SEMARANG – Ribuan jamaah salat Idul Adha memadati Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang, Jumat (1/9). Sejak pukul 05.30 pagi, warga sudah meluber hingga pelataran masjid terbesar di Jateng tersebut. Empat dari enam payung raksasa yang baru selesai direnovasi pun dibentangkan untuk melindungi jemaah dari silaunya mentari pagi.
Kutbah disampaikan Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Prof. Yos Johan Utama, yang sekaligus didaulat menjadi khatib. Sedangkan imam salat yaitu KH Zaenuri Ahmad AH.
Dalam kutbah, Prof Yos menekankan pentingnya mengambil hikmah dan teladan atas jiwa berkurban seperti yang dilakukan Nabi Ismail. Teladan yang bisa diambil adalah berani berkurban untuk suatu hal yang tanpa memikirkan keuntungan apa pun. Dia menilai, selama ini, masyarakat Islam Indonesia merasa cukup dengan kondisi nyaman saat ini, sementara masyarakat lain terus mencari celah kemajuan. Akhirnya umat Islam sebagai soko guru republik ini, tertinggal. “Jiwa berkurban inilah yang saat ini harus kembali berkobar di dalam jiwa umat Islam Indonesia. Kita harus berani keluar dari posisi nyaman, untuk berani berjuang dengan tujuan agar NKRI menjadi negeri yang makmur,” katanya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jateng, Heru Sudjatmoko yang ikut melaksanakan salat Idul Adha di MAJT, mengungkapkan bahwa kebersamaan dengan warga Jateng saat merayakan Idul Adha memiliki makna tersendiri. Tak hanya semata-mata ibadah dan berkurban, tapi juga wujud gotong-royong.
Menurutnya, berkurban menjadi salah satu cara untuk dapat mengatasi permasalahan sosial. Seperti berbagi kebahagiaan kepada warga sekitar dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. “Gotong-royong dengan cara berkurban itu adalah bagian dari kesalehan sosial. Seperti ketika masih ada warga yang miskin, perlu gotong royong dan pengorbanan dari mereka yang kaya untuk memberikan sebagian (hartanya) kepada mereka yang kurang mampu,” ungkapnya.
Heru juga menyerahkan seekor sapi kurban milik keluarga Presiden RI Joko Widodo, dan seekor sapi kurban yang dibelinya secara pribadi untuk panitia Idul Adha MAJT.
Ketua Panitia Idul Adha MAJT, Sarjuli mengutarakan, ibadah kurban merupakan salah satu ikhtiar untuk mempererat kebersamaan masyarakat. Sehingga mengikis hujatan atau kebencian di antara warga. “Jadi tidak ada lagi hujatan kebencian dan sebagainya agar kita mampu membangun masyarakat Jawa Tengah yang sejuk dan menyejukkan,” tuturnya.
Dijelaskan, pada tahun ini panitia Iduladha MAJT menerima hewan kurban berupa delapan ekor sapi. Serta sebanyak 25 ekor kambing.
Di lain pihak, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menjalankan salat Idul Adha di Masjid Jami Al Muharam, Desa Mulyorejo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan. Setelah mengikuti salat berjamaah, Ganjar juga menyerahkan hewan kurban berupa sapi jenis Simental seberat satu ton di masjid desa tersebut. Dia juga menyerahkan bantuan Rp 25 juta untuk pavingisasi masjid Al Muharam. Bantuan itu bersumber dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Jateng.
Ganjar sengaja salat Idul Adha di pesisir Pekalongan karena selalu cari tempat yang tidak dikunjungi pejabat. Agar masyarakat Jateng kebagian dan tidak terkesan bahwa Jateng itu Semarang sentris. (kin/ito)