Mengapa Website Perlu Memiliki Struktur Silo?
Agar mudah ditemukan Google dan manusia (pengakses).
Bayangkan, kamu membaca buku tanpa “daftar isi”, masuk ke pasar tanpa partisi (pemisah) antar-pedagang pasti akan kacau ketika berbelanja.
Apa Arti Struktur Silo?
Arti “Silo” menurut EtymOnline:
silo (n.)
1835, dari bahasa Spanyol silo, diturunkan dari bahasa Latin “sirum” (bentuk nominatif “sirus”), dari bahasa Yunani “siros” artinya “lubang untuk menyimpan jagung.” “Perubahan dari huruf “r” menjadi “l” dalam bahasa Spanyol itu tak-biasa dan kata siros dari Yunani itu istilah yang jarang bagi Asia Kecil dan tidak muncul di Spanyol Kastilian” [Barnhart]. Sebagai alternatif, yang paling mungkin, kata “silo” bahasa Spanyol ini berasal dari bahasa Iberia pra-Roma, yang diperkenalkan Basque dari kata “zilo”, “zulo”, atau “galian, goa, atau perlindungan untuk menyimpan gandum.” Silo artinya “gudang bawah-tanah dan tempat peluncuran peluru-kendali” — yang dibuktikan kebenarannya pada tahun 1958.
Kalau kamu mencari arti “silo” di Google, akan menemukan pengertian “silo” sebagai tempat untuk memisahkan hasil pertanian atau karyawan. Intinya, memisah-misahkan, membuat penggolongan, agar mudah ditemukan.
Tutorial membuat struktur silo untuk website, menggunakan 2 pengertian di atas.
Intinya, bagaimana agar website memiliki struktur yang kuat, mudah dikenali search engine maupun manusia (pembaca), dan di dalamnya kita bisa menyimpan content.
Contoh Struktur Silo
Struktur Silo bisa terlihat dari susunan Category dan keyword yang ada di dalamnya. Saya berikan contoh struktur silo yang sangat kuat dari web ini:
Very Well Mind
https://www.verywellmind.com/
Coba pilih salah satu keyword yang dipakai sebagai judul di VeryWellMind di Google. Rata-rata masuk Page 1 Google.
Struktur silo bisa kita lihat dari menu.
Coba jelajahi struktur di VeryWellMind. Yang terbaru, bisa terlihat dari sini:
Yang ditampilkan, ketika orang klik, adalah: Category, Subcategory, dan Content.
Konsep Struktur Silo
Konsep struktur silo seperti ini:
Langkah Awal Membuat Struktur Silo
Langkah awal apa yang perlu kita lakukan?
Tentukan, kamu mau menulis apa di website. Pasti ada tema besar, ingin menang di keyword tertentu. Ini disebut “focus keyword”.
Setelah itu, turunkan (uraikan) menjadi 3 keyword utama yang ingin kamu kembangkan. Ini akan menjadi Silo1, Silo2, dan Silo3.
Anggap saja, itu category yang akan kamu susun. Dari Silo123 ini, breakdown lagi menjadi beberapa subtopic (atau child post) yang relevan.
Struktur Silo
Dalam struktur ini, lakukan “interlinking”. Intinya, subtopic123 di bawah Silo1 isinya kamu arahkan (link) ke Silo 1.
Jangan melakukan kekacauan dengan menghubungkan subtopic (atau child post) yan g di bawah Silo 1 ke Silo 2.
Buat Stuktur Silo dengan Dynalist
Gunakan Dynalist untuk membuat struktur silo
Dynalist
https://dynalist.io/
Struktur Interlinking
Perhatikan cara membuat link terkait di atas.
- Antar halaman silo, boleh dikaitkan.
- Silo 1 hanya boleh dikaitkan ke content di Silo 1. Jadi, Silo 1 tidak boleh dikaitkan ke selain Silo 1. Hal sama, berlaku pada Silo 2, Silo 3, dst.
- Setiap content (postingan) di dalam Silo 1, boleh dikaitkan dengan content lain, asalkan masih dalam 1 halaman Silo yang sama. Content di dalam Silo 1 tidak boleh dikaitkan di luar Silo 1.
Kalau sudah paham struktur silo dan bagaimana melakukan interlinking, mulailah melakukan riset keyword.
Saya menuliskan cara “riset keyword” yang bisa kamu pakai sebelum menulis.
Bisa menggunakan AdWords Keyword Planner, Moz, Sem Rush, Scream Frog, dll.
User’s Journey Map dan Touch Points
Pikirkan peta perjalanan pemakai untuk sampai ke content website kamu, kemudian tentukan mereka harus lewat mana saja untuk sampai ke content kamu?
Apa yang membuat seseorang menemukan website kamu?
