in

Sanggar Greget Kemas Harapan Tahun 2022 dalam Tari Kidung Ranggawi dan Srikandi Sang Senopati

Tari Kidung Ranggawi disajikan Sanggar Greget Semarang untuk menyambut tahun baru 2022, yang dibawakan Yoyok Bambang Priyambodo dan Sangghita Anjali. (istimewa)

SEMARANG (jatengtoday.com) – Ada banyak cara menyambut tahun baru. Sanggar Greget Semarang memilih untuk menyajikan tarian di malam pergantian tahun.

Sebagai ucapan ‘selamat datang 2022’, Sanggar Greget menampilkan Tari Kidung Ranggawi. Tari berdurasi sekitar 15 menit ini diunggah di Youtube, Jumat (31/12/2021) malam.

Tari Kidung Ranggawi hanya dibawakan dua penari. Pengasuh Sanggar Greget, Yoyok Bambang Priyambodo dan putrinya, Sangghita Anjali.

Baca Juga: Ikut Meriahkan Natal, Sanggar Greget Semarang Suguhkan Enam Tari

Dalam penampilannya, Yoyok dan Sangghita mengenakan balutan serba putih. Mereka juga menggunakan sejumlah tokoh pewayangan dalam sajian ini.

Tokoh tersebut adalah Wayang Kulit Tripomo, yakni Prabo Basukarno, R Sumantri, dan Kumbokarno. Tiga kesatria yang berjuang membela dan mempertahankan bangsa dan negara.

Lewat Tari Kidung Ranggawi yang melibatkan Wayang Kulit Tripomo, Yoyok menyampaikan pesan mengenai harapan nasionalisme di tahun 2022.

“Bahwa orang Jawa dan Indonesia pada umumnya, sudah belajar konsep nasionalisme sejak zaman dulu lewat tokoh pewayangan. Kami berharap, jiwa nasionalisme tetap berkobar di tahun 2022. Nasionalisme ini penting untuk menjaga negara tetap solid di tengah kondisi yang serba sulit,” ucap Yoyok.

Selain itu, Tripomo juga bisa diartikan sebagai harmoni dari tiga sifat yang dimiliki manusia. Pikiran, hati, dan angan-angan.

“Ketiganya harus bersatu, seimbang, dan harmoni untuk mencapai keadilan,” terangnya.

Sementara Sangghita Anjali membawa tokoh wayang kulit Dewi Gendari, ibu para Kurawa.

“Kenapa? Karena Tripomo harus mampu mengendalikan pengaruh dari sosok perempuan yang kurang baik. Yang hanya menuntut harta dan tahta,” imbuh Yoyok.

Sangghita, Ketua sekaligus pelatih Sanggar Greget, mebambahkan, Tari Kidung Ranggawi berisi tentang ungkapan dari sebuah angan-angan, pikiran, hati, yang tersirat dalam cipta, rasa, dan karsa dengan sentuhan alunan kidung bersama melajunya gerak lewat nadi darah ragawi untuk kehidupan surgawi.

“Tahun baru sarat dengan harapan. Obesesi yang belum teraealisasi pada tahun lalu, berharap bisa terlaksana pada tahun yang baru ini,” bebernya.

Sendratari Srikandi Sang Senopati

Sanggar Greget Semarang juga menyuguhkan sendratari Srikandi Sang Senopati. Drama tari yang mengambil episode perang suci Baratayuda dalam kisah Mahabarata.

Yoyok sengaja memilihnya untuk memperingati tahun baru 2022 karena semangat Srikandi perlu disuarakan lagi.

Dalam kisahnya, Srikandi dipilih menjadi senopati dalam perang Baratayuda untuk mengalahkan sifat angkaramurka yang dimiliki keluarga Kurawa.

Srikandi dihadapkan dengan Resi Bisma, guru para Pandawa sekaligus salah satu prajurit gagah yang berperang di sisi Kurawa.

Jika Srikandi tidak bisa melawan Bisma, maka Kurawa yang sarat angkaramurka akan menguasai negara.

“Tokoh Srikandi, prajurit perempuan ini bisa menjadi teladan bagi generasi sekarang, bahwa tokoh perempuan tidak bisa dikesampingkan, bahkan menjadi peran utama ketika negara sedang berkecamuk,” paparnya.

Dikatakan, Srikadi adalan pejuang tanpa pramrih untuk memperjuangan bangsa dan nengara.

“Berjuang melawan angkaramurka, melawan kebencian, iri, memperjuangakan kesehahteraankaumnya dan masyrakat seluruhnya,” tambahnya.

Sanggar Greget Semarang juga membawakan Sendratari Srikandi Sang Senopati untuk memperingati tahun baru 2022.(istimewa)

Selain Tari Kidung Ranggawi, dan sendratari Srikandi Sang Senopati, Sanggar Greget juga menyajikan sejumlah tarian yang diajarkan kepada penari muda selama Juni-Desember 2021. Seperti Tari Angsa, Tari Belalang, Taru Kancil, Tari Kartika Putri, Tari Priyambodo, Tari Candra Kusuma.

Ada juga video Tari Denok Deblong yang disuguhkan di kantor Polda Jateng. Tari Denok Deblong merupakan tari khas Semarang yang diiringi gamelan Gambang Semarang.

Sangghita menjelaskan, denok artinya remaja putri. Deblong adalah timangan dari ibu kepada putrinya atau momongannya yang bermakna kecantikan, kepandaian, dan harapan menjadi putri yang berbakti kepada orang tua, agama, dan negara.

“Di sisi lain, merupakan sarana menghimpun potensi budaya mencakup keberadaan dan bentuk kesenian rakyat Semarang,” tandasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *