Perang informasi sepadan dengan perang fisik. Sepadan dengan tank dan rudal. Russia melakukan ini sejak dekade 60-70. Seperti virus biologis, perang informasi mereka mirip virus yang mengubah DNA tubuh. Hasilnya, publik mengalami mutasi.
Kita perlu tahu bagaimana Russia mempersenjatai informasi untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Tulisan ini bukan bagian dari pro-kontra peperangan Ukraina vs. Russia. Dengan melihat cara Russia mempersenjatai informasi, kita bisa lebih melek dalam melihat bagaimana media menyebarkan informasi.
Russia sudah lama siapkan senjata informasi. Bukan hanya tank dan AK47. Russia memproduksi informasi bersenjata.
Target Russia: orang asing tidak melawan Russia.
Perang informasi menjadi salah satu elemen dalam perang hibrida modern, seperti Suriah dan Ukraina.
Mereka punya panduan kebijakan informasi negara dalam kondisi khusus.
Tokoh di balik “perang informasi” Russia, salah satunya, bernama Andrey Manoilo. Lulusan Akademi FSB, Anggota Dewan Ilmiah di bawah Dewan Keamanan Federasi Rusia pada 2011-2018, dan menjadi orang yang dapat ucapan terima kasih secara pribadi dari Vladimir Putin atas pencapaiannya sejak 2019. Dia presiden sekaligus pendiri Asosiasi Spesialis Operasi Informasi.
Andrey Manoilo menulis buku ini:
Kebijakan Informasi Negara dalam Kondisi Khusus
http://www.evartist.narod.ru/text24/0022.htm
ISBN 5-7262-0510-3
*) Buku ini tidak ditemukan di Google kalau kita search dengan ISBN. Hebatnya, nama Andrey Manoilo baru ngehit setelah ada perang Ukraina Russia.
Bagaimana strategi (jangka panjang) perang informasi ini?
Andrey Manoilo mendukung pihak pro sekaligus kontra, demi memperkuat “cerita” dan tujuan Russia. Agar di tengah publik tidak terjadi pemihakan. Pihak pro-kontra, di dalam maupun luar negeri Russia, sama-sama mendapatkan dukungan tersembunyi dari Russia. Partai politik berkekuatan besar dan suara mayoritas, “dipangkas” agar tidak ada kekuatan dominan yang melampaui negara. Russia melakukan gaslighting, propaganda, modifikasi informasi, dll.
“Perang informasi” adalah konflik bersenjata di mana pihak yang bentrok memakai senjata informasi, dengan tujuan membagi dan mempolarisasi masyarakat. mengacaukan, memecah, menghasit kebencian dan pertikaian, menggabungkan agresi, dan mengarahkannya untuk melawan pemerintah saat ini.
Manoilo menyebut tujuan perang informasi: manipulasi kesadaran yang dirancang “untuk mematahkan keinginan untuk melawan” dan menundukkan “kesadaran” musuh.
Singkatnya, ratakan kekuatan lawan, kalau perlu bantu mereka, agar mereka tidak bisa mendominasi informasi, selanjutnya arahkan untuk “tidak melawan”.
Teknologi perang informasi modern dibangun di sekitar manipulasi yang digunakan “.. untuk mengontrol kesadaran politik dan perilaku warga negara.”
Metode Tradisional dan Rasional
Menggunakan sarana verbal, massa, dan media sosial.
Bertujuan pada “alasan” berikut ini: pengetahuan; keyakinan; nilai-nilai; stereotip; persepsi; dan ide. Selagi kita masih melihat adanya pro-kontra di berita maupun media yang berkaitan dengan subject di atas, maka yang terjadi barulah perang informasi yang tradisional dan rasional.
Metode Irasional
Bertujuan untuk melemahkan dan menghancurkan kemampuan korban untuk berpikir kritis dan mandiri.
Perhatian utama: inklinasi (kecenderungan); keinginan; penginderaan (sensasi); imajinasi; memori (ingatan); mood (suasana hati;) dan persepsi antarpribadi. Metode irasional lebih mengena, melekat, dan mapan, dibandingkan metode sebelumnya.
Russia memanipulasi kesadaran publik sampai dengan menyiapkan rancangan sintaksis dan semantik leksikal.
Penasaran, seperti apa cara mereka menyiapkan ini?
