SEMARANG (jatengtoday.com) – Sekolah Nasima Semarang menampilkan beragam budaya nusantara dalam upacara peringatan HUT ke 74 Kemerdekaan RI. Hal itu dikemas dalam bentuk parade budaya, pentas budaya, dan ekspo budaya.
Pantauan di lokasi, seluruh peserta didik dari Yayasan Nasima mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah. Kegiatan itu dilangsungkan di Kampus SMA Nasima Semarang, Sabtu (17/8/2019).
Ketua Panitia, Elly Fajarwati menjelaskan, acara semacam ini selalu menjadi agenda rutin. Adapun tahun ini, tema yang diusung adalah ‘Indonesia Kita Bhineka Tunggal Ika’.
Dijelaskan, rangkaian kegiatan dimulai dengan parade budaya yang menampilkan tarian-tarian tradisional dari beragam wilayah yang ada di Indonesia. Peserta parade terdiri dari siswa jenjang SD hingga SMA, serta dari pihak yayasan, guru, dan karyawan.
“Jadi semuanya terlibat. Kalau penampilan yang dari siswa disesuaikan dengan nama kelasnya masing-masing. Terserah mau berkreativitas seperti apa,” jelas Elly saat ditemui.
Menurut Elly, dari dulu ruang-ruang kelas di Sekolah Nasima menggunakan nama daerah-daerah di Indonesia yang kemudian dinamai Display Nusantara. Sehingga, sejak awal Nasima memang berkomitmen untuk mengangkat khazanah Nusantara.
Elly menuturkan, di momen kemerdekaan ini, pihaknya ingin menanamkan kepada peserta didik bahwa bangsa Indonesia memikiki ragam budaya yang sangat luar biasa.
“Kita ingin mengenalkan kepada anak-anak dengan cara nyata saat mereka menggunakan pakaian adat, mengikuti pentas budaya, dan ekspo budaya,” paparnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang Gunawan Saptogiri yang hadir dalam kesempatan itu, mengaku takjub. Bahkan dirinya mendorong agar hal semacam ini bisa digelar secara rutin karena dampaknya sangat positif.
“Terus terang saja, yang namanya pembentukan karakter anak ini memang harus dilakukan sejak dini. Sehingga kami sangat mengapresiasi Yayasan Nasima yang telah menggelar acara bernuansa serba budaya,” ucap Gunawan.
Ditampilkannya beragam budaya ini akan semakin meneguhkan pendidikan Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu.
“Ini adalah pelajaran konkret, bagaimana membuat anak-anak ini untuk cinta budaya. Para siswa harus tahu dan mengerti budaya lokal sendiri dan budaya yang ada di Indonesia,” tandasnya. (*)
editor : ricky fitriyanto