SEMARANG (jatengtoday.com) – Tepat pada Hari Raya Idul Fitri 1442 H, dipastikan petugas kebersihan maupun tenaga truk pengangkut sampah di Kota Semarang diliburkan. Hal itu diperkirakan berpotensi mengakibatkan penumpukan sampah rumah tangga di Kota Semarang.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang Sapto Adi Sugihartono membenarkan hal tersebut. “Kami tetap memberikan kesempatan kepada petugas kebersihan maupun tenaga truk pengangkut sampah untuk menjalankan Salat Idul Fitri. Pada malam harinya nanti petugas baru bisa kerja lagi,” terangnya, Senin (10/5/2021).
Maka dari itu, pihaknya meminta agar masyarakat untuk mengantisipasi agar tidak terjadi penumpukan sampah selama petugas libur. Dia mengakui saat Lebaran produksi sampah seperti kaleng bekas tempat roti, parsel dan plastik cukup banyak.
“Apalagi selama ini banyak masyarakat yang work from home (WFH). Sehingga produksi sampah semakin meningkat. Kami berharap warga bisa membuang sampah sendiri ke TPS saat petugas libur, terutama yang sampahnya sedikit. Tujuannya agar sampah tidak menumpuk di depan rumah,” ujarnya.
Namun dia memastikan, pada malam hari setelah libur Idul Fitri, petugas segera mengangkut sampah untuk dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang. “Diangkut malam hari juga bertujuan untuk menghindari kepadatan lalu-lintas,” katanya.
Dikatakannya, pola kerja ini baru diterapkan di Kota Semarang, sehingga diperlukan menambah alat berat dan penerangan di TPA Jatibarang.
“Untuk pengangkutan sampah malam hari ini perlu lebih waspada. Karena sampah di TPA tersebut ada berbagai macam benda seperti pecahan kaca, besi dan lain-lain. Sehingga petugas harus lebih berhati-hati, selain bisa melukai juga bisa memicu kerusakan armada,” katanya.
Pihaknya mengaku juga akan menyiapkan armada dan petugas untuk menyisir sampah di pinggir jalan pada hari selanjutnya.
“Kami meminta agar masyarakat bisa memilah-milah sampah. Mana jenis sampah yang tidak bisa didaur ulang dan mana sampah organik yang bisa dikumpulkan sehingga bisa memiliki nilai ekonomis,” katanya.
Tujuannya agar masyarakat memiliki kesadaran terkait pengelolaan sampah secara baik. Apalagi kapasitas TPA Jatibarang saat ini semakin berkurang.
“Bank sampah yang ada di setiap kelurahan agar bisa dimanfaatkan, sehingga tidak semua sampah dibawa ke TPA Jatibarang,” ujarnya.
Hingga saat ini, pihaknya mencatat rata-rata produksi sampah di Kota Semarang pada masa pandemi Covid-19 berkisar 700-800 ton per hari. “Jumlah ini ada penurunan dari sebelum pandemi yang mencapai 1.000 ton per hari,” ungkap dia. (*)
editor: ricky fitriyanto