Ahli propaganda Anna Danilova, yang sudah 20+ meneliti manipulasi dan pengaruh linguistik selama kampanye militer, menulis buku ini:
Manipulasi Kata di Media
https://www.rulit.me/books/manipulirovanie-slovom-v-sredstvah-massovoj-informacii-read-442552-1.html
Russia menjalankan “Operasi Informasi Anglo-Saxon” (mereka pakai “anglo-saxon” untuk sebut Amerika, Inggris, Canada, dll. Ini pemakaian istilah yang sebenarnya secara historis keliru.
Russia mengembangkan “kontrol refleksif” (reflexive consciousness), seni memanipulasi individu dan kelompok dan metode kontrol masyarakat, pada dekade 60-70. Sekarang RC “disesuaikan” dengan era cyberwar. Russia mengadaptasi konsep mereka tentang manipulasi dari gaya lama ke era internet. Prinsipnya masih sama, hanya perangkat dan operasinya berbeda.
Ke dalam negeri, Russia memanipulasi kesadaran dan kepatuhan warga. Ke luar negeri, bagi musuh, merancang informasi agar musuh membuat keputusan (sebagai sikap atas informasi yang sudah dimanipulasi itu), agar sesuai tujuan negara. Mereka membuat “gerakan” dan “informasi” palsu, yang sudah dirancang, agar publik, terutama negara lain, mengambil keputusan yang “sesuai” dengan tujuan Russia.
Informasi menjadi pemrakarsa tindakan.
Negara memakai taktik “tempat buang-infomasi” untuk memancing tanggapan cepat.
Metode ini, perpanjangan dari eksperimen “manipulasi perilaku” anjing Pavlov. Ini merupakan “reaksi terhadap stimulus eksternal” dan pengulangan pola “stimulus – reaksi”.
Kita bisa lihat dari contoh laporan Russia ini:
Russian Report 1 Putin’s Information Warfare in Ukraine- Soviet Origins of Russias Hybrid Warfare
Senjata Kognitif dan Virus Psikologi
Konsep yang diterapkan Russia mirip menginjeksikan virus ke tubuh manusia, atau malware ke dalam sistem yang “normal”.
Senjata kognitif ini bisa berupa: Pseudoscience; Hasil riset palsu; Konsep yang keliru; Prediksi strategi; Teori konspirasi; Polarisasi sejarah; Memadukan informasi dengan kepalsuan.
Semacam menamkan virus di sistem yang bersih; Mengganggu persepsi dan keputusan. Kemudian, informasi kiriman Russia akan berfungsi seperti virus yang membuat tubuh mengalami mutasi. Masyarakat akan memiliki perspektif baru dan keinginan Russia tercapai.
Persiapan ini sangat matang, melibatkan ratusan akademisi top dan intelejen berpengalaman. Salah satunya, kita bisa baca dari literatur karya Vladimir Alexandrovich Lisichkin, Leonid Alexandrovich Shelepin:
Perang Informasi-Psikologis Dunia Ketiga
https://www.litmir.me/br/?b=241144&p=1
Russia terang-terangan menceritakan perang informasi ini di NewsWeek
Apakah ini klaim Russia? Atau memang Russia menjalankan operasi sebagaimana cerita mereka?
Ketika virus informasi sudah seperti virus biologis, yang terjadi kemudian: mutasi genetik. Masyarakat yang bermutasi, kebijakan negara yang “didominasi” agenda tersembunyi Russia.
Sebenarnya, bukan hanya Russia. Ada “perang informasi” yang dijalankan negara Indonesia ketika kebijakan negara diganjal oleh protes di media, atau ketika anggota legislatif ingin agenda partai mereka “jalan”, atau ketika orang akan menghadapi pemilihan presiden (sejak sekarang). Perang informasi menjadi keniscayaan dalam dunia yang terhubung dengan internet dan media online.
Benteng yang masih menjadi harapan, bukan lagi penyortiran informasi (entah dari negara ataupun independen), tetapi ini: kesadaran publik, pendidikan infomasi, dan perbaikan lembaga media.
Taktik Russia dalam perang informasi, yang saya tuliskan ini, bukan hal baru dan diterapkan di banyak negara, termasuk di Indonesia.
Kita sedang menghadapi musuh impersonal (bukan seseorang, bukan lembaga, bukan negara). Kita sedang menghadapi kemalasan menyibak ada apa di balik ini? Mengapa saya tidak percaya ini? Mengapa saya mengambil keputusan ini?
Sebelum menutup tulisan ini, saya sarankan untuk buka link yang saya share di dalamnya. *) Jangan lupa pakai ToR proxy dan Google Translate ketika baca. [dm]