KENDAL (jatengtoday.com) – Nama Nyai Dapu tak asing lagi bagi masyarakat di desa Boja, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Nama tersebut merupakan cikal bakal berdirinya Desa Boja hingga sekarang ini.
Meski memiliki catatan sejarah yang kurang lengkap, namun kisah Nyai Dapu sudah dikenal masyarakat melalui berbagai kesaktiannya.
Oleh Penari kenamaan asal Semarang, Yoyok Bambang Priyambodo, kisah Nyai Dapu diramu menjadi sebuah karya tari. Menurutnya, Nyai Dapu merupakan tokoh yang patut diakui kehebatannya.
“Kami telah memelajari berbagai informasi untuk membuat karya tari yang kemudian diberi judul Bengkung Nyai Dapu,” ucap Yoyok.
“Tutur tumurun wus kawedar, Lesan carita kapyarsi, Hanenggih Nyai Dapu asma, Wanodya sulistya ing warni, Pinilih sesuluh agama, Minongko patuladan pra kawula dasih, wonten Kecamatan, Desa Boja Kabupaten Kendal”.
Lantunan suara oleh Andina dan Arianti Radma dengan Kompuser Gamelan Canadian Mahendra bersama Niyaga Rosidul Ikhsan, Ridwan, Fairuz Salma, Ratna Wulan, Ratu Gayatri, Elvaretha Anggun, Lathifah Oktavia, Talitha Yumna, dan Gadiza Almaghfira yang merupakan awal Tembang Tari Bengkung Nyai Dapu.
Tarian ini disajikan pada acara Kendal Travelmart yang diselenggarakan oleh Disporapar Kab. Kendal yang berkolaborasi penthahelix pariwisata dalam “Community Best Tourism”.
Penari Jihan Salsabila, Adinda Salsabila, Maria Benita, Deva Amelia, dan Davina Dara dari Sanggar Greget Semarang dengan Koreografer Maestro Yoyok Bambang Priyambodo serta rias busana Tri Narimastuti dengan Pimpinan Produksi Sangghita Anjali S.Sn.
“Istilah saya ini teks tutur, ya. Cerita mengenai Nyai Dapu dan legenda sungai Dapu, hingga Desa Boja, menginspirasi saya, menggerakkan saya untuk membuat karya yang saya beri nama Nyai Dapu ini,” kata Yoyok.
Yoyok menambahkan, Nyai Dapu adalah tokoh yang dikenal mengembangkan Desa Boja. Ia dikenal memiliki kesaktian membuat aliran air menanjak ke area yang lebih tinggi dengan selendangnya. Sehingga bisa mengairi sawah, ladang di wilayah yang lebih tinggi.
Sebelumnya, lanjutnya, Nyai Dapu meminta suaminya, Ki Dapuraja untuk membuat saluran air. Hulu irigasi ini ditempatkan di sungai dekat padepokan Blimbing Segulung, tempat Kyai Dapu dan Nyai Dapu belajar agama.
“Cerita tersebut masih dikenali sampai saat ini. Bahkan sampai sekarang masyarakat masih menjalankan tradisi arak-arakan serta nyekar ke Nyai Dapu setiap bulan Syawal. Di sisi lain, melalui cerita ini saya melihat bagaimana seorang perempuan memiliki kecakapan sebagai pemimpin yang memberikan solusi bagi masyarakatnya,” papar Yoyok.
Lebih jauh, Yoyok menjelaskan Tari Bengkung Nyai Dapu ini merupakan tari kreasi yang bersumber dari gerak tari tradisi gaya Surakarta. Tentunya, lanjut dia, terdapat pengembangan serta penyesuaian dengan kondisi lokal.
“Semoga melalui karya ini, bisa memantik lebih banyak orang untuk memelajari kisah perjalanan Nyai Dapu. Selain itu, saya harap ini juga bisa menjadi salah satu ikon seni budaya, khususnya di Desa Boja itu sendiri,”tutup Yoyok.
“Disisi lain Tarian ini sebagai atraksi wisata berbasis budaya diharapkan bisa menambah khasanah dan salah satu ikon Seni dan promosi utamanya Seni Tari dan Karawitan, khususnya di Desa Boja, Kabupaten Kendal , Provinsi Jawa Tengah serta Nusantara pada umumnya,” kata Dewi Listyawati dari Riverwalk. (*)