Pengembang website perlu memikirkan “user journey map”, peta perjalanan pemakai. Ini adalah peta yang menceritakan “bagaimana” dan “dengan cara apa” seorang pembaca bisa sampai ke website kamu. Intinya, “mengarahkan” dan “menggiring” orang agar mencapai pesan kamu.
Ingat, ini sebuah peta. Jadi ada beberapa rute yang bisa ditempuh pembaca, dari “sebelumnya” tidak tahu, kemudian mengakses website kamu.
Yang paling umum, begini:
Mereka lihat share link, atau dari iklan kamu, dengar dari orang, lihat profile media sosial kamu (ada link web kamu di situ) atau ketemu di Google ketika mencari sesuatu, kemudian klik dan buka link kamu. Itu adalah contoh beberapa rute yang bisa ditempuh pembaca. Pada tahapan ini, orang “menyadari” bahwa kamu (link kamu) ada. Mereka sekadar kenal.
Ketika sudah membuka, mereka berhadapan dengan “touchpoint” (titik-sentuh). Titik-sentuh ini bisa berupa: menu, tombol download, share, formulir, chat (dengan bot), dll. Touchpoint itu semacam rambu-rambu, titik-singgah sementara, agar mereka bisa mencapai content yang kamu tawarkan.
Kalau kita pakai analogi sederhana, misalnya kamu membuat restoran, pertama kali orang baca iklan tentang restoran kamu atau dengar dari kawan mereka. Kemudian mereka datang atau pesan. “Menu” dan ucapan “selamat datang” itu mirip dengan touchpoint.
Dengan menentukan user journey map dan touch point, mereka punya banyak cara untuk terhubung.
Jalan ke website, content yang kamu tuliskan, semua itu memerlukan struktur yang kuat, agar pembaca tahu:
- Website ini tentang apa?
- Saya dapat apa di sini?
- Apakah besok saya akan kembali ke sini?
Terjemahkan Silo Menjadi Content Panjang
Membuat Struktur Silo adalah memperlihatkan apa yang kamu punya, yang terstruktur, dan sangat relevan dengan “focus keyword” kamu.
Buat content silo (corner article). Bentuknya page, bukan post. 4000-7000 kata. Semua link utama, taruh di sini.
Kamu bisa baca “cara menulis content panjang” yang berisi detail apa saja yang harus ada dan mengatasi kesulitan menulis content panjang.
Mengapa artikel panjang?
Orang menemukan content kamu setelah mencari “keyword” di Google. Lakukan riset keyword. Pilih keyword dengan traffic tinggi. Jangan takut persaingan.
Orang mencari karena bertanya. Targetkan “user’s intention” (niatan pemakai). Tanyakan niatan pemakai. Mereka biasanya bertanya tentang apa, mencari apa. Content yang kamu buat den gan bagus, akan muncul di snippet, knowledge graph, dll. Contohnya? Ketika kamu baca judul artikel yang sedang kamu baca, mungkin kamu bertanya, “Apa itu WordPress Silo?” sehingga perlu saya jelaskan artinya di awal.
Tidak ada content singkat yang memuat apa yang dicari orang secara lengkap. Targetk an untuk membuat content berisi “101”, “panduan lengkap”, karena hanya content panjang berbentuk halaman, yang bisa memuat content lengkap. Content singkat hanyalah pendukung content panjang.
Takeaway:
Berikut ini langkah yang perlu kamu lakukan sebelum membuat website:
1. Tentukan focus keyword kamu.
2. Terjemahkan menjadi struktur category yang memuat keyword yang relevan.
3. Masing-masing, buatlah Buat 9 postingan untuk Silo1. Kembalikan selalu ke content di SubTopic dibawah Silo 1 hanya ke Silo1.
4. Perkuat internal link, yaitu link yang berasal dari website kamu sendiri. Halaman yang tidak relevan dengan content silo, jangan beri internal link.
5. Pastikan theme kamu memakai breadcrumb agar terlihat di SERP.
6. Customize widget yang ada di sidebar. Jangan kacau. Buat widget yang hanya 1 level. Maksudnya begini: Ketika postingan kamu merupakan Child Post yang ada di bawah Si lo1, pastikan widget kamu hanya menampilkan content lain yang berada di bawah Silo
7. Buat Silo1, Silo2, Silo3, dan arahkan ke halaman utama yang ingin kamu naikkan.
Jika kamu terapkan masing-masing halaman Silo sebagai website tersendiri, kamu dapat kerjakan dalam bentuk PBN (Private Blog Network).
Ini tidak dilarang oleh Google asal tahu caranya. Tentang caranya, agar lebih paham, bisa baca Resep Ampuh PBN (Private Blog Network).
Jangan berhenti melakukan eksperimen. [dm]