Editor: Ismu Puruhito
SEMARANG – Proyek Semarang Outer Ring Road (SORR) atau Jalan Lingkar Semarang kembali disorot. Sebab, proyek yang sudah dicanangkan sejak 2010 silam ini hingga sekarang belum ada progres berarti. Proyek ini terkesan mandek atau jalan di tempat. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang mendesak agar rencana pembangunan SORR segera dilakukan. Sebab, kebutuhan untuk memecah keramaian lalu lintas di Kota Semarang sudah mendesak.
“Jalur lingkar utara dan selatan harus segera direalisasikan. Terutama untuk jalan utama kendaraan-kendaraan berat yang melintas di Kota Semarang,” kata anggota Komisi C DPRD Kota Semarang, Suharsono, Sabtu (22/9/2017).
Saat ini, kondisi lalu-lintas di Kota Semarang semakin padat. Kendaraan berat yang melintas masih bercampur dengan kendaraan pribadi di jalur protokol. “Kalau sudah ada jalur SORR, harapannya kecelakaan truk kontainer seperti di Jalan Arteri Yos Sudarso beberapa hari lalu tidak terulang lagi. SORR harus segera direalisasikan,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Suharsono, jalan lingkar utara dan selatan untuk memecah keramaian sehingga bisa mengurai kemacetan. Masyarakat juga aman dan nyaman karena keselamatan berlalu lintas lebih diperhatikan. “SORR ini diharapkan juga bisa meningkatkan percepatan ekonomi. Karena Jalan Arteri Semarang akan langsung terhubung Arteri Kendal. Begitupun Jalan Arteri Semarang terhubung Demak dan Ungaran,” katanya.
Tentunya, hal ini bisa memercepat investasi di Kota Semarang. “Berdasarkan hasil koordinasi Komisi C dan Dinas Pekerjaan Umum Kota Semarang, 2017 ini pembebasan lahan untuk pembangunan jalan lingkar ini sudah disiapkan. Bahkan tahun ini beberapa lahan sudah dibebaskan,” katanya.
Sekretaris Bappeda Kota Semarang, M Farchan sebelumnya mengatakan, Semarang Outer Ring Road memiliki total panjang 62.547 kilometer. Pembangunan jalan ini direncanakan menjadi jalur alternatif untuk memecah arus lalu-lintas
agar Kota Semarang terbebas dari kemacetan. “Ruas jalan SORR ini merupakan jalur lingkar yang menyisir pinggir Kota Semarang. Mulai pantai dari kawasan pantai Kabupaten Kendal, kawasan Tugu, kawasan pelabuhan, kawasan Genuk sampai Kawasan Pantai Kabupaten Demak. Sedangkan di wilayah Selatan, mulai Mangkang, Mijen, Cangkiran, Gunungpati, hingga Ungaran. Selanjutnya Tembalang, Pedurungan hingga Genuk,” katanya.
Pembangunan SORR mulai dari Mangkang-Mijen memiliki panjang 10 km. Diperkirakan akan ada 400 bidang tanah, berupa bangunan dan juga lahan kosong yang akan terkena dampak. Selain melakukan invetarisasi untuk pembebasan lahan untuk wilayah Mangkang-Mijen, pihaknya mengaku juga mempersiapkan untuk tahap 2 yakni Mangkang – Arteri Yos Soedarso sepanjang kurang lebih 7 km. Pendataan awal, konsultasi publik, penetapan lokasi, telah dipersiapkan oleh tim persiapan. “Kalau itu sudah selesai, nanti akan ada tim pelaksanaan,” ujarnya.
Sedangkan untuk lanjutan jalur lingkar Cangkiran – Ungaran, Genuk-Meteh dan Meteseh – Pudakpayung, saat ini masih dalam proses penyelesaian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) dan Land acquisition and Resettlement Action Plan (Larap). “Diperkirakan akhir tahun ini selesai dan selanjutnya menyusul untuk proses pembebasan lahan,” katanya. (*)