in

Prihatin Soal Keseimbangan Alam, Komunitas Latar Kalitan Gelar Festival Sumur Wali

Festival Sumur Wali, diisi dengan lomba menggambar tingkat TK dan SD, fashion show batik, pameran produk karya, talk show, tari kreasi, pembacaa puisi, drumblek, teater dan band.

SALATIGA (jatengtoday.com)  – Pembangunan yang dilakukan seringkali mengabaikan keseimbangan alam. Sumber-sumber air semakin menipis karena lahan dan pohon dikalahkan beton. 

Berawal dari hal tersebut, komunitas Latar Kalitan dan Karang Taruna Grogol Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga menggagas even Festival Sumur Wali 2023.

“Kampung Grogol ini memiliki Sumur Wali yang saat ini debit airnya terus berkurang, bahkan dari dua sumur, saat ini hanya satu sumur yang ada airnya,” kata Ketua Panitia Festival Sumur Wali, Teni Ardian, Jumat (29/9/2023). 

“Saat ini banyak pembangunan, tapi lupa menanam pohon. Karenanya kami mengadakan festival ini agar upaya pelestarian lingkungan dilakukan dengan riang gembira. Selain itu kami juga mengajak untuk mengelola sampah untuk daur ulang, anak sekolah yang membawa sampah, bisa ditukar dengan sayuran,” kata Teni. 

Festival Sumur Wali, ungkapnya, diisi dengan lomba menggambar tingkat TK dan SD, fashion show batik, pameran produk karya, talk show, tari kreasi, pembacaa puisi, drumblek, teater dan band. “Kami melibatkan lintas generasi, karena upaya penyelamatan alam dan sumber air memang membutuhkan energi berkelanjutan,” terang Teni. 

Teni mengungkapkan Festival Sumur Wali 2023, mengkolaborasikan aktivitas adat kearifan lokal dengan gerakan penyelamatan lingkungan. “Dengan cara-cara ini kami berharap pesan utama Festival Sumur Wali ini dapat tersampaikan dengan baik,” ujarnya. 

Guru SD Negeri 3 Dukuh Oktania Herdiani mengapresiasi pelaksanaan Festival Sumur Wali 2023. “Kami sejak tahun ajaran baru sudah mengajak siswa untuk mendaur ulang dan memilah sampah, jadi ini sejalan dengan program sekolah kami,” ujarnya. 

Menurutnya, para siswa sangat antusias dengan program pengolahan sampah. “Sampah yang dikumpulkan ada yang dijual, ada yang dijadikan kerajinan, termasuk kompos karena bermanfaat untuk tanaman,” ujarnya. (*)