SEMARANG (jatengtoday.com) – Bergerak di bidang kesehatan dan pemberdayaan perempuan dengan tujuan meningkatkan kualitas kesehatan dan kapasitas santri di pondok pesantren Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) “Impressive Santri Indonesia” bersinergi dengan BPJS Kesehatan Cabang Semarang melakukan advokasi mengenai isu kesehatan di lingkungan Pondok Pesantren melalui acara Workshop “Literasi Kesehatan Digital Untuk Generasi Yang Tinggal di Pesantren Kota Semarang”. Sabtu (13/5/2023).
Mengundang lebih dari 20 pondok pesantren, disebutkan di Kecamatan Tembalang diikuti oleh santri Pondok Pesantren Kebangsaan, Kiai Galang Sewu, Anwarul Amin Nur Hikmah lalu di Kecamatan Ngaliyan meliputi Ponpes Life Skill Darul Naja, Darul Falaq Be-Songo, Fadrul Fadlan. Sedangkan diluar wilayah Kota Semarang hadir pula santri dari Pondok Pesantren Al Munawariyah Jogjakarta, Al Salafiyah Brebes.
Koordinator Program Workshop, Nailul Husna menyebut pemilihan pondok pesantren ataupun santri sebagai peserta sosialisasi, menilik Program JKN yang diselenggarakan oleh negara bertujuan untuk menjamin kesehatan warga negara melalui skema asuransi sosial.
Sehingga masyarakat Indonesia ketika butuh berobat tidak perlu menegluarkan dana yang sangat besar, karena pembiayaan tersebut sudah dibayarkan melalui iuran bulanan yang dibayarkan oleh peserta JKN tiap bulannya.
“Saya memahami para santri mempunyai permasalahan kesehatan di pondok pesantren. Dimulai dari masalah kesehatan kulit, kesehatan pernafasan yang tentunya penyebarannya sangat mudah karena mereka secara bersama-sama secara komunal, sehingga penyebaran penyakit lebih mudah. Sehingga jika teman-teman santri tidak memiliki jaminan kesehatan tentu akan memberatkan individu tersebut,” ucapnya.
Menurutnya, iuran yang dibayarkan juga tidak memberatkan tersedia berbagai tingkat iuran yang bisa disesuaikan dengan kemampuan masyarakat. setiap warga ini harus terdaftar sebagai peserta JKN tidak terkecuali santri-santri di pondok pesantren sebagai salah satu kelompok rentan penularan penyakit punya akses atas pelayanan kesehatan.
“Pada acara kali ini kami spesifik pada literasi pelayanan kesehatan salah satunya pemanfaatan Aplikasi Mobile JKN ini, sehingga kami mengharapkan para santri lebih paham tentang Aplikasi Mobile JKN untuk memudahkan akses pelayanan Program JKN seperti pendaftaran dan perubahan faskes karena santri-santri ini kebanyakan dari luar daerah,” tambah Husna.
Husna berharap sosialisasi terkait Program JKN ke pondok pesantren dalam lingkup luas sering dilakukan, sehingga melalui program-program semacam ini BPJS Kesehatan dan pemerintah daerah dapat mensupport acara lebih komprehensif, sehingga tidak hanya dibekali secara literasi saja namun untuk bisa dibantu praktek secara langsung.
Sementara itu Kepala BPJS Kesehatan Cabang Semarang, Andi Ashar menyebut pihaknya telah melakukan audiensi dengan berbagai perguruan tinggi di wilayah Kota Semarang.
Sebut saja, Universitas Diponegoro, Universitas Muhammadiyah Semarang, Universitas Wahid Hasyim, Universitas Islam Sultan Agung, UNNES, Universitas PGRI, dan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang yang mahasiswanya telah terdaftar aktif serta terlindungi dalam Program JKN.
Sedangkan pada tataran pondok pesantren juga menjadi salah satu prioritsas BPJS Kesehatan untuk mewujudkan Universal Health Coverage (UHC). Apalagi fakta di lapangan menunjukkan, tingkat kesehatan para santri di pondok pesantren masih rendah.
Akibatnya, mereka rentan sakit. Fasilitas kesehatan di pondok pesantren hanya mampu menangani penyakit-penyakit ringan. Jika membutuhkan diagnosis dan penanganan lebih lanjut, mereka tidak memiliki jaminan kesehatan.
“Kolaborasi dengan organisasi non pemerintah, tentu juga menjadi sinergi yang baik, edukasi-edukasi semacam ini tentu membutuhkan peran penting berbagai pihak. Kami berharap agar santri yang belum terdaftar JKN, bisa segera mendaftar. Sedangkan yang tidak aktif bisa untuk diaktifkan kembali,” ucapnya. (*)