SEMARANG (jatengtoday.com) – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan saat ini sudah memasuki puncak musim kemarau. Sejumlah daerah di Jawa Tengah diminta mewaspadai berbagai dampak dari musim kemarau. Salah satunya adalah kekeringan.
Prakirawan BMKG, Giarto menerangkan, puncak musim kemarau diprediksikan hingga Agustus mendatang.
“Semua daerah saat ini mengalami kemarau. Namun sejumlah daerah di Jawa Tengah patut diwaspadai terkena musibah kekeringan,” kata Giarto.
Sejumlah daerah itu, lanjut dia, seperti Baturetno, Wonogiri, eks Karesiden Pati khususnya Tayu, pesisir Purworejo, hingga Kebumen.
“Sebab di daerah-daerah itu sudah ada indikasi tidak turun hujan selama lebih dari 60 hari,” tegasnya.
Selain musibah kekeringan, pada puncak musim kemarau saat ini, masyarakat juga diminta mewaspadai tiupan angin kencang. Di beberapa wilayah di Jawa Tengah, angin akan bertiup dengan kecepatan 20-40 km/jam.
“Angin kencang diprediksikan akan menimpa wilayah Jawa Tengah bagian Selatan. Untuk itu, kami menghimbau masyarakat untuk mewaspadai adanya angin kencang itu,” tegasnya.
Sementara itu, Giarto juga mengatakan jika kondisi suhu, cuaca dan iklim saat ini tidak ada hubungannya dengan fenomena Aphelion atau jarak terjauh antara matahari dan bumi. Menurut dia, dampak Aphelion itu bukan menjadi sebab perubahan suhu yang sedang viral dibicarakan masyarakat.
“Seperti fenomena es di Dieng itu, itu bukan dampak dari fenomena Aphelion ini. Memang saat musim puncak kemarau, cuaca akan semakin dingin saat malam hari dan panas saat siang hari,” tegasnya.
Selain mewaspadai bencana di musim kemarau ini, Giarto juga meminta masyarakat mengantisipasi dampak musim kemarau bagi kesehatan.
“Tubuh juga harus dijaga karena di puncak musim kemarau seperti ini, biasanya akan berpengaruh pada kesehatan masyarakat,” pungkasnya. (andika prabowo)
editor: ricky fitriyanto