SOLO (jatengtoday.com) – Adakalanya wasit melewatkan poin yang seharusnya didapat atlet. Karena itu, tak jarang muncul protes dari peserta atau pelatih untuk meninjau ulang penilaian wasit.
Agar peserta tidak merasa dirugikan, ada teknologi Instant Video Replay (IVR). Teknologi ini merekam seluruh kejadian saat pertandingan. Jika ada yang protes, rekaman video tadi akan diputar kembali (replay) untuk melihat gerakan secara detail.
Pencak silat menjadi salah satu cabor yang menggunakan teknologi ini. “Kami memang ingin Porprov mengedepankan profesionalisme dan fairplay dalam pertandingan. Jika ada peserta protes kami akan melihat ulang pertandingan lewat IVR. Dari video ini akan dilihat misalnya pukulan atau tendangan yang dipersoalkan dinyatakan sah masuk atau tidak. Ini dijadikan pegangan wasit dan juri ketika memutuskan,” jelas Ketua Umum Pengprov Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Jateng, Harry Nuryanto saat melihat laga silat di GOR Manahan, Solo, Minggu (21/10/2018).
Menurut Yanto, sapaan akrabnya, sistem IVR mengadopsi sistem di Asian Games lalu. Selain IVR, hal pembeda lainnya yaitu penggunaan ketebalan matras sepanjang 5cm yang sebelumnya 3cm. Ketebalan matras menyangkut safety para atlet yang berlaga.
Dijelaskan, pada Porprov kali ini tingkat rivalitas peserta sangat kompetitif. Dalam babak kualifikasi saja, tingkat kepesertaan sangat tinggi yaitu 32 kabupaten/kota yang lolos ke Porprov. Bahkan pesilat yang digodok di PPLOP saja mampu bersaing dengan seniornya.
Baginya, Porprov digunakan sebagai ajang kaderisasi atlet. Bahkan ada penjaringan untuk atlet yang diproyeksikan masuk tim bayangan Pra-PON.
”Kami benar-benar memanfaatkan ajang Porprov sebagai bahan menyiapkan lapis kedua Jateng. Dan pelatih, pembina serta pengurus punya visi bersama agar silat Jateng di PON 2020 masih digdaya,” tegasnya. (*)
editor : ricky fitriyanto