in

Lebih Njawani dengan Baca Literatur Jawa Kuno di Web Ini

Web Sastra Jawa yang punya koleksi waow. Melihat kekayaan literatur Jawa dan semangat ilmiah mereka di masa kolonial Belanda.

Nama webnya Sastra.org dan bisa kamu buka di ponsel.

Spoiler: Saya tidak sangka, web Sastra akan menjadi semakin besar dan memiliki koleksi literatur Jawa semakin lengkap.

Apa yang bisa kamu dapatkan di web itu?

Penanggalan

Kalau kamu mau bertanya, “Sekarang tanggal berapa di kalender Jawa?”, web ini punya widget khusus dan selalu update untuk tayangkan 2 sistem penanggalan.

Selalu ada penanggalan “nasional” (kalender Masehi) yang berdasarkan matahari (solar) dan Jawa yang berdasarkan bulan (lunatic).

Selain itu, ada angka kurup, pranatamangsa, padewan, dll. Orang Jawa sangat suka menjaga tindakan mereka agar sinkron dengan waktu dan musim.

Mencari Kata (Tembung) Jawa dengan Leksikon

Asalkan masih dalam daftar kata Jawa, kamu bisa cari di kotak Leksikon. Misalnya, mencari kata “samber”, Ketik saja “samber” lalu tekan Enter. Hasilnya, akan tayang kamus Jawa, Belanda, dan Inggris. Bahasa Belanda menjadi bahasa mainstream di masa penjajahan Belanda, sering dipakai kaum intelektual.

Mencari dari Koleksi Literatur Jawa dengan “Telusuri”

Kamu bisa mulai mencari literatur yang ngehit seperti: “centhini” tulisan Kamajaya. Hasilnya, ada Serat Centhini. Yang ditampilkan berupa halaman citra (image, hasil scanning) dan transliterasi aksara latin dari aksara asli (Jawa). Ingat, tulisan Latin-Jawa mengenal penanda fonetis.

5 Tema Literatur yang Bisa Kamu Akses

  1. Agama dan Kepercayaan, meliputi: Kebatinan dan Mistik, Kitab Suci, Suluk, dan Wulang.
  2. Arsip dan Sejarah, berisi: Editorial, Galeri, Hukum dan Pemerintahan, Kasunanan, Mangkunagaran, Mayor, J. F. T., Radya Pustaka, Radya Pustaka Surat-menyurat, Rănggawarsita, R. Ng., Sasradiningrat II, K. R. A., Surakarta, dan Umum.
  3. Bahasa dan Budaya, memuat: Adat dan Tradisi, Bacaan Huruf Jawa, Gending dan Notasi, Kagunan, Kamus dan Leksikon, Karawitan, Panêmbrama dan Ibêr, Pawukon dan Primbon, Pengetahuan Bahasa, Wayang.
  4. Kisah, Cerita dan Kronikal, berisi: Babad, Babad Giyanti, Babad Tanah Jawi, Cerita, Dongeng, Mahabharata, Menak, Novel, Riwayat dan Perjalanan, Sêrat Cênthini.
  5. Koran, Majalah dan Jurnal, memuat penerbitan yang pernah ngehit di masanya, antara lain: Almanak, Candrakanta, Kajawèn, Kawi, Kumandang Teyosupi, Mardi Siwi, Narpawandawa, Pusaka Jawi, Sasadara, Umum, Wara Susila.

Kamu Bisa Terlibat dalam Digitalisasi

Ada bagian khusus bagi para pustakawan dan filolog untuk ikut digitalisasi naskah. Gerakan website ini berdasarkan semangat ilmiah untuk mendokumentasikan naskah Jawa.

“Program digitalisasi Sastra Lestari melibatkan tiga langkah utama: mengubah sumber-sumber daya Jawa ke format digital; mendata; hingga menyebarluaskan melalui platform berbasis web. Yang mendasari masing-masing langkah tersebut adalah perlunya menjaga konsistensi dalam penyajian informasi. Untuk itu, Sastra Lestari menggunakan standar (konvensi) sebagaimana dijelaskan di bawah ini: 1. Catatan-kaki; 2. Huruf Latin; 3. Penomoran; 4. Tembang; dan 5. Transliterasi dan Transkripsi.” demikian kata web ini.

Lebih Njawani dengan Belajar

Gunakan selalu semangat ilmiah ketika mengakses web Sastra ini.

Lebih baik mempelajari sastra Jawa, daripada berdebat tentang kehebatan Jawa tetapi nol besar ketika ada pertanyaan tentang sejarah peninggalan literatur Jawa.

Kita bisa memasuki mesin waktu ketika membaca literatur Jawa kuno, membayangkan Jawa sebagai metropolis di mana dunia percetakan sedang tumbuh, segala macam pengetahuan dibukukan, bukan dirahasiakan.

Ngelmu seperti primbon, pawukon, pertanian, pemerintahan, mantera, ngelmu sejati, sastra jendra, termasuk ajaran teosofi, bukan lagi menjadi rahasia.

Di masa kolonialisme akhir, Jawa adalah tempat orang belajar “tanpa kelas”. Mereka sudah memiliki publikasi dan penerbitan maju, dengan sistem berlangganan (subscribe), berdiskusi tentang budaya luar negeri, serta menggali cerita-cerita lokal. Semua itu bisa kita temukan jika mau browsing di web Sastra ini.

Orang Jawa sangat menyukai pakem dan paugeran, hampir dalam segala hal: berkata, bertindak, menentukan keputusan, memilih hari untuk pergi, dll. Termasuk urutan upacara dan adat-istiadat.

Bahkan dalam merangkum suatu ajaran menjadi sebuah tembang dan ilmu pengobatan menjadi buku bergambar, sudah menjadi hal mainstream di Jawa.

Sekali lagi, bukan rahasia dan tidak dirahasiakan, karena literatur tersebut dicetak dengan angka tahun dan nama penerbit yang jelas.

Orang Jawa punya semangat terbuka terhadap kebudayaan lain dan mengadaptasi budaya itu.

Mereka tidak risih ketika kamus pertama Jawa berbahasa Belanda, mereka tidak malu membaca “sejarah dalam format novel” seperti Serat Centhini, bahkan menceritakan kebudayaan Jawa melalui cerita Mahabharata dan Ramayana (dan masih banyak koleksi tentang budaya dari luar) yang diadaptasi dengan baik.

Sangat sering kita dengar orang berdebat tentang Jangka Jayabaya, di mana mereka tidak mengutip bukunya secara langsung.

Sangat sering kita dengar orang bicara tentang tingginya budaya Jawa, namun mereka tidak belajar membaca dan menulis dengan aksara Jawa, bahkan tidak tahu sejarah aksara Jawa itu.

Banyak mereka yang bertani, sebagai mata pencaharian, namun kehilangan jejak literatur kuno tentang bagaimana bertani dan berternak.

Atau mereka yang memprotes literatur Jawa yang masih berada di Leiden dan British Library, namun tidak mau melihat kenyataan bahwa ada gerakan digitalisasi naskah Jawa kuno. Semua itu bisa diakses di sini.

Membaca dan belajar di web Sastra bukan tentang mengunggulkan kehebatan suatu budaya, melainkan untuk melihat kembali batas kebodohan saya sebagai pembaca dan batas mimpi saya untuk mengajak anak-anak muda bersastra.

Selamat datang di web Sastra.org. Bisa kita buka sekarang? [dm]