DEMAK (jatengtoday.com) – Sekolah SD yang terkena dampak abrasi dan rob di wilayah pesisir Kabupaten Demak cukup banyak. Setidaknya ada 20 an SD yang tersebar di dua kecamatan. Yaitu, Kecamatan Sayung dan Kecamatan Bonang.
Abrasi dan rob selama bertahun-tahun melanda pesisir Demak. Akibatnya, air pasang laut itu juga berdampak pada keberlangsungan proses belajar dan mengajar di SD yang terkena imbas.
Seperti diketahui, air rob melanda pesisir Sayung hingga Wedung. Hampir semua bangunan infrastruktur jalan, rumah hingga lembaga pendidikan pun kena. Termasuk jalan raya Pantura yang menjadi akses kendaraan besar maupun kecil serta akses anak-anak sekolah.
Berdasarkan data Dinas Pendidikan Pemkab Demak, di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, ada dua bangunan SD yang terimbas banjir rob. Yaitu, SDN 1 Bedono dan SDN 2 Bedono. Kemudian, di Desa Sriwulan, Kecamatan Sayung yang kena adalah SDN 1, SDN 2, SDN 3 dan SDN 4 Sriwulan.
Di Desa Purwosari, yang terdampak rob adalah SDN 1 dan SDN 2. Purwosari. Kemudian, di Desa Sidogemah yang terkena yakni SDN 1 dan SDN 2. Sedangkan, di Desa Daleman kondisi sekolah masih aman.
Sedangkan, di Desa Timbulsloko, SDN 1 dan SDN 2 ikut kena rob. Juga, di Desa Tugu, yang terdampak adalah SDN 1 dan SDN 2. Adapun, di SDN Surodadi yang kena adalah SDN 1 dan SDN 2.
Sekarang ini, yang relatif masih aman adalah SDN Banjarsari dan SDN di Desa Sidorejo. Kemudian, bangunan SDN lain yang ada di wilayah Kecamatan Bonang yang terkena rob adalah SDN 1, SDN 2, dan SDN 3 Desa Purworejo.
Untuk SDN 4 Purworejo masih aman. Kendati demikian, untuk akses ke lokasi tetap terganggu banjir rob yang terjadi setiap saat.
Sekolah lain yang terkena imbas rob adalah SDN 1 Desa Margolinduk dan SDN 1 Desa Morodemak. Sedangkan, SD lainnya aman.
“Upaya penanganan teknis bukan kewenangan kita. Tapi sudah menjadi wilayah atau ranah pemerintah daerah,” kata Ketua Kelompok Kerja Pengawas Sekolah Dasar, Suwarjo.
Menurutnya, sebagai pengawas SD, pihaknya hanya bertugas memberikan motivasi kepada guru agar tetap bersemangat dalam menjalankan proses belajar dan mengajar di sekolah. Meski kondisinya kena rob, proses belajar harus tetap berjalan sebagaimana mestinya.
“Bagaimanapun situasinya, pemberian pembelajaran guru kepada siswa tetap berjalan. Tentu, ini menjadi tantangan bagi para guru dalam menjalankan tugasnya sehari-hari di sana atau di lokasi sekolah yang menjadi tempatnya mengajar,” ujarnya.
Suwarjo menambahkan, sekolah yang kena rob dan abrasi memang sudah berlangsung bertahun-tahun. Karena itu, selaku pengawas, pihaknya selalu mengingatkan sekaligus menguatkan para guru yang bertugas agar tetap fokus mendidik anak didik dan mengantarkan mereka menjadi anak yang cerdas dan berpendidikan.
“Apapun itu, tugas pembelajaran adalah tugas utama yang dilaksanakan seorang guru. Guru bertanggung jawab untuk memberikan layanan terbaik bagi anak didiknya sehingga tujuan pengajaran di sekolah sesuai harapan,” ujarnya.
Dia menuturkan, tantangan guru yang mengajar atau bertugas di pesisir tidak hanya dihadapkan pada persoalan bagaimana terus meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) saja. Namun, juga dihadapkan pada persoalan lingkungan yang terkena rob
“Jadi, ini betul-betul menjadi tantangan guru, termasuk kita sebagai pengawas. Sebab, lokasi pengawasan adalah sebagian diantaranya yang ikut kena rob dan abrasi ini,” katanya.
Suwarjo menceritakan, saat melakukan pengawasan di SDN Purworejo, Kecamatan Bonang misalnya, kondisinya memang cukup memprihatinkan. Sebab, sekolah terendam rob hingga membasahi lantai sekolah.
“Saya merasakan sendiri saat penilaian di SDN 1 Purworejo, Bonang, saya tidak bisa langsung mengendarai motor ke sekolah yang dituju. Tapi, saya harus naik angkot Isuzu. Ruang kelas kebanjiran. Inilah salah satu tantangan di dunia pendidikan yang ada di pesisir Demak ini,” ujarnya.
Menurutnya, jika melihat data yang ada, hampir 20 sekolahan SDN yang kena dampak rob. Tentu, ini berpengaruh terhadap pembelajaran yang ada di kelas. Kalau pas rob naik pukul 09.00, maka siswa dipulangkan.
“Apalagi kalau kita lihat, rob selalu hadir tiap saat ini cukup mengganggu proses belajar mengajar. Meski demikian, alhamdulillah, saya lihat, para guru tetap semangat,” katanya. (*)