Kontes ikon-ikon cerita legendaris Inggris. Lebih mirip komik aslinya. Ini bukan film untuk anak-anak.
“Hellboy” (2019) dibuka dengan konflik antara Nimue Sang Ratu Darah (Blood Queen), diperankan Milla Jovovich, melawan King Arthur dan Merlin. Ratu Darah yang masih hidup, dipisahkan bagian-bagian tubuhnya, disegel. Bisa ditebak, cerita berikutnya adalah penyatuan tubuh Ratu Darah dan pembalasan dendam.
Tidak demikian. “Hellboy” tidak berjalan klise, seperti cerita kepahlawanan. Itu bukan “janji” sebuah cerita dan sama sekali bukan kesukaan pembaca komik (dan penonton film).
“Hellboy” (2019) menyajikan “sudut pandang” tentang dunia yang tidak seperti tampaknya. Dunia yang mencekam. Bedanya dari yang lain, penyelamat ini terlahir di Neraka dan dibenci manusia.
Ada Kiamat (the End of the World) yang bisa dipicu sewaktu-waktu. Kiamat versi Nimue Sang Ratu Darah yang akan memanen manusia-manusia lemah dan membuat Eden (Surga) versi baru, yang lebih keren.
Bukan hal lama. Banyak film yang memakai ide me-restart dunia dari fiksi sebelumnya dan cerita lama. Cerita banjir besar Nuh, perang bharatayuda di Mahabharata, adalah inspirasi bagaimana dunia akan ditata-ulang dan menginspirasi film-film. Tentang sebuah kekuatan yang “mengguncang dunia”, tentang sosok yang diharapkan bernama pahlawan.
Dalam “chaos” (kekacauan), orang menjadi percaya adanya “harapan”. Inilah dapur cerita sesungguhnya: ada imajinasi, janji, dan harapan. Ini yang diubah “Hellboy”.
Pahlawan itu Si Bocah Neraka. Selama ini, tidak diketahui, ia anak siapa, dan apa misinya turun ke dunia. Sungguh pembalikan dari segala ide kenabian (menurut agama) dan penyelamatan dunia.
Ada 2 ramalan berbeda tentang dirinya. Yang berharap dan yang ingin memusnahkan. Hellboy terlahir di neraka, sejak bayi berwujud monster. Dia bukan karakter yang memilih kostumnya seperti Spiderman atau Iron Man, bukan pula berubah wujud seperti Hulk. Terlahir sebagai monster di Neraka, ia dianggap bukan-manusia, tak-normal, menakutkan.
Ada juga pasukan pemburu raksasa yang tidak bisa menua, ditugaskan untuk menghabisi nyawanya. Ada sepasang raksasa yang diajaknya berduel di tanah lapang. Kedua adegan ini sangat saya tunggu.
Sedangkan insting ayah-angkat Hellboy berkata lain. Hellboy adalah harapan untuk mengalahkan Ratu Darah.
Mana yang menang?
Justru sepertiga-akhir durasi film ini, banyak membuat para spektator terkejut, karena ending yang mengejutkan.
Hellboy menerima kutukan Baba Yoga, Iblis bertangan arit dan dipenjara dalam rumah berjalan di batas dimensi. Hellboy bertemu Merlin (penyihir andalan King Arthur) yang mengeluarkan sihir terakhirnya, namun Hellboy tidak mau mencabut pedang Excallibur.
Terus dengan apa ia bisa menang?
Bagian cerita yang menguak identitas Hellboy inilah yang merubah jalannya cerita.
Spoiler: film ini tidak cocok untuk anak-anak. Banyak adegan yang tidak layak ditonton anak-anak, bukan hanya soal darah dan kepala terbelah. Bahkan sisa-sisa pertarungan memakai visual mengerikan, termasuk makhluk-makhluk neraka, dan bagaimana beberapa kali daging manusia dikunyah dan anak kecil dijadikan makanan.
Sama sekali bukan film yang layak ditonton menjelang tidur. Bukan film keluarga.
Film ini sejak adegan awal sampai selesai, penuh pertarungan yang dirancang untuk mengejutkan “penonton”. Hiburan yang menarik bagi para penyuka cerita tanah Inggris dan ramalan kiamat versi film yang diangkat dari komik.
Ini film kontes CGI, penuh karakter aneh, dengan dialog-dialog di tengah pertarungan yang reflektif namun tidak melelahkan. Namun para aktor hebat mendukung film ini. Selain David Harbour (sebagai Hellboy), film ini didukung peran Milla Jovovich (sebagai Nimue the Blood Queen) dan Ian McShane. Permainan ketiga orang ini tidak seperti permainan mereka di film lain.
Menurut Mike Mignola, pembuat komik “Hellboy”, terbitan Dark Horse, film “Hellboy” (2019) lebih gelap dan mengikuti alur komik, lebih keren dari 2 film yang dirilis sebelumnya.
Berita baiknya, ini bukan bikinan Marvel (anak Disney) atau DC Comics.
Sekalipun sementara (ketika saya menonton) film ini hanya dapat skor 5.5 (dari 10) di IMDB, saya nggak akan ikut ngasih bintang karena saya tidak percaya Skala Likert dalam mengukur pengalaman sebagai penonton.
Film ini punya kekuatan pemisah antara penonton (watcher) dan penglihat (spectator). Yang kedua ini, “penonton” pada umumnya, sedangkan yang pertama kelas penonton yang ribet memperhatikan detail visual, membandingkan dengan versi komiknya. Saya penonton Hellboy yang tidak peduli spoiler alert, sebab apa artinya spoiler jika sudah ada komiknya?
Selamat menonton “Bocah Neraka” menemukan identitasnya dan menyelamatkan dunia. [dm]