Leonardo Da Vinci rajin bertanya, sebagaimana kebanyakan anak kecil. Bertanya adalah bentuk “menyatu kepada alam”. Bukan piknik ke pantai dan selfie. Ia menjaga kemampuan bertanya ini, sampai dewasa.
Setelah mendapatkan jawaban, ia tidak berhenti. Leonardo membuat manual untuk dirinya sendiri, sampai di tingkat metodologi, dan bisa dipakai semua orang. Misalnya, ketika ia mempelajari matematika dan menggambar, Leonardo memecahkan pertanyaan besar: bagaimana rahasia menggambar manusia? Apakah ada kesamaan dari struktur tubuh manusia? Leonardo bukan orang pertama yang memecahkan. Michelangelo sudah melakukan hal sama sebelumnya. Hanya saja, seperti profesional lain, Leonardo menetapkan “standar kualitas” menurut dirinya sendiri.
Leonardo menuliskan “rumus” untuk dirinya sendiri, namun akhirnya bisa dipakai semua orang. Leonardo bertanya, mengapa burung terbang. Ia rela membeli burung dan melepaskan, untuk ia gambar seperti apa pola gerakannya. Kemudian formula ini ia pakai untuk membuat kapal terbang mekanik (dari kayu, mengandalkan tiupan angin).
Tidak selesai di situ. Setelah “rumus” untuk dirinya sendiri berhasil ia tuangkan dalam catatan harian, dan teruji secara metodologis, Leonardo kemudian menjaga kesadarannya terus-menerus. Ia tetap bertanya dan memikirkan formulanya, ketika melihat tubuh manusia dan burung terbang.
Leonardo “mendengarkan angka” ketika membayangkan skala nada pada suara dan musik. Leonardo mengecap warna ketika melukis dengan pewarna alami dan merasakan warna-warna itu. Leonardo “melihat kehidupan” ketika membedah mayat dan mengobati penyakit.
Bertanya bukanlah hal mudah. Saya sering membuka pertanyaan, bahkan mengizinkan siapa saja mengangkat tangan untuk interupsi bertanya. Jarang ada pertanyaan mengejutkan. Mereka malu, atau takut, atau perlu menyunting pertanyaan menjadi sebagus mungkin. Tidak semua orang mau bertanya. Kebanyakan orang, berhenti hanya pada tahapan bertanya. Bahkan ketika menjadi anak kecil sudah selesai, kebanyakan anak-kecil “dinormalkan” oleh sekolah, diberi nilai baik-buruk oleh agama, dan kreativitasnya mati pelan-pelan.
Pada suatu hari, saya menetapkan, untuk membuat pertanyaan setiap hari. Itu sangatlah berat. Mengamati, bukan dengan perbedaan yang telah ditentukan kebanyakan orang. Kebanyakan orang, berpikir dengan menggunakan penilaian, dengan menghakimi. Bahkan sebelum melakukan, sudah menganggap tidak bisa.
Jangan menggunakan 1 perspektif apalagi terkurung dalam 1 bidang keilmuan. Kamu bebas belajar.
Pada zaman dulu, sistematika pengetahuan belum memiliki banyak kotak. Keahlian, bukan pemisah. Apa yang sekarang kita sebut sebagai “magician”, merupakan bentuk awal.”ilmuwan”. Seni, teknologi, dan agama, belum menjadi bidang yang terpisah.
Pengamatan akan gagal jika sejak awal kamu sudah memisahkan perspektif. Pelabelan, bidang, bukanlah untuk.pembatasan. Itu hanyalah perspektif. Contoh yang terjadi, sebuah mobil, atau pemasaran. Ilmuwan, ahli bahasa, desainer, semua bekerja untuk menghasilkan 1 menit iklan.
Bertanya. Ingin tahu sampai menemukan jawaban. Membuat panduan untuk dirinya sendiri. Menjadikan panduan itu sampai ke tahapan metodologi. Menjaga kesadaran terus-menerus ketika menghadapi masalah sama, dan melakukan perbaikan. Itulah rahasia kecerdasan Leonardo Da Vinci.
Leonardo Da Vinci menceritakan perjalanan pengetahuannya dalam lebih dari 7.200 halaman. Kita bisa membaca keinginan dan kegilaan. Ia ingin “menggambar kota Milan”, “terbang seperti burung”, termasuk insekuritas, pandangannya tentang agama, bagaimana keadaan kawan-kawannya, dan catan apa yang ia amat. Da Vinci menguasi 120 cabang pengetahuan dengan keahlian yang mengagumkan.
Mengapa ada kerang dan jenis rumput laut di puncak gunung? Bagaimana ada lingkaran air di sekitar tempat yang telah dihantam batu? Bagaimana burung bisa terbang?
Leonardo melihat dunia dan bertanya. Pikirannya selalu mirip anak kecil. Mengapa terjadi? Bagaimana semua itu terbentuk? Apa nama fenomena itu? Bisakah saya menemukan jawabannya?
Permukaan selalu menggoda, namun tidak menarik jika tidak menyingkap sampai dalam. Leonardo menyembunyikan misteri di balik karya seni, melihat simetri dan angka di balik semua tubuh manusia. Ratusan temuan “tidak selesai” dan dikenal penerusnya kelak sebagai gagasan jenius.
Mencoba, bereksperimen, selalu membawa manusia kepada kemajuan, bukan kesempurnaan. Ilmuwan, seniman, pebisnis, memiliki rasa takut, gangguan, dan kejenuhan, namun mereka tahu di mana dan kapan ketiganya terjadi, agar tidak menghambatnya. Mereka tahu, hambatan selalu menjadi bagian dari jalan. Kesempurnaan menghentikan proses. Berhenti pada daftar prestasi dan ukuran “keren” menurut orang lain. Mona Lisa dibuat selama 10-14 tahun, sebagai karya yang menurutnya “belum selesai”.
Rasa ingin tahu (curiousity) adalah ukuran keterlibatan. Itulah arti sebenarnya dari “menyatu dengan alam”. Menjadi “terhubung”. Menyatu dengan alam bukan sekadar ketika berada di gunung atau laut, memandangi keindahannya. Setiap kali kamu mengamati, bertanya, mencoba, dan melakukan pendekatan, itulah penyatuan.
Apa yang membedakan Leonardo dari orang lain?
Leonardo da Vinci melihat dunia tidak seperti orang lain, dengan memilih untuk lebih sering sadar dan selaras. Leonardo mengerti bagaimana mencari jawaban dan menyelesaikan rasa ingin tahu. Dengan rasa ingin tahu, kamu memiliki senjata untuk mempengaruhi dirimu sendiri, sebelum mempengaruhi orang lain. [dm]