Bermula dari modal 1 juta rupiah, jadilah egg roll Sasha dari Yogyakarta berdiri. Banyak orang ingin tahu kisah sukses Sasha egg roll.
Muhammad Luthfi Yuniarto (Luthfi) memulai usaha egg roll bersama istrinya. Ia mendirikan usaha ini pada bulan Desember 2010.
Kue ini diberi nama Shasa, dari nama anaknya. Luthfi memulai usaha ini justru ketika sedang mengalami kesulitan finansial. Dia tidak pernah menyerah dan ingin melakukan perubahan dalam hidupnya. Sebelum membuka egg roll, Luthfi mencoba bisnis kerajinan. Sebenarnya, di dunia kerajinan itu hasilnya sudah terlihat. Waktu itu, konsentrasi usaha Luthfi ada di kota Solo, kemudian terjadi insiden kerusuhan di Solo. Nasib bisnisnya di ambang kematian. Hanya semangatnya tidak pernah padam.

Semangat selalu membara dan ia ingin mengembangkan bisnisnya lagi. Sempat ramai, banyak digemari dan dikunjungi orang. Datang lagi masalah: bencana alam gempa melanda tempat tinggal Luthfi di Bantul, Yogyakarta, sekitar tahun 2008.
Semangatnya goyah, bisnisnya berantakan, tangisan, keringat dan air mata telah ia curahkan.
Iseng-iseng memantau pasar, Luthfi mulai merubah pemikiran bisnisnya, yang semula berupa bisnis kerajinan, menjadi kuliner.
Lutfhfi mengamati, ternyata belum banyak yang menjalani bisnis egg roll. Maka dari itu, dengan berbekal ide cemerlangnya, Luthfi mendirikan bisnis baru di bidang kuliner berupa Egg Roll, tak lupa dibantu juga dengan istrinya.
Hari demi hari Luthfi dan istrinya lalui dengan berbagai perjuangan menemukan resep yang pas, kini mereka telah menemukan takdirnya. Bukan sembarang kue egg roll, makanan yang menjadi salah satu ikon kota Yogyakarta ini dikemas dengan sangat unik dan menarik.
Produk ini harus unik, agar melekat di pikiran pembeli. Apa uniknya egg roll Sasha? Tidak berwarna coklat terang pada umumnya, melainkan berwarna ungu yang cantik. Luthfi pun mulai tertarik membuatnya dalam jumlah yang lebih banyak lagi.
Waktu itu, modal yang terkumpul hanya 1 juta rupiah. Luthfi dibantu istrinya bersama-sama membeli peralatan dasar seperti kompor, gas dan juga cetakannya, serta membuat adonan.
Langkah berikutnya, melakukan eksperimen membuat egg roll. Mulai dari mengukus ubi, menyiapkan adonan telur, susu, margarin, tepung, sagu, dan gula, semuanya diaduk, lalu setelah itu dimasukkan ubi yang sudah dikukus, lalu ditumbuk menjadi satu. Setelah itu barulah proses mixer selama 10 menit dan jadilah adonannya. Adonan tersebut kemudian dicetak satu persatu.
Selanjutnya, Luthfi mulai memikirkan kemasan yang menarik. Setelah mencoba mengamati dan membuat desain yang pas, akhirnya jadilah kemasan ukuran kecil dan besar yang ramah lingkungan (eco-friendly).
Siapa yang mencoba egg roll ini di masa-masa awal? Dia dan istrinya mencoba menjajakan kue tersebut ke orang-orang terdekatnya terlebih dahulu dan anak-anak sekolah. Tak disangka ternyata banyak yang tertarik dan menggemari kue ini. Luthfi pun semakin bersemangat untuk upgrade usaha ini.
Skala bisnis Sasha egg roll semakin meningkat. Luthfi mulai merekrut karyawan untuk membantu menjual, walaupun baru sedikit.
Jumlah karyawan pada saat sebelum adanya pandemi, ada sekitar 25 orang, tetapi semenjak pandemi mulai merebak, karyawan berkurang menjadi 11 orang, 2 orang di bagian adonan, 2 orang bagian packaging, dan sisanya di bagian pembuatan cetakan. Ini adalah salah satu tantangan baru juga bagi Luthfi, dan ia tidak menyerah.
Setelah perlahan-lahan berkembang, Egg Roll Ubi Ungu Shasa sudah mulai disebar dan dijual di berbagai toko oleh-oleh Yogyakarta.
