in

Serapan KUR di Jateng Paling Tinggi, ini Sebabnya

SEMARANG (jatengtoday.com) – Jateng menyerap Kredit Usaha Rakyat (KUR) hingga Rp 17 triliun lebih pada periode Oktober 2018. Realisasi serapan itu mencapai 80 persen dari kuota KUR yang disiapkan sebesar Rp 22 triliun.

Tingginya realisasi penyaluran KUR tersebut dipengaruhi penurunan suku bunga pinjaman. “Penurunan suku bunga KUR memberikan pengaruh baik dalam penyaluran kredit di Jateng,” ungkap Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jateng, Emma Rachmawati, Jumat (16/11/2018).

Dijelaskan, sampai dengan saat ini, jumlah penyaluran terbesar KUR masih di sektor perdagangan besar dan eceran. Sehingga, di sisa waktu akhir 2018 ini pemerintah melakukan pembatasan untuk penyaluran KUR dan lebih diprioritaskan pada sektor pertanian dan kehutanan.

Untuk mikro di bawah Rp 25 juta, sekarang sudah mencapai akad Rp 11 triliun. “Tapi outstandingnya Rp 9,2 triliun dengan debitur mikro 707.153. Rata-rata ambil kredit Rp 16 juta. Yang ritel antara Rp 25 juta-Rp 500 juta jumlahnya mencapai Rp 5,6 triliun akadnya dan outstandingnya Rp 4,5 triliun dengan debitur 39.614. Rata-rata ambil kredit di atas Rp100 juta,” paparnya.

Selain pertanian dan kehutanan, lanjutnya, masih ada sektor lain yang potensi penyaluran kreditnya cukup besar di Jateng. Yakni kredit ultra mikro (UMI), dengan sasaran kepada ibu-ibu rumah tangga produktif.

“Yang kredit UMI ini pinjamannya maksimal Rp 10 juta,” ujarnya.

Terkait upaya untuk mengatasi adanya kredit macet dari para peminjam, sejumlah perbankan sudah mengandeng Jamkrindo, Jamkrida dan Askrindo sebagai penanggungjawab dari pinjaman masyarakat Jateng.

Diketahui, sepanjang 2018 ini kabupaten/kota di Jateng yang paling besar penyerapan KUR-nya adalah Kabupaten Pati sebesar Rp 1,07 triliun dan disusul Brebes sebesar Rp 1,008 triliun. Sedangkan penyerapan KUR terendah ada di Kota Pekalongan dan Kota Tegal, sekira Rp 200 miliar. (*)

editor : ricky fitriyanto