SEMARANG (jatengtoday.com) – Desa Wisata Kampung Susu Sumogawe terus berkembang. Kini, tempat wisata di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang ini punya rest area dan mobil shuttle.
Bagian Pemasaran Desa Wisata Kampung Susu, Sri Wuryani menjelaskan, mengembangkan tempat wisata bukanlah hal mudah. Apalagi dua tahun lalu diterjang pandemi hingga tempat-tempat wisata tidak bisa beroperasi.
Tak hanya itu, teknis pengembangan wisata pun terantuk banyak kendala. Mulai dari sarana dan prasarana hingga pentaan UMKM.
“Dulu awalnya banyak kendala. UMKM tidak tertata dengan rapi, baik secara tempat karena belum punya rest area. Kalau ada kunjungan kita tempatkan di balaidesa ala kadarnya, atau kalau tidak kita ke warga,” ungkapnya, Minggu (20/3/2022).
Meski begitu, baginya kendala merupakan tantangan yang harus dilewati. Dengan ketekunan, semua biasa diatasi.
“Kami bisa jalankan Desa Wisata Kampung Susu ini dengan baik, dan UMKM dapat tertata rapi karena di sini ada tempat pameran, kita bisa seluruh umkm sekitar 50-60 bisa tercover. Kalau ada kinjungan mereka bisa menitipkan produk di pamerkan di tempat yang disediakan desa melalui bantuan tersebut,” imbuhnya.
Saat ini, Desa Wisata Kampung Susu menawarkan paket wisata. Mulai dari edukasi produk dan susu perah hingga rest area untuk menikmati kuliner khasnya.
“Paket wisata mulai harga Rp 40 ribu sampai 200 ribu per orang. Saat ini per Minggu ada dua sampai tiga kelompok yang berkunjung, kebanyakan siswa dan ibu-ibu PKK,” tandasnya.
Bantuan Rp 1 Miliar
Keseriusan pengembangan ini menjadi alasan Pemprov Jateng memberi bantuan dana segar sebesar Rp 1 milar kepada Desa Wisata Kampung Susu pada 2020 lalu.
Kepala Desa Sumogawe, Marsudi Mulyo Utomo menjelaskan, bantuan tersebut dimanfaatkan untuk pengembangan sarana dan prasarana wisata.
Desa wisata yang diresmikan sejak tahun 2017 lalu itu, mulanya hanya mengandalkan produk olahan makanan yang berbahan baku susu sapi.
Seperti sabun susu, permen susu, yogurt, serta lainnya yang diproduksi secara rumahan oleh warga.
Biasanya, produk tersebut dipamerkan di balaidesa setempat jika ada kunjungan wisatawan. Atau, memanfaatkan rumah warga yang memiliki usaha susu olahan.
“Awalnya kendala yang dialami itu permasalahan finansial, kesadaran masyarakat dan lahan. Alhamdulillah tahun 2020 saya mendapat bantuan dari Pak Gubernur Rp 1 miliar, saya belikan dua mobil shuttle, bangun rest area dan juga ada gazebo, patung sapi dan parker,” ujarnya.
Menurutnya, bantuan sebesar itu sekaligus sebagai bentuk kepedulian Pemerintah Provinsi terhadap perkembangan desa wisata.
“Iya itu salah satunya untuk memompa semangat Pokdarwis (kelompok sadar wisata),” lanjutnya.
Anggarkan Rp 18,5 Miliar
Kasi Pengembangan Daya Tarik Wisata Disporapar Provinsi Jateng, Riyadi Kurniawan mengatakan bahwa bantuan Desa Wisata dilakukan sejak tahun 2020. Saat itu pihaknya sudah menganggarkan Rp 18,5 miliar untuk 100 desa, dan pada 2021 jumlah yang dianggarkan Rp 32 miliar untuk 260 desa.
Sedangkan ntuk tahun 2022, anggaran bantuan desa wisata dialokasikan Rp18,5 miliar.
“Di tahun 2022 ini kita sudah menganggarkan Rp 18,5 miliar untuk 131 desa wisata,” katanya.
Melalui dana pengembangan desa wisata itu, kata dia, potensi desa diharapkan bisa digali dan menjadi sejumlah sajian pariwisata atau produk pariwisata.
“Sehingga nantinya kita punya berbagai macam pilihan kepada wisatawan, untuk ditawarkan ke desa wisata yang dikunjungi. Itu sebagai pengungkit ekonomi masyarakat tingkat desa,” jelas Riyadi.
Ditambahkan, jumlah desa wisata di Jateng juga terus meningkat. Dari yang semula pada beberapa tahun lalu hanya sekitar 500 desa, sekarang naik menjadi 717 desa.
“Masing-masing desa wisata diharapkan mempunyai keunikan tersendiri, atau memiliki perbedaan antara satu desa dengan desa wisata lainnya,” tandasnya. (*)