SEMARANG (jatengtoday.com) – Sosok kharismatik, KH Maimoen Zubair atau yang akrab disapa Mbah Moen menghembuskan nafas terakhir di Makkah pukul 04.17 waktu setempat. Mbah Moen memang berangkat ke tanah suci untuk melaksanakan ibadah haji.
Kabar duka itu membuat Indonesia kehilangan satu lagi tokoh penting. Ya, Mbah Moen memang bukan orang sembarangan. Dia punya sepak terjang yang patut diapresiasi.
Dia dikenal sebagai pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar, Sarang, Rembang dan Mustasyar Nahdlatul Ulama (NU). Dia juga dikenal sebagai alim ulama yang merupakan murid dari Ulama besar Syaikh SaÃd al-Yamani serta Syaikh Hasan al-Yamani al-Makky.
Mbah Moen kecil sudah dikenal sebagai anak yang taat agama. Sejak balita, dia banyak melalap ilmu dari ayahnya, Kyai Zubair Dahlan yang juga seorang ulama tersohor kala itu.
Dia bahkan menghafal berbagai bidang dalam ilmu agama Islam sebelum usianya remaja. Tak heran, pada usia 17 tahun, sudah mampu menghafal isi dari banyak kitab.
Belum kenyang mendapatkan ilmu dari orang tuanya, Mbah Moen bertolak ke Pondok Lirboyo, Kediri, Jatim, untuk mempertajam ilmu agama, 1945 silam.
Selama lima tahun, beliau terus mengasah ilmu agama di Pondok Lirboyo di bawah asuhan KH Abdul Karim, KH Mahrus Ali dan KH Marzuki.
Sampai akhirnya, Mbah Moen mendirikan Pondok Pesantren yang sekarang dikenal dengan nama Al-Anwar.
Kemudian sekitar tahun 2008, kembali mendirikan Pondok Pesantren Al-Anwar 2 di Gondan, Sarang, Rembang, yang kemudian oleh beliau dipasrahkan kepada putranya KH Ubab Maimun.
Kedalaman Islam juga dicari hingga Makkah Al Mukarromah saat menginjak usia 21 tahun. Ketika melakukan perjalanan ke Makkah ini, dia ditemani oleh kakeknya sendiri yaitu KH Ahmad bin Syuaib.
Di Makkah, dia banyak mengaji kepada ulama-ulama besar seperti Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, Syekh Abdul Qodir al-Mandaly dan ulama-ulama lainnya.
Meski sedang mencari ilmu di Makkah, Mbah Moen tetap menyempatkan untuk menuntut ilmu kepada Ulama Jawa yang berada disana seperti Kiai Baidhowi, Kiai Ma’shum Lasem, Kiai Bisri Musthofa (Rembang), Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Muslih Mranggen (Demak), Kiai Abdullah Abbas Buntet (Cirebon), Syekh Abul Fadhol Senori (Tuban) dan beberapa Ulama lainnya.
Selain sebagai ulama, Mbah Moen juga dikenal sebagai politisi. Dalam dunia politik, Mbah Moen pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Rembang selama 7 tahun.
Selain itu Mbah Moen juga pernah menjadi anggota MPR RI yang mewakili daerah Jawa Tengah selama tiga periode.
Dalam politik, Mbah Moen memilih bergabung ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Di saat NU sedang ramai mendirikan PKB tahun 1998, Mbah Moen lebih memilih tetap di PPP, partai dengan gambar Kabah.
Di PPP Mbah Moen menduduki posisi sebagai Ketua Majelis Syariah PPP. Mbah Moen pernah mengatakan PPP bukan hanya untuk agama Islam, tapi PPP hadir untuk Indonesia.
“Kehadiran PPP bukan hanya untuk agama (Islam), tapi untuk bangsa Indonesia,” kata Ulama karismatik pengasuh Ponpes Al-Anwar ini, saat menghadiri Harlah PPP di Bantul, (16/1/2019). (*)
Bio Mbah Moen
Nama Lengkap : Â Â Maimoen Zubair
Lahir         :   Rembang, 28 Oktober 1928
Tempat tinggal : Â Â Pondok Pesantren Al-Anwar
Pendidikan    :   Lirboyo
Pekerjaan     :   Pimpinan Pondok Pesantren
Organisasi     :   Nahdlatul Ulama
Partai politik   :   Partai Persatuan Pembangunan
Anak         :   KH Abdullah Ubab, KH Gus Najih, KH Majid Kamil, Gus Abdul Ghofur, Gus Abdur Rouf, Gus Muhammad Wafi, Gus Yasin, Gus Idror, Sobihah, Rodhiyah
Orang tua     :   Zubair Dahlan.
editor : ricky fitriyanto