in

Sarat Gizi, Ikan Perlu Jadi Menu Wajib Santapan Sehari-hari.

SEMARANG (jatengtoday.com) – Nutrisi yang terkandung dalam ikan dipercaya mampu mengoptimalkan pertumbuhan otak. Terutama kandungan omega3. Karena itu, menu olahan ikan diharapkan menjadi santapan utama, khususnya bagi anak.

Agar masyarakat mudah mendapatkan ikan, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jateng berupaya menjembatani. Sebab, banyak yang merasa ikan sulit diolah. Mulai dari menghilangkan sisik, hingga duri-duri yang memang mengganggu ketika dikonsumsi.

Sejumlah pelaku usaha kecil menengah (UKM) dirangkul. Mereka didorong membuat aneka olahan ikan. Seperti bandeng presto, sosis otak-otak, nugget, bakso, dan lain sebagainya.

Cara ini dianggap cukup efisien mendongkrak angka konsumsi ikan. Pasalnya, selain tak perlu diolah lagi, menu tersebut lebih bervariasi. Sehingga bisa menjadi pilihan menu setiap hari.

“Jadi tidak bosan. Kalau di rumah masaknya hanya ikan goreng, dan ikan bakar saja, anak-anak biasanya bosan. Beda kalau sudah jadi aneka varian olahan. Menunya gonta-ganti, tapi bahan bakunya tetap ikan yang sarat nutrisi,” ucap Kepala DKP Jateng, Lalu M Syafriadi, Minggu (23/12/2018).

Pihaknya juga memastikan nutrisi penting ikan tetap utuh saat dikonsumsi meski melewati rangkaian proses distribusi dan olahan. “Kami sudah menerapkan sistem jaminan mutu olahan ikan. Ini untuk menjaga ikan aman dikonsumsi. Supaya tidak keracunan, dan tidak menghilangkan gizi. Pengawasannya dari penerimaan bahan baku, pengolahan, hingga pengemasan,” imbuhnya.

DKP Jateng juga sudah lama menggencarkan program Gemar Mengonsumsi Ikan (Gemarikan). Program ini mengajak masyarakat untuk lebih memilih mengonsumsi ikan. Program itu sudah digeber sekitar lima tahun lalu. Sasarannya, sekolah, posyandu, hingga PKK.

“Setahun ini kami lebih fokus membidik kalangan ibu rumah tangga, lewat PKK. Nanti dari PKK, bisa disebarkan lewat Pokdarwis. Soalnya, biasnya ibu-ibu yang memasak di rumah,” tegasnya.

Hingga 2017 lalu, angka konsumsi ikan di Jateng masih belum memuaskan. Hanya 29.19 per kilogram per kapita per tahun. Angka itu di bawah nasional yang mencapai 44,11 per kilogram per kapita per tahun.

“Mungkin karena belum ada kebiasaan masyarakat Jateng mengonsumsi ikan,” terangnya. (*)

editor : ricky fitriyanto

Ajie MH.