Bagaimana membuat sistem “anti-rapuh”?
Orang sering melakukan sesuatu secara teratur, berharap agar berhasil, tujuan bisa tercapai. Belajar, berlatih, bekerja keras, kemudian.. Gagal. Berantakan. Tidak sesuai harapan.
Sudah berlatih, namun gagal. Sudah bekerja keras, tidak juga kaya. Sudah belajar, masih belum bisa. Tidak jarang, kita memikirkan betapa rapuhnya “metode ini”, betapa ada yang salah dengan diri kita. Itu kata “pendekatan rentan”.
Banyak sistem buatan manusia itu rapuh.
Lawannya, adalah sistem “anti-rapuh” (anti-fragile), kata Nassim Nicholas Taleb.
Dia tuliskan gagasan tentang sistem anti-fragile di buku Antifragile: Things That Gain from Disorder (Incerto) Paperback – January 28, 2014
Anti-rapuh tidak sama dengan kebal dari segala serangan. Anti-rapuh berarti tetap-kuat setiap kali ada tekanan.
Stress (tekanan), membuat sistem kamu lebih kuat.
Misalnya, ketika kamu berolahraga. Lelah, capek, kadang terluka. Setelah pulih, tulang dan otot menguat, pernafasan lebih baik, dan daya tahan tubuh meningkat.
Ini bisa kita terapkan dalam segala jenis pembelajaran, pembentukan kebiasaan, pelatihan fisik atau mental, apa pun di mana kita berusaha meningkatkan sesuatu.
Maka, rancanglah sistem pelatihan yang membuat kamu lebih kuat menghadapi tekanan dan kegagalan.
Mulailah dengan menghapus kerapuhan dari sistem. Apa yang bisa merongrong sistem ini, tinggalkan.
Misalnya? Kalau kamu mau sehat, menetapkan sistem (prinsip, metode, praktek) untuk sehat, hindari apa yang bisa membuatmu tidak sehat: hindari mengkonsumsi makanan berbahaya dan jangan malas berolahraga, misalnya.
Lebih baik menjadi perenang, yang pernah tenggelam, berat melatih seluruh tubuh, daripada memperbaiki tubuh di salon. Tubuh perenang lebih sehat, dan sehat menjadi ukuran seksi. Tubuh salon cenderung “dipercantik”, namun belum tentu sehat. Yoga, makan sehat, diet protein, menari, berenang, menghapus kerapuhan sistem “menjadi cantik”. Jadi, singkirkan kerapuhan dari sistem.
Dalam menulis, singkirkan dan ketahui cara mengatasi “writer’s block”. Gagal di tengah dan menghadapi hambatan, berarti kamu sedang berjalan. “Belajar dari kegagalan” tidak sama dengan “merelakan diri untuk selalu gagal”.
Lakukan antisipasi, dengan cara berlatih. Agar kamu terbiasa bekerja dalam tekanan, buatlah pelatihan bagi diri-sendiri, ketika tidak sedang berhadapan dengan deadline, dengan cara bekerja dalam tekanan.
Misalnya? Ketika sedang tidak di tengah tugas, berlatihlah membaca di tengah keramaian. Tidak ada yang tidak menekanmu. Itulah pentingnya berlatih.
Lakukan eksperimen kecil yang dirancang untuk belajar dari kegagalan. Dengarkan kisah orang yang pernah selamat dari kegagalan. Dengarkan kegagalan, orang yang semakin kuat setelah bertarung, bukan orang yang memiliki harapan dan jarang bertanding.
Jangan relakan waktumu habis hanya untuk “mencoba” pengalaman gagal orang-lain. Kamu tidak punya banyak waktu. Kemudian, catat di buku harian, keberhasilanmu. Hargai pencapaian kamu dalam belajar, hari ini.
Misalnya? “Saya berhasil mempelajari cara membuat judul berita”. Tidak selesai di situ. Apa yang kamu pelajari dalam 2 jam (cara membuat judul berita) dengan browsing dan praktek, hanyalah awal, yang akan kamu perbaiki seumur hidup.
Periksa selalu dengan mempertanyakan kegagalan:
- Apa yang membuat sistem saya rapuh?
- Mengapa saya (dan orang itu) gagal?
- Apakah cara sekarang lebih baik daripada cara saya kemain?
- Jaringan pendukung dan pelatihan apa yang bisa saya lakukan?
- Bagaimana saya mengoptimalkan kasus terburuk yang baru saja terjadi?
- Bagaimana saya melihat peluang di balik kegagalan ini?
Mulai dengan langkah-langkah kecil, menyusun sistem pelatihan yang bisa membuat kamu selalu bangkit di tengah perjalanan. Hargai pencapaianmu.
Lawan yang paling ditakuti adalah lawan yang tidak pernah menyerah. Yang memperbaiki sistem mereka. Yang siap bertarung sewaktu-waktu.
Momen paling damai, bukanlah momen tanpa-gangguan atau tanpa-tekanan. Momen paling damai terjadi ketika kamu siap perang kapan-saja.
Dengan cara terus berlatih dalam tekanan, bertarung yang lebih baik daripada sebelumnya, dan tidak menyerah. [dm]