in

Tanggul Laut dan Tol Semarang Demak Ancam Ekosistem

SEMARANG (jatengtoday.com) – Pembangunan jalan tol ruas Semarang-Demak yang terintegrasi dengan tanggul laut riskan merusak ekosistem lingkungan setempat. Pasalnya, lahan yang dipakai merupakan titik terparah abrasi selama ini sehingga perlu penanganan khusus. Yakni daerah hilir Sungai Babon dan Sungai Sringin.

“Kami menyambut baik pembangunan jalan tol Semarang-Demak yang juga menjadi tanggul laut, ini harapan masyarakat agar segera terbebas dari rob, namun ekosistem dan daya dukung lingkungan tetap harus jadi prioritas,” kata Wakil Ketua Komisi D DPRD Jateng, Hadi Santoso, Kamis (17/10/2019).

Dia meminta agar limpahan air sungai, sedimentasi, perubahan arus air laut, dan tentunya ekosistem flora, fauna benar-benar diperhatikan. Jangan sampai, jalan tol sepanjang 27 kilometer dengan 10,63 kilometer tanggul laut yang membentang dari Kaligawe, Kota Semarang, sampai Morosari, Kabupaten Demak ini kurang matang.

Berdasarkan Detail Engineering Design (DED) selain tanggul laut juga akan dilengkapi oleh dua kolam retensi seluas 240 hektare dan 45 hektare sebagai antisipasi.

“Disana banyak tumbuh spesies mangrove yang khas, dan banyak biota laut dan sungai yang perlu dicarikan solusinya,” katanya.

Proyek pembangunan jalan tol Semarang-Demak yang direncanakan menghabiskan Rp12,24 triliun itu membutuhkan lahan seluas 5.352.216 m2. Jumlah itu setara dengan 1.523 bidang tanah, yang saat ini sudah dibebaskan 446.426 meter persegi atau 8,34 persen.
Secara teknis, jalan tol Semarang-Demak memiliki empat simpang susun yaitu Kaligawe, Terboyo, Sayung, dan Demak. (*)

editor : ricky fitriyanto