SEMARANG (jatengtoday.com) – Dibalik keindahan Simpanglima, ada cerita unik yang terselip disana. Ternyata, kawasan Simpanglima dibangun karena Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno marah.
Sejarawan dan Pemerhati Kota Semarang, Jongkie Tio mengungkapkan sejarah itu.
Jongkie menerangkan, kawasan Simpanglima dulunya merupakan rawa-rawa tempat tumbuhnya bayam dan kangkung. Kini, kawasan Simpanglima telah menjadi pusat Kota Semarang.
“Hilangnya ruang terbuka, kalau dulu di Jalan Pahlawan masih sawah kanan kirinya, Kawasan Pekunden dulu kebun sayur, Simpanglima dulu rawa-rawa. Dulu jalan tidak selebar sekarang ini,” tegas Jongkie Tio saat ditemui dalam acara talkshow yang digelar di Kawasan Simpanglima Kota Semarang Kamis (26/7).
Sebelum adanya Simpanglima ini, dahulu pusat Kota Semarang kata Jongkie, berada di Alun-alun Masjid Besar Kauman yang ada di Kawasan Pasar Johar. Jongkie menceritakan, jika Kawasan Simpanglima dibangun karena pada saat itu presiden Soekarno marah dan mengamuk.
Alasan kemarahan Soekarno karena alun-alun sebagai ikon pusat Kota Semarang dipindahtangankan pengelolaannya kepada pihak ketiga atau swasta. Apalagi, saat itu para ulama juga kecewa karena menara Masjid Kauman Kota Semarang dirobohkan oleh pihak ketiga atau swasta, padahal sudah menjadi ikon alun-alun sebagai Pusat Kota Semarang.
“Sejarahnya, Presiden Soekarno marah dan mengamuk, dia kemudian menyuruh membuat Simpanglima sebagai alun-alun baru karena alun-alun depan Masjid Besar Kauman diberikan ke pihak ketiga oleh pemerintah setempat,” tambahnya.
Meski sederhana, namun sejumlah tempat di Kota Semarang lanjut Jongkie, memang memiliki sejarah yang tinggi. Ia bersyukur meskipun banyak perubahan di Kota Semarang, ada beberapa tempat-tempat bersejarah yang dipertahankan keaslian bangunan tanpa meninggalkan unsur sejarahnya.
Beberapa tempat itu seperti Kawasan Kota Lama, Kampung Melayu, Kawasan Pekojan Arab-Jawa-Pecinan dan Wisata Pecinan seperti Sam Poo Kong.
“Saya pribadi terkejut dengan perubahan sangat besar sekali yang terjadi di Kota Semarang sekarang. Yang menyolok adalah banyaknya gedung pencakar langit di Kota Semarang saat ini. Tapi saya bersyukur yang tidak berubah Kawasan Kota Lama, Kawasan Wisata Pecinan, Kampung Melayu (Pekojan) dan Pusat Kota tidak berubah,” ungkapnya.
Jongkie berharap Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mendengar dan menyerap aspirasi keinginan warga Kota Semarang.
“Harapan kita perubahan Kota bisa terserap dan sesuai dengan keinginan warga masyarakat Kota Semarang, apalagi pimpinan kita di Kota Semarang juga sama perasaan dan keinginanya warga Kota Semarang. Hanya Pak Hendi yang sering keliling-keliling, lainya nggak pernah keliling-keliling menemui dan menyerap apa keinginan dan keluhan masyarakat,” harapnya.
Sementara itu, Wali Kota Hendi mengaku jika perubahan besar sudah terjadi.
“Ada perubahan besar dari waktu ke waktu, zaman saya TK diantar pulang kakak saya waktu itu pakai sepeda roda tiga. Kedua dari SD sampai SMP saya selalu jalan kaki, waktu di SD Lempongsari, SMP Negeri 3 saya bersekolah. Zaman itu orang ramah ramah, ramah dengan orang lain, penduduk tidak banyak, sekarang berubah, motor-mobil banyak, nggak mungkin anak kita turun ke jalan,” ungkapnya. (andika prabowo)
editor: ricky fitriyanto