in

Riwayat Susanto, Dokter Gadungan Jabat Direktur Rumah Sakit, PMI hingga BUMN

Belasan tahun, Susanto bisa menyusup sebagai dokter dan tenaga kesehatan di berbagai instansi. Tak main-main, dia bisa menempati sejumlah jabatan mentereng. Kok bisa?

Susanto, warga Dusun Kawu, RT 5 RW 2, Kelurahan Tanggulrejo, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, dokter gadungan. (ist)

GROBOGAN (jatengtoday.com) – Susanto, pria pendiam asal Dusun Kawu, RT 5 RW 2, Kelurahan Tanggulrejo, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, menggemparkan dunia kedokteran di Indonesia.

Selama belasan tahun, ia malang melintang dari daerah satu ke daerah lain—mendapatkan pekerjaan sebagai tenaga kesehatan dan dokter spesialis. Tidak main-main, Susanto pernah bekerja di puskesmas, Palang Merah Indonesia (PMI) Grobogan, hingga Direktur Rumah Sakit Habibullah di Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Baru beberapa waktu terakhir, kedok Susanto yang bekerja di bawah naungan Rumah Sakit Pelindo Husada Citra (RS PHC) Surabaya tersibak. Bukti-bukti yang ada, membuat dia tak berkutik saat menghadapi tudingan dokter gadungan. Susanto ternyata memiliki riwayat panjang. Sejak 2006 silam, kiprahnya dalam dunia kedokteran dimulai dari Jawa Tengah.

Salah satunya di Palang Merah Indonesia (PMI) Grobogan pada 2006 – 2008. Entah bagaimana caranya, saat itu Susanto bahkan menjabat sebagai Kepala Unit Transfusi Darah (UTD). Dia menggunakan nama sendiri dengan sebutan dokter Susanto.

Humas PMI Grobogan, Sundoyo mengatakan bahwa PMI Grobogan telah kecolongan.  “Pada waktu itu, kami, karyawan di PMI Grobogan tidak tahu dan tidak curiga. Katanya ijazahnya dari luar negeri. Tahunya setelah dia ditangkap di Sulawesi. Ternyata palsu,” katanya, Kamis (14/9/2023).

Dia mengaku tak mengetahui mengapa Santoso saat itu bisa bekerja di PMI Grobogan. Karyawan PMI Grobogan mengenal Susanto sebagai sosok dokter yang tertutup dan jarang bersosialisasi dengan karyawan lain.

“Namun pernah juga karyawan berkonsultasi dan diberikan resep obat. Saat dibawa ke apotek pun diberikan obat seperti biasa,” kata Sundoyo.

Kepala Unit Transfusi Darah (UTD) PMI Grobogan, dr. Siti Rohmahmiratin mengatakan secara riwayat kronologis struktural, membenarkan bahwa Susanto pernah bekerja di PMI Grobogan 2006-2008.

“Jabatannya kepala UTD seperti saya. Saya tidak tahu siapa yang membawa,” katanya.  

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Grobogan, dr. Jatmiko mengatakan kasus Susanto sebetulnya telah lama bergulir, yakni kurang lebih 10 tahun lalu. “Pernah bekerja di rumah sakit, Puskesmas Gabus, kemudian bergeser ke PMI kurang lebih 3 tahun,” katanya.

Setelah itu, Santoso pindah ke Kalimantan Selatan bekerja sebagai Dokter Obgyn di RS Pahlawan Medical Center, Kandangan. Namun baru lima hari bertugas, dia hampir salah penanganan saat operasi caesar.

“Pada saat melakukan operasi, ternyata dia ketahuan meragukan, kemudian dikonfirmasikan ke IDI,” katanya.

Susanto akhirnya dilaporkan oleh Direktur RS tersebut dan diproses pidana Polsek Kota Kandangan. Saat itu, dia divonis hukuman kurungan penjara selama 20 bulan. Tidak ada kapoknya, Susanto bisa menyusup di Rumah Sakit Sangatta Occupational Health Center (SOHC) dan Rumah Sakit Prima Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur.

“Meski pernah divonis, tapi kan tidak ada berita kembali. Bahkan tahun kemarin, dia konfirmasi ke kami, akan memperpanjang Surat Tanda Registrasi (STR), dengan nama dokter Susanto. Saya ingat, dia pernah melakukan penipuan,” bebernya.  

Saat diminta mengumpulkan bukti ijazah, kartu anggota IDI dan KTP, Susanto tidak mengirimkan. “Saat itu, saya yakin bahwa ini Susanto yang itu. Mengaku STR-nya mati, dan mengaku kerja di lepas pantai,” katanya.  

Jatmiko menegaskan, bahwa Susanto bukan anggota IDI Grobogan. “Setelah kami cek di ID online tidak ada. Akhirnya sudah ketahuan bahwa dia dokter gadungan,” katanya.

Jauh sebelum itu, yakni pada 2008, Susanto juga diketahui pernah bekerja di RS Gunung Sawo, Semarang. Saat itu, dia mengaku sebagai dr Eko Adhi Pangarsa. Susanto ternyata hanya lulusan SMA. Riwayat pendidikannya diketahui dari SDN Tunggulrejo 1, SMP Negeri Gabus 1, dan SMAN 1 Martoyudan Magelang.

Susanto menjadi seorang yang piawai membobol instansi menggunakan dokumen palsu. Saat melamar sebagai dokter di Rumah Sakit Pelindo Husada Citra (RS PHC) Surabaya, dia mencuri data, identitas, dan dokumen ijazah milik dr Anggi Yurikno asal Bandung dari internet.

Ia mendaftar saat RS PHC Surabaya membuka lowongan pekerjaan untuk mengisi posisi tenaga layanan klinik sebagai Dokter First Aid pada 30 April 2020 silam. Bahkan selama dua tahun bekerja di rumah sakit milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut, Susanto menerima gaji Rp 7,5 juta sebanyak 35 kali atau totalnya mencapai Rp 226 juta. Gaji itu ditransfer ke rekeningnya. (han)

Tinggalkan Balasan