Tidak semudah yang dibayangkan orang. Pada awal-awal berkembang, bisnis ini sempat kesulitan menjualnya. Bagaimana sekarang? Sehari minimal 300 box terjual. Satu box diberi harga 13.500 rupiah.
Menurut pengakuannya, dalam sebulan ia bisa dapat profit di atas 100 juta rupiah.
Meski begitu, Luthfi masih belum percaya bahwa bisnisnya ini sudah besar, ia akan terus bekerja keras untuk lebih mengembangkan bisnis ini lagi. Dengan bantuan status kota Yogyakarta sebagai kota wisata, menjadikan Shasa lebih mudah dikenal.
Tidak ada strategi promosi khusus. Yang berperan hebat dalam penjualan, menurutnya adalah para reseller yang menjajakan Shasa lebih luas lagi. Sampai sekarang, tidak ada kendala serius dalam hal promosi produk, “Pemasaran itu wajar, nggak ada yang khusus..”, kata Luthfi saat wawancara.
Seringkali ia menemukan banyak kompetitor yang berusaha menyaingi usahanya itu, dengan membuat bahan yang sama, hingga kemasan yang mirip. Tetapi Luthfi percaya bahwa konsumen yang sudah loyal dengan egg roll Sasha pasti tahu.
Luthfi menang di bahan alami dan rasa yang unik. Banyak pembeli yang merasakan hal yang sama, sehingga terbukti bahwa egg roll Sasha sangat diminati pembeli. Banyak pesaing mundur. Sekarang ini, egg roll Sasha mendominasi pasar kue egg roll ubi ungu khas Yogyakarta.
Luthfi sempat beberapa kali ditipu pembeli, dengan modus yang beraneka ragam. Contoh yang sering dialaminya, ada orang sudah pesan banyak, belum membayar sudah pergi begitu saja. Pesanan sudah terkirim namun tidak terbayar. Luthfi menganggap itu adalah sedekah dan tidak lantas memikirkannya. Karena menurutnya memikirkan yang sudah terlewatkan tanpa ada yang bertanggung jawab, tidak akan membuatnya maju.
Beralih ke pemasaran, Luthfi sendiri tak memiliki strategi yang rumit untuk menjaga kemajuan bisnisnya, ia mengandalkan teknik evaluasi dengan melihat pasar. Apa yang diinginkan konsumen? Siapa pesaing terbaik di bisnis ini? Bagaimana kemasannya?
Penanda jika pesaing yang layak diperhitungkan muncul, kalau omzet penjualan menurun. Pembeli yang sudah setia kepada Shasa justru tetap memilih Shasa daripada yang lain, karena menurut mereka rasa Shasa lebih lezat dan berbahan asli, inilah yang menjadi salah satu motivasi Luthfi untuk tetap semangat.
“Sejak awal sampai seterusnya, saya harus selalu pertahankan rasa yang telah ada.” katanya.
Terkait inovasi memakai pengolahan bertenaga mesin, Luthfi mengaku lebih suka melibatkan masyarakat di sekitar, seperti ibu-ibu yang kurang mampu, korban gempa, istri dari suami yang hanya seorang buruh tani, dan lain-lain. Luthfi selalu ingin membantu banyak orang dan memberi pengaruh positif kepada orang lain.
“Saya punya prinsip bahwa usaha ini harus punya manfaat bagi lingkungan sekitar”, ucapnya.
Ia bukan hanya melihat dari aspek sosial, tetapi Luthfi juga tak ingin melupakan aspek lingkungan alam sekitar. Untuk inovasi kedepannya, Luthfi ingin menguatkan teknik pemasaran. Tak hanya melayani penjualan dalam negeri, tetapi ia juga ingin bisnisnya ini dikenal hingga luar negeri sebagai makanan khas Yogyakarta.
Bisnis Egg Roll Shasa sekarang sudah menyebar dan dikenal sampai Magelang, Purwokerto, Solo, dan Jakarta.
Luthfi mengkonsentrasikan bisnisnya ini sebagai kue oleh-oleh. Kue ini juga tahan lama jika disimpan, sampai 6 bulan lamanya. Ketika berkunjung ke Yogyakarta dan sekitarnya, wajib untuk anda mencoba cita rasa khas kue Egg Roll Ubi Ungu Shasa sebagai buah tangan istimewa. [sf]
Salsabila Fairus
Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia, Jakarta. Tinggal di Kudus, Jawa Tengah