SEMARANG (jatengtoday.com) – Belakangan banyak beredar kabar jika pengguna BPJS Kesehatan makin sulit mendapatkan pengobatan gratis. Seperti tak bisa mendapatkan rujukan ke rumah sakit (RS) terdekat. Rujukan harus melewati RS tipe D dahulu. Jika RS tipe D tak bisa menangani, baru diberi rujukan lagi ke RS tipe C, dan seterusnya.
Ketika dikonfirmasi, Kepala BPJS KCU Kota Semarang, Bimantoro R menegaskan, berita itu tidak sepenuhnya benar. “Itu berita hoax. Karena di Semarang hanya ada 4 RS tipe D. Kalau semua pasien dirujuk ke sana, pasti tidak akan tertampung. Jangan sampai pengguna BPJS ‘keleleran’ karena rumah sakit overload,” terangnya, Selasa (9/10/2018).
Dijelaskan, pasien bisa mendapatkan rujukan langsung ke RS tipe C. Tapi jika tempat tinggal pasien dekat dengan RS tipe D, rujukan akan diarahkan kesana. Ini untuk memudahkan pasien mengakses pelayanan kesehatan yang mudah. “Semarang ada 4 RS tipe D dan 11 RS tipe C. Jadi ada 15 pilihan rumah sakit rujukan,” bebernya.
Yang perlu digarisbawahi, jika RS tipe D dan C penuh, pasien bisa langsung dirujuk ke tipe B. “Ini sudah by system. Sebelum memberikan rujukan, dokter akan mengecek kapasitas di rumah sakit. Kalau RS tipe D atau C penuh, akan langsung naik ke tipe B. Semarang punya 5 RS tipe B. Kalau itu penuh juga, ya rujukannya ke RS tipe A,” jelasnya.
Kapasitas rumah sakit bisa dihitung dengan jumlah dan jam praktek dokter. Dicontohkan, dokter A buka praktek dua jam. Tapi di sana sudah ada 50 pasien. Berarti tidak mungkin di rujuk ke sana. “Kalau ditambahi sudah tidak mungkin. Masa periksa hanya dua menit. Jadi bisa dirujuk ke RS lain. Ini juga berlaku untuk ketersediaan kamar bagi pasien yang harus rawat inap,” terangnya.
Alur rujukan berjenjang ini memang membuat RS tipe A dan B gelisah. Pasalnya, dua tipe rumah sakit tersebut bakal kehilangan banyak pasien lantaran rujukan diprioritaskan ke tipe C dan D. Dari datanya, penurunan pasien di RS tipe B memang terjadi, tapi tidak signifikan.
“Paling hanya berkurang 3-4 persen saja. Tidak banyak. Kabar pasien rumah sakit tipe B menurun drastis itu sama sekali tidak benar,” terangnya. (*)
editor : ricky fitriyanto