SEMARANG (jatengtoday.com) – Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Semarang mencatat sedikitnya 1.538 UMKM terkena dampak pandemi Covid-19. Meski demikian, dampak yang menimpa sejumlah UMKM di Kota Semarang tersebut dinilai tidak terlalu parah.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang FX Bambang Suranggono mengaku telah melakukan pemetaan mengenai kondisi UMKM yang terkena dampak pandemi.
“UMKM yang terdampak pandemi kurang lebih 1.538 UMKM, sebanyak 700 sekian di antaranya merupakan UMKM Olahan Pangan, sisanya kurang lebih 800 UMKM campuran,” ungkapnya, Kamis (2/7/2020).
Jumlah UMKM yang terdampak berdasarkan catatan tersebut terbilang kecil, mengingat jumlah UMKM yang berizin di Kota Semarang adalah 17.564 UMKM. Hingga saat ini masih ada kurang lebih 50 ribuan UMKM belum berizin. Sehingga hal itu membuat tidak bisa terpantau.
“Banyaknya UMKM di Kota Semarang sebetulnya menjadi salah satu sektor informal yang sangat mendukung sektor ekonomi di Kota Semarang. Selain itu memberikan peluang kerja cukup besar. Termasuk membantu mengurangi pengangguran,” katanya.
Selama situasi Pandemi, kata Bambang, kebijakan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM), atau Non Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menjadi salah satu faktor yang membantu UMKM bisa bertahan. “Kebijakan PKM membuat ruang gerak UMKM di Kota Semarang cenderung lebih mampu bertahan. Artinya, UMKM yang terdampak tidak terlalu parah. UMKM di Kota Semarang yang terdampak adalah UMKM yang bukan kebutuhan pokok. Misalnya UMKM di sektor seni kriya, kerajinan dan lain-lain,” katanya.
Sedangkan untuk UMKM olahan pangan relatif mampu bertahan. “Bidang konveksi termasuk terkena dampak, namun luar biasanya bisa beralih sesuai dengan situasi. Misalnya membuat masker. UMKM Jamu ketika ada kondisi omzet menurun, membuat jamu kesehatan imunitas hingga 20 ribu bungkus. Wali Kota memberi perhatian melalui Dinas Koperasi untuk mendistribusikan,” katanya.
Contoh lain, kata Bambang, adanya kegiatan “Jumat Sedekah” yang diinisasi Pemkot Semarang, sedikitnya setiap Jumat terdistribusi kurang lebih 32 ribu nasi kotak dari UMKM Olahan Pangan. “Sehingga UMKM masih bisa memperoleh pendapatan di tengah pandemi. Ini menjadi salah satu dinamika di tengah diberlakukannya PKM. Tentu apabila diterapkan PSBB, praktis semua kegiatan harus berhenti,”
Di sisi lain, Kredit Wibawa melalui Perumda Bank Pasar Kota Semarang melakukan relaksasi untuk UMKM. “Kemarin ada 81 pemohon yang masuk di Bank Pasar diberikan relaksasi penundaan untuk tidak mengangsur. Sedangkan untuk di Bank Jateng hanya membayar pokoknya saja, bunganya tidak perlu dibayarkan,” katanya.
Sementara itu Wakil Ketua DPRD Kota Semarang, Mualim, mengatakan pemerintah juga harus memikirkan bagaimana strategi mengembalikan kondisi perekonomian di Kota Semarang. “Misalnya menginventarisasi secara jelas terkait jumlah UMKM yang terdampak akibat pandemi ini. Sehingga pemetaan tersebut bisa dicari solusi pemecahannya,” katanya.
Dia berharap, Pemkot Semarang juga memperhatikan UMKM yang terkena dampak akibat pandemi ini. “Misalnya usaha tersebut mandek, harapan kami, pemerintah idealnya membantu menyediakan—bahasanya—pinjaman lunak untuk mensupport UMKM tersebut,” katanya. (*)
editor: ricky fitriyanto