in

Terinspirasi Banyak Perangkat Desa Tersandung Korupsi, Dosen Ini Temukan Teknologi “Sendiko Mas”

SEMARANG (jatengtoday.com) – Agus Triyono menjadi sosok yang tak asing lagi di kalangan Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang. Selain sebagai dosen di Fakultas Ilmu Komputer, ia juga dikenal dekat dengan para mahasiswa di kampus teknologi tersebut.

Agus mempertahankan disertasinya dengan judul “Sistem Komunikasi Pemerintah Desa di Era Keterbukaan Informasi” di Usahid Jakarta, Sabtu (14/12/2019). Ia meraih gelar doktor setelah menemukan teknologi model “Sendiko Mas” untuk mewujudkan transparansi informasi.

Dia mengaku terinspirasi atas fenomena yang terjadi di tengah masyarakat belakangan ini. Yaitu banyak oknum perangkat desa yang tersandung korupsi karena dana desa. Dan hal itu membuat dia gelisah untuk meneliti dari aspek komunikasi.

“Saya merasa risih dengan apa yang terjadi pada saat ini, banyak oknum perangkat desa yang ditangkap pihak berwajib karena menyalahgunakan dana desa. Oleh karenanya saya harus berbuat sesuatu untuk memberi sumbangsih ilmu pada pihak-pihak terkait. Harapannya bisa memberi salah satu alternatif solusi dalam mengurangi terjadinya korupsi,” ungkap Agus.

Dijelaskannya, teknologi model “Sendiko Mas” merupakan sebuah sistem komunikasi desa yang memiliki aspek inovatif dan kreatif dengan menggerakkan potensi sumber daya desa, dan potensi unggulan desa. Model itu juga memiliki keterkaitan erat dengan penggunaan teknologi informasi.

Ia juga menyebut, model ini nantinya akan ditawarkan Agus di Komisi Informasi Pusat (KIP) dan Kementerian Desa untuk diterapkan dalam transparansi informasi.

“Ini menjadi final dari perjalanan studi saya dalam meraih gelar akademik. Terima kasih banyak perhatian dan dukungan semua pihak atas prestasi ini. Semoga saya dapat mengemban amanah ini untuk berkontribusi besar dalam dunia pendidikan. Khususnya dalam ikut serta terlibat langsung membangun desa,” katanya.

Dikatakannya, sejauh ini, Petugas Pelaksana Informasi Tingkat Desa (PPID) di lapangan banyak ditemukan belum terbentuk. “Sehingga membuat masyarakat merasa kurang mendapat tempat dalam mengetahui informasi desa dan mengontrol program-program desa,” katanya.

Ia mampu mempertahankan disertasi tersebut di hadapan delapan penguji, di antaranya Prof Dr. Ahmad Sihabudin, MSi, Prof Dr Sunarto MSi, Dr Mikhael Dua, Dr Titi Widaningsih, Dr Dewi Widowati, MSi, Dr Jamallulail, MSi, Dr Yohanes Sulistyadi, MM dan Dr Des Hanafi secara meyakinkan.

Agus merupakan lulusan doktor yang ke-57 di sekolah pascasarjana Sahid Jakarta, dan menjadi doktor ke 3 di kampus Udinus Semarang. Agus mampu menyelesaikan studinya dalam waktu 6 semester dan tepat waktu. (*)

 

editor : ricky fitriyanto