in

Mencari Kebijaksanaan Berarti Memperbaiki Cara Kita Berpikir

Untuk bersikap bijaksana, yang perlu kita perhatikan justru cara kita berpikir dan mengambil keputusan. Bukan dengan menyalin pengalaman orang lain, meniru taktik terbaik orang lain.

SEEKING WISDOM. Kebijakan itu tentang tindakan, sedangkan tindakan berasal dari pikiran dan kesadaran. Mengubah cara berpikir akan membuatmu sampai kepada kebijaksanaan. (Credit: Planet Flem)

Kalau saya ringkas buku ini dalam 1 paragraf:

Kebijaksanaan berhubungan dengan tindakan (kemarin, sekarang, dan nanti). Tindakan berasal dari pikiran, jika kita memperluas kesadaran. Untuk bersikap bijaksana, yang perlu kita perhatikan justru cara kita berpikir dan mengambil keputusan. Bukan dengan menyalin pengalaman orang lain, meniru taktik terbaik orang lain. Mengingat “berpikir” memiliki prinsip, maka kita bisa menjadi bijaksana dengan mengubah cara kita berpikir.

cover buku seeking wisdom

Info Buku

Judul: Seeking Wisdom: from Darwin to Munger
Penulis: Peter Bevelin
Edisi: Cetakan ke-3, paperback
Penerbit: PCA Publications L.L.C.
Tanggal Terbit: January 1, 2007)
Bahasa: English
Halaman: 328 hlm.
ISBN-10: 1578644283
ISBN-13: 978-1578644285
Link Amazon: https://amzn.to/3J7gOjS

Ketika membaca buku Peter Bevelin berjudul Seeking Wisdom saya sangat senang bisa menertawakan diri sendiri. Buku ini tentang meningkatkan kualitas keputusan yang kamu buat. Sangat padat dan berharga. Saya menertawakan diri sendiri, karena merasa menemukan “kebodohan” saya dalam mengambil keputusan, sepanjang membaca buku ini.

Sifat manusia didasarkan pada gaya hidup “pemburu pengumpul” (hunter gatherer). Secara biologis, kita telah menghabiskan 99% keberadaan kita sebagai spesies dalam keadaan “hunter gatherer”, dan kita belum cukup berevolusi untuk beradaptasi dengan belum menjadi satu. Banyak dari kecenderungan kita dapat dijelaskan oleh sejarah ini.

Kita tertarik pada hal baru karena yang tidak diketahui berpotensi bermanfaat. Kita mungkin mendapat keuntungan dari menjelajahinya, jadi kita tertarik padanya.

Daftar Periksa Pilot untuk Menghindari Membodohi Diri Sendiri

  1. Bias “asosiasi mere” (efek paparan belaka), yaitu fenomena psikologis di mana orang cenderung mengembangkan preferensi untuk hal-hal hanya karena mereka akrab dengannya. Psikologis sosial menyebut ini sebagai “prinsip keakraban”. Semakin sering orang melihat seseorang, semakin menyenangkan dan disukai orang tersebut.
  2. Meremehkan kekuatan ganjaran dan hukuman
  3. Meremehkan bias dari kepentingan diri sendiri. Periksa, apakah ini kepentingan kamu sendiri yang berbicara?
  4. Bias melayani diri sendiri, lebih dari optimisme. Ini akan mengarah kepada sikap egois dan narsis.
  5. Penipuan dan penyangkalan diri, penuh angan-angan, tidak melihat kenyataan dan tidak mengubah kenyataan dengan tindakan.
  6. Bias dari kecenderungan konsistensi. Ini bisa membuat orang menjadi tidak dinamis dan berhenti menjelajahi kemungkinan.
  7. Bias dari sindrom deprival, efek endowmen. Ini terjadi ketika kamu sangat
  8. Bias status quo dan sindrom tidak melakukan apa-apa
  9. Ketidaksabaran.
  10. Bias dari Envy and Jealousy. Jangan cemburuan.
  11. Dilihat dengan perbandingan, bukan nilai absolut.
  12. Bias dari penahan dan penyesuaian.
  13. Bias keterkinian / ketersediaan, yaitu melebih-lebihkan kemungkinan dalam menilai sesuatu yang sering terjadi akhir-akhir ini. Misalnya: banyak baca berita tentang startup yang berhasil, akhirnya menganggap persentase peluang keberhasilan kalau membuat startup akan lebih besar.
  14. Kelalaian atau kebutaan abstrak, anjing yang tidak menggonggong
  15. Bias dari kecenderungan timbal balik
  16. Bias dari pengaruh berlebihan dengan kecenderungan menyukai
  17. Bias dari pengaruh bukti sosial
  18. Bias dari pengaruh otoritas
  19. Penginderaan, membangun penjelasan yang sesuai dengan hasil
  20. Alasan menghormati, patuh karena kita sudah diberi alasan
  21. Percaya dulu dan kemudian meragukan
  22. Batasan memori, dipengaruhi oleh sugesti
  23. Bias untuk melakukan sesuatu
  24. Kebingungan mental karena merasa perlu mengatakan sesuatu
  25. Kebingungan mental akibat gairah emosional
  26. Kebingungan mental karena stres
  27. Kebingungan mental dari rasa sakit fisik atau psikologis, pengaruh negara
  28. Bias dari lollapalooza, banyak kecenderungan beroperasi bersama

Spoiler: Tidak mungkin saya jelaskan-kembali definisi dan contoh 28 bias di atas. Kamu bisa search artinya di Google dan bersiaplah menertawakan diri sendiri, karena selama ini ternyata pikiran kita sering bias.

