SEMARANG – Mengawali pergerakan awal bulan Januari, calon gubernur Jawa Tengah Sudirman Said langsung tancap gas dengan membuat majelis desa.
Sudirman Said mengatakan majelis desa merupakan ruang untuk komunikasi aktif dirinya dengan masyarakat. Dia berharap akan semakin mengerti apa yang dicita-citakan masyarakat untuk Jawa Tengah.
“Bermodal 8.559 desa, Jawa Tengah semestinya menjadi provinsi unggulan di Indonesia dalam berbagai bidang, dengan catatan kita harus mendengar apa yang masyarakat desa inginkan,” katanya, Kamis (4/1/2018).
Sudirman juga menegaskan bahwa desa menjadi tolak ukur sebuah kemajuan pembangunan, manusia maupun infrastrukturnya.
“Maka tidak akan berhasil jika orang desa hanya dijadikan objek, mereka harus dilibatkan dalam proses pembangunan itu,” tambah dia sambil menjelaskan bahwa majelis desa tersebut sekaligus bakal menjadi kantung-kantung relawan.
Ali Khamdi, Ketua Tim pemenangan Sudirman Said menjelaskan bahwa dengan majelis tersebut masyarakat desa tidak lagi kebingungan jika hendak menyuarakan pendapat untuk pembangunan.
“Masyarakat tidak akan lagi risau jika hendak melapor ke pemimpinnya karena tidak punya Twitter atau Instagram,” kata dia.
Dengan majelis tersebut, lanjut Khamdi, jalinan silaturrahim di masyarakat diharapkan semakin menguat.
“Semangat gotong royong yang menjadi identitas besar negara ini harus benar-benar kita hidupkan, bukan sekadar diteriakkan,” kata dia.
Ali Khamdi juga mengatakan deklarasi majelis desa akan dilakukan bertahap sampai terpenuhi seluruh desa di Jawa Tengah.
“Tahap pertama yang telah dideklarasikan di Kabupaten Tegal, Banyumas, Kendal, Semarang, Demak dan Jepara,” kata dia.
Pelibatan masyarakat dalam penyelesaian permasalahan di Jawa Tengah sudah menjadi hal semestinya.
“Sebagaimana di Jepara, yang terdapat sekitar 190 desa dan tersebar di 16 kecamatan, beberapa hari dibuka majelis desa sudah menerima banyak keluhan. Paling banyak perihal ekonomi dan investasi,” kata Tantowi, Koordinator Majelis Desa eks karesidenan Pati.
Jepara misalnya, lanjut dia, persoalan investasi yang tidak tepat menjadi persoalan pelik di masyarakat.
“Jepara sangat identik dengan mebel, bahkan sudah menjadi identitas. Persoalannya investasi yang masuk ke kabupaten itu justru bertolak belakang dengan dunia kayu,” kata dia sambil mengatakan bahwa pada akhir Januari nanti seluruh desa di Kabupaten Jepara sudah terbentuk majelis desa.
Imbasnya, kata dia, karena terjangan investasi garmen dan lainnya dunia mebel Jepara banyak yang berguguran.
“Tenaga terampil di dunia mebel, ukir khususnya sangat kekurangan tenaga terampil,” kata dia sambil menegaskan bahwa sampai akhir Januari Majelis Desa akan punya tim sampai tingkat RT. (ajie mh)
Editor: Ismu Puruhito