SEMARANG (jatengtoday.com) – Sastrawan dan pelukis Goenawan Mohamad menyuguhkan hal baru. Jika biasanya menulis karya sastra, kini a meluncurkan buku tentang seni rupa yang berjudul “Pigura Tanpa Penjara; Esai-Esai Seni Rupa”.
Buku yang diterbitkan oleh Shira Media tersebut resmi diluncurkan bersamaan dengan pameran lukisan Goenawan Mohamad di Semarang Contemporary Art Gallery, Kota Lama Semarang, Jumat (5/7/2019) petang.
Dodo Hartoko selaku koki buku tersebut tak meragukan lagi keahlian penulis senior Goenawan Mohamad (GM). Namun, katanya, karya terbarunya ini merupakan hal baru. Sebab, topik yang diangkat adalah tentang seni rupa yang notabene saat ini sudah mulai redup.
“Pak GM ini kan sebenarnya orang yang sudah sangat berpengalaman dalam dunia tulis-menulis. Namun buku kali menurut saya berbeda. Di era sekarang menuliskan terkait seni rupa merupakan angin segar untuk para seniman muda,” ujarnya.
“Jika kita flasback di zamannya Goenawan Mohamad (semasa muda), saya rasa hanya beliau yang mampu bertahan sampai sekarang. Hal yang disuguhkan saat ini adalah suatu kejutan. Apalagi beliau (GM) selain seorang sastrawan juga seniman. Karya-karyanya banyak,” imbuh Dodo.
Goenawan Mohamad sendiri memaparkan bahwa buku Pigura Tanpa Penjara; Esai-Esai Seni Rupa ditulis olehnya berdasarkan pengalaman dan perjalanannya di dunia seni rupa.
Di samping itu, katanya, ia tergugah untuk menulisnya lantaran melihat fenomena para seniman, khususnya seniman muda yang membutuhkan panduan untuk menuangkan bakatnya. Dirinya ingin menumbuhkan rasa memiliki seni khalayak.
“Ini merupakan kesempatan yang baik untuk saya pribadi, saya tengah memamerkan lukisan dan kali ini saya diberikan kesempatan untuk sekaligus meluncurkan buku terbaru saya yang lebih kepada seni rupa,” jelasnya.
Dijelaskan, ia yang mendasari kehidupannya dengan sebuah keadilan, karena itu, di setiap karyanya, hal tersebut selalu ditampilkan. Keadilan yang kongkret membuatnya semakin mantap melangkah mengerjakan karya. Dirasakan juga proses kreatif merupakan sebuah pematangan berfikir.
“Saya ingatkan untuk para seniman muda jangan takut dengan proses. Proses itu sebuah pematangan berpikir yang harus terus kita tumbuhkan. Saya mengambil gambaran dari sebuah keadilan yang bisa membawa saya dalam sebuah karya, salah satunya buku yang saya luncurkan ini,” tandasnya. (*)
editor : ricky fitriyanto