in

Protes Eksploitasi Alam Berdalih Pembangunan, Delapan Fotografer Gelar Pameran Foto

Ada obsesi membentuk sebuah dunia yang lebih baik. Dunia yang berdasarkan kerjasama bukan eksploitasi.

Pameran foto bertajuk Sustainable Living, Another World is Possible di Tanasurga Kota Salatiga, Jumat-Minggu (11-13/2/2022). (istimewa)

SALATIGA (jatengtoday.com) – Delapan fotografer menggelar pameran foto bertajuk Sustainable Living, Another World is Possible di Tanasurga Kota Salatiga, Jumat-Minggu (11-13/2/2022). Mereka adalah Mohammad Reza Gemi Omandi, Tri Wahyu Prasetyo Indra Purnomo, Franciscus Satriya W, Candra Firmansyah, Novita Go, dan Hermawan Arga Firdaus.

Pemeran foto ini memotret bagaimana bencana lahir akibat eksploitasi alam berdalih pembangunan. Termasuk krisis iklim yang ditandai dengan pemanasan global.

Berbagai karya ditampilkan dengan tema yang berbeda dari penerapan gaya hidup yang tidak konsumtif di Belanda, bertani secara organik sampai pengolahan limbah tahu menjadi biogas di beberapa daerah di Jateng.

“Tema-tema fotografi ini diangkat untuk menjawab tema besar pameran ini tentang pentingnya hidup yang berkelanjutan. Tema-tema foto ini juga untuk menunjukkan bahwa ada dunia lain dengan tatanan alternatif yang kita bisa lakukan,” kata Candra Firmansyah, salah satu kurator foto pameran ini.

Pemilihan tempat pameran pun dipertimbangkan. Tanasurga merupakan, sebuah resto berbasis organik yang mengedukasi masyarakat untuk mencintai dan menjaga alam dengan mengonsumsi makanan organik dan mendaur ulang sampah, baik organik dan nonorganik.

“Tanasurga ingin menjadi bagian dalam menciptakan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga alam dan lingkungan, dan secara aktif terlibat dalam menciptakan sebuah dunia yang lebih baik. Dunia yang berdasarkan kerjasama bukan eksploitasi,” kata Setyo Budi, owner Tanasurga.

Pencemaran Limbah

Reza menampilkan karya perajin tahu di Kalisari Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Dulu, para perajin mengalirkan limbah ke Kali tengah yang berada di desa tersebut hingga baunya menyengat.

Saat ini dari 280 perajin, sebanyak 154 di antaranya telah mengolah sekira 70 ribu liter per hari. Bahkan menghasilkan instalasi Biogas Limbah Tahu (Biolita) yang mampu menyuplai kebutuham gas di 142 rumah tangga.

Sementara untuk limbah padat yang sebelumnya hanya dijadikan pakan ternak, saat ini dikembangkan menjadi kerupuk tahu, nata de soya, pupuk organik, dan menjadi tepung.

“Kalisari adalah contoh desa yang menjadi kampung mandiri energi dengan mengolah limbah sekaligus mengurangi kadar emisi,” jelasnya.

Pengolahan Sampah

Selain pameran foto, diisi kegiatan live music, pameran foto, instalasi seni serta workshop pengolahan sampah.

Workshop pengolahan sampah bekerjasama dengan Galeri Ijo Lumut, yang bergerak dalam daur ulang sampah plastik, dan karang taruna setempat yang akan terlibat dalam membuat bank sampah baru.

“Kita harus percaya bahwa ada ‘dunia lain’ yang bisa kita bangun, sebuah dunia yang mengedepankan asas keberlanjutan. Misalnya dengan melakukan kegiatan produksi tanpa merusak alam, memanfaatkan sumber daya alam seperlunya dan turut serta dalam mengembalikannya melalui kegiatan pelestarian,” kata Kristanto Irawan Putra, Direktur Galeri Ijo Lumut. (*)