SEMARANG (jengtoday.com) – Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng, Teguh Dwi Paryono menjelaskan, sudah saatnya Jateng memanfaatkan nuklir sebagai energi baru tidak terbarukan. Rencana pembangunan PLTN di pesisir Jepara pun masuk dalam roadmap alternatif pembangkit listrik.
“Jepara dianggap paling aman karena dari hasil kajian, struktur geologinya save, tidak ada kegempaan. Tsunami juga tidak dimungkinkan. Karena pantai utara tidak ada pertemuan lempeng bumi. Yang ada di pantai selatan,” jelasnya, Kamis (11/10/2018).
Sayang rencana itu ditolak warga setempat. Alasannya, mereka masih takut dengan isu radiasi yang bisa merusak sel tubuh jangka panjang. Mereka lebih memilih pembangkit listrik yang bersumber dari bahan baku solar.
“Sosialisasi mengenai energi nuklir memang masih kurang. Masyarakat menganggap, nuklir itu seperti bom atom yang punya radiasi berbahaya. Padahal tidak sebahaya itu. Alat-alat medis modern juga pakai teknogi nuklir. Untuk rontgen dan radiografi, misalnya,” ucapnya.
Lebih jauh, dia menjelaskan pemanfaatan nuklir saat ini telah menyasar pada segi perekonomian masyarakat. Radiasi yang dihasilkan oleh energi nuklir, menurutnya sudah digunakan untuk pengembangan varietas benih pertanian.
Selain itu, radiostrosat dari energi nuklir juga telah dimanfaatkan untuk mencari sumber mata air yang memakan biaya sangat mahal. “Teknologi itu sudah berjalan tiga tahun terakhir,” tuturnya.
Meski Jepara sudah punya PLTU, dia menilai, PLTN tetap dibutuhkan sebagai alternatif pembangkit energi di masa depan. Pembangunan PLTU tinggal menunggu kebijakan politik energi dari Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
“Dokumen proyek pembangunan PLTN di Jepara masih disimpan. Tinggal itikad baik pemerintah. Sebab, nuklir semakin hari semakin aman,” bebernya.
Teguh menyarankan kepada pemerintah untuk serius dalam membangun PLTN pada masa mendatang. Proyek pembangkit nuklir bisa dibangun dengan sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai. Mulai speknya harus terukur dan sejenisnya.
“Tidak boleh mengurangi spek bangunannya. Apakah kita sekarang komitmen dengan hal itu. Padahal minyak dan batubara akan habis dan tergantikan dengan nuklir,” tuturnya. (*)
editor : ricky fitriyanto