KUDUS (jatengtoday.com) – Sejumlah perajin pisau di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mulai menghentikan aktivitas produksinya karena minimnya permintaan di pasaran. Padahal harga bahan baku mulai merangkak naik.
“Kami mencatat lebih dari tiga perajin pisau di sentra pisau Bareng Kudus yang lebih memilih menghentikan aktivitas produksinya karena tidak bisa menjual pisau ke pasaran,” kata salah satu perajin pisau di Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Sahri Baedlowi, Rabu (6/1/2021).
Selain itu, kata dia, harga bahan baku juga naik, di antaranya stainless steel. Harga jual saat ini berkisar Rp 15.000 per kilogram dari sebelumnya berkisar Rp 12.000 per kilogram.
Bahan baku lain yang mengalami kenaikan, lanjut dia, seperti bahan baku untuk membuat gagang pisau yang terbuat dari pipa besi. Kenaikan harga yang sedikit sekalipun bagi perajin pisau sangat berpengaruh terhadap keuntungan.
Menurut Sahri, kenaikan harga bahan baku, tidak secara otomatis bisa menaikkan harga jual pisau karena permintaan pasar juga menurun. Harga jual pisau dengan gagang terbuat dari bahan aluminium untuk ukuran kecil per kodi Rp 32.000, sedangkan berukuran besar mencapai Rp 80.000.
Daya Beli
Sejak masa pandemi Covid-19, permintaan pisau di sentra pisau Desa Hadipolo terus turun. Hingga akhirnya para perajin memutuskan untuk menghentikan produksinya.
“Bagi perajin yang masih bertahan, biasanya tidak hanya mengandalkan penjualan secara konvensional melainkan juga memasarkannya secara daring. Saya juga mengandalkan penjualan secara daring karena penjualan ke pasar-pasar tradisional maupun pengepul sudah jarang. Permintaan cenderamata pisau untuk acara pernikahan juga sudah tidak ada lagi,” ujarnya.
Ia menduga daya beli konsumen memang turun, sedangkan pisau bukanlah komoditas utama sehingga tidak menjadi prioritas ketika kondisi ekonomi masyarakat tengah turun.
Untuk mendongkrak sektor kerajinan pisau, diharapkan ada uluran tangan dari pemerintah.
“Bantuan untuk pelaku UMKM juga diusulkan per kelompok agar bisa mendukung aktivitas usaha. Jika per pelaku usaha, dimungkinkan bantuannya cenderung untuk pemenuhan kebutuhan konsumtif,” ujarnya. (ant)
editor : tri wuryono