Upton Sinclair: “Sulit untuk membuat seseorang memahami sesuatu ketika gajinya bergantung pada dia dan tidak memahaminya”

Jangan pernah percaya proyeksi keuangan

Charlie Munger, bilyuner yang mempopulerkan pemakaian model mental lintas-disiplin ilmu, mengatakan, “Kenali batasanmu, seberapa banyak yang tidak kamu ketahui. Jangan mencoba menjadi yang terpintar, mendingan menjadi yang paling bodoh.” *) Tentang “model mental”, kamu bisa baca ini:  Model Mental Versi Saya.

Feynman: “Prinsip pertama: kamu tidak boleh membodohi diri sendiri, dan kamu adalah orang yang paling mudah untuk dibodohi”.

Kita cenderung membuat penilaian cepat dan kemudian meragukan diri kita sendiri ketika kita mulai berpikir jawabannya mungkin berbeda, kita tidak suka salah.

Seneca: “Tidak ada yang salah dengan mengubah rencana ketika situasinya telah berubah.”

Jika kamu tidak yakin apakah ingin lakukan sesuatu di masa depan, tanyakan pada dirimu apakah kamu ingin melakukannya besok.

Aldous Huxley: “Fakta tidak berhenti ada karena diabaikan.”. Mengabaikan musuh bukan berarti musuh itu tidak ada.

Ketahui tujuan dan opini kamu, apakah kamu menginginkan ini karena alasan emosional atau rasional?

Nuh tidak menghitung ramalan hujan. Nuh menghitung ketika membangun kapal besar.

Orang lebih suka salah dalam kelompok daripada menjadi benar sendiri.

Jika semua orang sepakat tentang suatu keputusan, lebih baik menundanya sampai seseorang dapat memberikan argumen yang bagus untuk menentangnya.

Kamu tidak mencapai benar atau salah karena orang banyak tidak-setuju. Kamu bisa benar atau salah berdasarkan data dan alasan kamu.

Para ahli bisa lebih meyakinkan ketika kita tidak memahaminya, kita berasumsi itu berarti mereka lebih pintar.

7 Dosa Memori

Kita sering merasa hebat karena bisa mengingat sesuatu. Faktanya, ingatan atau memori memiliki 7 dosa, berikut ini:

  1. Ingatan kita melemah dan memburuk seiring waktu.
  2. Kita disibukkan dengan masalah yang mengganggu dan tidak fokus pada apa yang perlu diingat.
  3. Kita mati-matian mencari informasi yang kita tahu bahwa kita sudah tahu.
  4. Kita menetapkan memori ke sumber yang salah.
  5. Memori ditanamkan dari pertanyaan, komentar, atau saran yang mengarahkan saat mengambil.
  6. Pengetahuan kita saat ini memengaruhi cara kita mengingat masa lalu.
  7. Kita mengingat kejadian-kejadian mengganggu yang ingin kita hilangkan sama sekali dari pikiran kita.

Blaise Pascal berkata, “Manusia tidak menemukan apa pun yang lebih menyakitkan daripada beristirahat total tanpa kerja, pengalihan, atau usaha.”

Apa yang ingin kamu capai? Warren Buffet menjawab, “Tidak ada gunanya berlari jika kamu berada di jalan yang salah”.

Socrates: “Kesadaran akan ketidaktahuan adalah awal dari kebijaksanaan.”

Saat kita merasa sedih, kita mungkin ingin mengubah keadaan agar kita merasa lebih baik.

Semakin sedikit kita mengetahui tentang suatu masalah, kita akan semakin dipengaruhi oleh bagaimana masalah itu dibingkainya.

Tiga Nasehat untuk Tidak Menjadi Bodoh dari Charlie Munger

  1. Kamu dapat belajar membuat lebih sedikit kesalahan dan memperbaikinya lebih cepat, serta belajar menanganinya dengan lebih baik. Terkadang kamu harus berhenti sambil memegang tangan orang yang sangat kamu cintai.
  2. Analisis dua jalur: Apa saja faktor yang mengatur minat yang terlibat, dan apa pengaruh alam bawah sadar di mana otak secara otomatis melakukan sesuatu, apa yang dapat menyebabkan kesalahan penilaian psikologis.
  3. Ambil semua model utama dari psikologi dan gunakan mereka sebagai daftar periksa dalam meninjau hasil.

“Mencari kebijaksanaan” (yang menjadi judul buku Peter Bevelin di atas, bisa terjadi sebagai proses yang terus-menerus, dalam mengenal kembali cara kita berpikir dan sebisa mungkin meminimalkan bias. [dm]