SEMARANG (jatengtoday.com) – Presiden Joko Widodo berkunjung ke Semarang, Selasa (30/6/2020). Jokowi ingin melihat langsung perkembangan penanganan Covid-19 di Jateng. Pasalnya, indeks penularan Covid-19 di Jateng tertinggi nasional. Yakni di angka 1,57. Sementara Sulawesi Selatan yang berada di urutan kedua, hanya 1,26.
Saat menggelar pertemuan di Gradhika Bhakti Praja, Jokowi berpesan kepada Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo untuk menekankan pentingnya gas dan rem dalam menangani wabah corona. Sebab, ini berkaitan dengan masalah kesehatan dan ekonomi.
“Gas dan remnya ini betul-betul diatur, jangan sampai melonggarkan tanpa sebuah kendali rem sehingga mungkin ekonominya bagus tapi Covid-nya juga naik. Bukan itu yang kita inginkan. Covid-nya terkendali tapi ekonominya juga tidak mengganggu kesejahteraan masyarakat,” ucapnya.
Menurutnya, karantina lokal lebih efektif dibandingkan mengarantina tingkat kota atau kabupaten.
“Menurut saya, posisi sekarang ini strategi intervensi yang berbasis lokal itu yang paling efektif untuk menangani Covid, strategi intervensi yang berbasis lokal, jadi mengkarantina, mengisolasi RT, mengisolasi RW, mengisolasi kampung atau desa itu lebih efektif daripada kita mengkarantina kota atau kabupaten,” pesannya.
Pada kesempatan itu, Ganjar membeberkan alasan, kenapa tren corona di daerahnya terus menanjak. Dikatakan, penambahan kasus tertinggi, terjadi di minggu ke-26. Yakni sebanyak 922 kasus. Lonjakan terjadi karena Kota Semarang aktif melakukan pemeriksaan PCR. Dan itu sudah melebihi dari target. Dengan klaster yang paling menonjol ada dari ASN, pegawai PLTU, dan pasar tradisional.
“Ini yang sekarang langsung kita isolasi semuanya. Ada pegawai PLTU, pasar tradisional di Kota Semarang, panti lansia, dan Polres yang ada di Rembang. Kami sudah koordinasi dengan Polda untuk kita lakukan satu isolasi di sana. Lalu ada nakes dan pegawai PLTU yang ada di Jepara,” paparnya.
Dia juga membeberkan tren harian pemeriksaan PCR di Jateng hingga 29 Juni 2020 seluruh spesimen ada 2.366. Saat ini trennya menunjukkan grafik menurun.
Selanjutnya, pihaknya terus melakukan komunikasi dan tes kepada mereka yang berasal dari klaster Gowa, dan Temboro. Analisis banyaknya pasien meninggal juga dilakukan. Ternyata rata-rata memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes, ginjal kronis, gagal jantung, jantung koroner, asma, stroke, dan lainnya.
Dari data real time, saat ini, jumlah ODP 50.588 kasus, dalam pemantauan 3.922, dan selesai pemantauan 46.666. Jumlah PDP 8.683 kasus, pasien dirawat masih 955, pasien sembuh 6.536, dengan pasien meninggal 1.192. Sedangkan positif 3.996 kasus, pasien dirawat 1.818 dan pasien sembuh1.856 serta pasien meninggal 322 orang.
Peta epidemiologi Covid-19 di Jateng pun dibeberkan. Tampak dari peta, beberapa daerah yang sebelumnya merah, kini beranjak ke orange dan kuning. Risiko tinggi saat ini, konsentrasi di Kota Semarang, Demak, dan Jepara.
“Maka sekarang kita lagi membantu kawan-kawan bupati, wali kota yang hari ini juga hadir dalam vidcon. Mereka, pasukan di depan yang kita minta untuk mengamankan daerah masing-masing,” terangnya. (sir)
editor: ricky fitriyanto