in

7 Jenis Pertanyaan yang Diabaikan Orang

Kalau pertanyaanmu “salah”, tidak akan dapat jawaban menyenangkan. Ada 7 jenis pertanyaan yang tidak mau dijawab orang.

ilustrasi vector orang berpikir dan merasa hebat
(Credit: Alexei Morozov)

Inspirasi menulis yang paling efisien dan efektif itu bertanya. Belum paham, kita bisa bertanya. Leonardo Da Vinci memulai pencarian dengan bertanya. “Pertanyaan Socrates” menjadi panduan bagi orang-orang ketika berpikir. Wartawan mencari data dan konfirmasi kepada narasumber dengan bertanya. Investigasi, mau pakai elisitasi atau wawancara-langsung, memakai pertanyaan.

Tidak semua orang mau menjawab pertanyaan.

Ada beberapa pertanyaan yang membuat orang tidak mau menjawab.

1
Pertanyaan yang Mengajak Berpikir

Ini ada dalam rapat dan pertemuan: “Mari pikirkan ini bersama.”.

Contoh pertanyaan yang mengajak berpikir:

  • “Menurutmu, bagaimana caranya agar masalah ini teratasi?”
  • Berapa 237 x 14600?
  • Mengapa Google membayar Apple setiap tahun, padahal katanya kedua perusahaan ini bersaing?

Pertanyaan itu sama dengan “Tolong selesaikan masalahku”.

Apa urusannya saya dengan masalahmu? Walaupun itu masalah bersama, tetap menjadi masalah jika kamu mengajak berbicara tanpa “clue”, tanpa pengantar, apalagi tidak memberitahukan agenda yang mau dibicarakan.

Akhirnya, selama pertemuan, yang terjadi adalah ” opini”:

  • “Saya kira..”,
  • “Menurut saya..”,
  • “Coba tanyakan ke..”.

Yang terjadi pada pertemuan seperti itu: pembicaraan tanpa menunjukkan data, pemakaian asumsi berlebihan, dan pengalihan melulu.

Agar orang mau ikut berpikir, lakukan ini:

  • Mengapa Masalah Ini Penting. Kemas data ke dalam cerita. Beri pengantar mengapa masalah ini signifikan.
  • Tunjukkan konsekuensi negatif, jangka panjang, yang akan terjadi jika “masalah bersama” itu tidak terselesaikan. .
  • Buat mereka merasa memiliki masalah ini, dengan menceritakan apa yang akan tercapai di masa depan, jika masalah ini bisa diselesaikan bersama.

2
Pertanyaan Meminta Informasi

Permintaan ini sangat kasar. Orang tidak suka pertanyaan eksplisit seperti ini.

Kalaupun mereka tahu, belum tentu mereka memberikan informasi. Apalagi itu informasi sensitif.

Ini jenis pertanyaan para wartawan, yang rajin menanyakan informasi, secara “to the point”, melalui telepon. Pertanyaan ini menakutkan bagi kebanyakan orang, “Mau diapakan informasi saya? Bagaimana saya bisa mencantumkan informasi spesifik?”.

Untuk menanyakan informasi, ajak orang itu membicarakan “topik” dari informasi yang mau kamu cari.

Lebih baik, gunakan metode elisitasi untuk mencari data. Jika memungkinkan, jangan mengatakan bahwa kamu sedang mencari informasi. Gunakan pola ini: bercerita, bertanya, bercerita hal lain lagi, singgung pertanyaan yang sama secara tertutup. Ulangi lagi.

3
Pertanyaan yang Sudah Jelas Jawabannya

Jelas menurut publik. Hal-hal yang nyaris tidak mungkin berubah.

Ada banyak contoh pertanyaan seperti ini.

  • Apakah kita bisa persingkat layanan di kantor dukcapil?
  • Bisakah para caleg mengganti foto mereka dengan memperjelas program kerja dan menunjukkan peran nyata mereka?
  • Bagaimana mengatasi rob di Semarang?

Pertanyaan itu sudah jelas jawabannya.

4
Pertanyaan yang Menguras Waktu

Meminta bantuan yang menguras waktu.

Contohnya ini:

  • “Bisa minta kritik untuk tulisan saya?”
  • “Bisakah kamu mengajari saya panduan langkah demi langkah dalam menulis artikel?”.

Pertanyaan yang sudah jelas, ditanyakan lagi. “Kalau begitu, sebaiknya saya harus bagaimana?”.

5
Pertanyaan yang Meminta Dukungan Finansial

Orang memberikan dukungan finansial, jika kamu perlakukan orang itu dengan empati.

Hampir semua hal yang berhubungan dengan uang, selalu berbentuk cerita. Kita mendengar kekayaan Nagita Slavina, dalam bentuk cerita. Dia beli BTC ketika 1BTC masih berharga Rp50K dan dia mengelola channel YouTube yang ngetop. Kita kagum pada kekayaan Jeff Bezos (pendiri Amazon) bukan karena jumlahnya, tetapi karena menghubungkan kekayaan itu dengan cerita di balik pendirian Amazon. Kita punya uang Rp50K yang tidak terpakai, namun uang tetaplah uang.

Orang melakukan dukungan finansial, selalu dengan pamrih. Quid pro quo. Ngasih ini dapat itu. Ada uang, ada dukungan. Dengan ikhlas, demi surga, pengakuan publik, melaksanakan tugas, itu semua pamrih.

Orang tertarik memberikan dukungan finansial jika kamu berikan pertukaran menarik. Bingkai dalam cerita, perlihatkan kalkulasi dan bukti.

6
Pertanyaan yang Tidak Spesifik

Saya sering buka Quora, forum, dan group Facebook. Jenis pertanyaan “nggak spesifik”.

Contohnya ini:

  • Berapa harga laptop untuk mahasiswa desain grafis?
  • Mana yang lebih bagus, AMD Ryzen atau Intel?
  • Kalau kita merakit komputer sendiri, habis berapa?

Coba bikin tulisan atau penelitian, yang nggak spesifik mengulas apa. Dijamin akan ditolak redaksi atau pembaca.

7
Pertanyaan tentang Masalah yang Tidak Terselesaikan.

Kita sering mendengarkan pertanyaan yang berulang-ulang, tentang masalah yang selama ini tidak terselesaikan.

Misalnya, pertanyaan ini:

  • Bagaimana mengatasi ketidakadilan sosial di Indonesia?
  • Bagaimana caranya kaya dalam waktu singkat, tanpa modal, tanpa kerja keras?
  • Bagaimana cara memberantas perjudian di kota ini?
  • Bisakah hutang dengan nilai besar dan membayarnya dengan cepat tanpa kesulitan?

Sebaiknya, jangan tanyakan solusi masalahnya, tetapi, perjelas seperti apa masalahnya.

Jangan-jangan, yang bermasalah adalah pertanyaannya. [dm]