SEMARANG (jatengtoday.com) – Hingga saat ini Indonesia masih terus mengimpor aspal. Angkanya tembus 5 juta ton aspal per tahu.
Padahal, Buton Provinsi Sulawesi Tenggara punya potensi dengan menghasulkan sekitar 662 juta ton aspal.
Meskipun potensi aspal Buton mencapai 662 juta ton, namun kandungan inti aspalnya sekitar 10 hingga 30 persen.
Butuh sentuhan teknologi agar aspal Buton bisa jadi aspal kelas dunia.
Satu di antara perusahaan yang bisa menyulap aspal Buton setara aspal import menjadi hotmix adalah PT Mandala Aspalnusa Sejahtera (MAS).
Perusahaan asal Semarang ini mengklaim bisa menjadikan aspal Buton menjadi kualitas internaional.
Yakni setara aspal Performa Grade 82 yang dipergunakan sebsgai binder untuk Sirkuit Mandalika.
Direktur PT MAS, Budi W menerangkan, secara umum ada dua jenis aspal. Pertama aspal dengan cadangan terbesar Dunia (95 persen) ada di Pulau Buton Sulawesi Tenggara dan yang 5 persen ada di Trinidad Tobago yang dikenal dengan Trinidad Lake Asphalt (TLA).
TLA hanya digunakan untuk overlay jembatan bentang pajang serta runway bandara di USA karena kualitas nomer satu namun harganya mahal.
Kedua aspal minyak yang merupakan produk turunan kilang pengolahan minyak bumi.
Standar speksifikasi tahun 2018 revisi 2 Dirjen Bina Marga PUPR yang berlaku saat ini mengolongkan kualitas aspal dengan istilah performance grade (PG).
Semakin tinggi nilainya, semakin tahan terhadap temperatur dan sebagainya.
Kualitas aspal terbaik sesuai spek adalah PG 82 seperti yang digunakan di Sirkuit Mandalika di mana hotmix aspal mampu bertahan untuk service tidak meleleh hingga suhu di atas 82 derajat celcius.
“Namun umumnya untuk standar jalan Nasional di Indonesia tentu tidak menggunakan aspal setara PG-82. Biasanya setara PG-70,” ucapnya, Senin (3/10/2022).
Jika ingin membuat hotmix berkualitas dengan memanfaatkan aspal Buton maksimal sebagai subtitusi aspal minyak, dibutuhkan sentuhan teknogi yang tepat guna secara jumlah serta jenis aditifnya.
Menurut dia, perusahaannya bergerak di bidang industri pengolahan aspal modifikasi, salah satu produk unggulannya adalah konsentrat aspal dengan merk Bit-Up atau Bitumen Upgrade.
Ia menyebut, tingkat komponen dalam negeri (TKDN) pada produknya mencapai 100 persen.
Karena 100 persen TKDN, maka harga jual produknya pun kompetitif dibandingkan produk impor.
Menurutnya, 1 ton Bit-Up hanya dijual Rp27 juta sedangkan produk serupa dari perusahaan asing sekitar Rp 38 juta per ton.
“Perusahaan kami juga sudah mengantongi sertifikasi PG-82,” tambah dia.
Mengenai kapasitas produksi, perusahaannya mampu membuat 20 ton Bit-Up per hari.
Menurutnya, 20 ton Bit-Up bisa digunakan untuk membuat 200 ton aspal setara PG-70 atau 100 ton aspal setara PG 82.
100 ton aspal setara PG-82 itu bisa untuk membuat sekitar 1.450 ton hotmix jenis Stone Matrix Aspal (SMA).
“1 ton hotmix untuk 23 meter persegi jalan dengan ketebalan 2 centimeter. Kami pernah menggarap pengaspalan Flyover Kretek, Bumiayu beberapa waktu lalu,” lanjut Budi.
“Guna menjaga kualitas aspal yang dihasilkan dengan tambahan zat aditif, PT MAS akan melakukan design serta supervisi selama kegiatan produksi agar aspal yang dihasilkan berkualitas maksimal,” tandasnya. (*)