tidak bisa berpikir, tanpa mendengarkan musik”. Coba latih agar tidak terlalu tergantung kepada musik ketika sedang bekerja. Pikirkan 1 lagu sebagai reward, ketika break sebentar, bukan sebagai pengiring selama bekerja.
Bermain-main bisa meningkatkan produktivitas. Bermain-main akan menjauhkan kamu dari gangguan.
Sudah Berencana, Ternyata Mudah Gagal..
Kemauan keras bukanlah alat yang bisa mengontrol temperamen kamu. Apa yang bisa mengendalikan temperamen kamu? Dengan bermain-main.
Ketika kamu bermain-main, kamu tanpa beban. Seperti iseng, namun hasilnya belum tentu demikian. Bermain-main, tidak terpaku pada deadline, tanpa perintah, tanpa agenda, namun hasilnya lebih terlihat. Mendengarkan seorang kawan menceritakan ringkasan buku, bisa membuat kamu ikut membaca dan ada sesuatu yang bisa kamu bawa pulang.
Kekuatan dan ketidakberdayaan kamu ditentukan cara kamu mengukurnya.
Jangan sebut “sesuatu” sebagai gangguan, kecuali kamu tahu dari mana gangguan itu berasal dan bagaimana ia membuatmu terganggu.
Kalau di dunia ini ada yang paling kamu patuhi, mulailah dengan percaya diri bahwa kamu bisa dipercaya. Caranya dengan melatih memenuhi apa yang sudah kamu rencanakan. Buatlah pedoman bagi diri sendiri, akan mengerjakan apa.
Setiap orang memiliki 3 domain: pekerjaan, hubungan, dan “saya”. Jadwalkan waktu untuk diri sendiri lebih dahulu. Pekerjaan dan hubungan, tidak ada tanpa kamu memiliki waktumu sendiri.
Luangkan waktu bersama orang-orang yang berkualitas, yang tidak memberikan banyak gangguan. Luangkan waktu dan lakukan keterlibatan fisik dengan keluarga.
Mengalahkan Pemicu Gangguan
Pemicu eksternal sangat mempengaruhi gangguan. Pemicu internal bisa berupa sinyal susah, notifikasi yang terlalu sering, kesibukan membuka iklan, menuruti rasa penasaran, ketakutan ketinggalan berita, dll. Itu tidak berbahaya. Pemicu eksteranal hanyalah pemicu. Bukan pengendali atas apa yang akan kamu lakukan. Pemicu eksternal bisa menjadi daya-tarik, bukan gangguan. Pemicu eksternal yang menyebabkan jeda di tengah pekerjaan dan terlalu sering, bisa menghambat kreativitas.
Jika tidak bisa bertahan, cobalah menjauh. Tidak harus mematikan smartphone. Mungkin kamu bisa atur notifikasi, atau silent saat bekerja, atau aktifkan DND (tanpa internet) ketika sedang bekerja.
Bekerja Lebih Baik dengan Smartphone
Selain itu, hanya baca informasi yang tidak bias. Informasi terbaik, tidak berasal dari bias berpikir, bukan dari kesalahan berlogika, bukan ikut-ikutan. Pilih bacaan terbaik.
Kamu lebih berkuasa dari gangguan apapun. Kamu lebih berharga daripada pikiranmu, sebagus apapun itu. Gangguan selalu ada, namun sekali lagi, tentukan: Apakah benar ini gangguan? Bisakah saya mengendalikan reaksi saya jika gangguan ini datang?
Sebanyak apapun gangguan, kalahkan dengan memulai mengenali gangguan itu. [dm]