in

Perkenalkan Konsep Ekonomi Sirkular, Dorong Ibu-ibu Kelola Sampah Jadi Nafkah

Para pelaku yang terlibat dalam pengelolaan sampah membentuk jejaring.

Tim Mulung Parahita saat mengumpulkan sampah plastik di Dermaga Samudera 2, Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, pada Rabu, 3 Agustus 2022 lalu.

SEMARANG (jatengtoday.com) – Pengelolaan daur ulang sampah selama ini dinilai belum terorganisasi dengan baik. Kondisi ini membuat Mulung Parahita—perusahaan berbasis komunitas yang intens di bidang penanganan sampah, mengambil peran untuk menjembatani para pemilah dan pengepul sampah untuk berjejaring.

Analis Sistem Mulung Parahita, Fika mengatakan, ibu rumah tangga memiliki peran penting dalam upaya memilah sampah di tingkat rumah tangga.

“Pemilahan sampah adalah faktor penting dalam penanganan sampah. Termasuk juga kolektor,” katanya dalam kegiatan The Rising Tide di  Dermaga Samudera 2, Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang, Kamis (4/8/2022).

Menurut Fika, selama ini pengelolaan sampah belum terorganisasi dengan baik. Maka dalam pengelolaan sampah ini menggunakan konsep penerapan ekonomi sirkular. Para pelaku yang terlibat dalam pengelolaan sampah membentuk jejaring.

“Kami ciptakan platform digital untuk menyatukan semua user. Kami ingin semua terjaring,” katanya.

Fika menyebut, saat ini Mulung Parahita telah menjaring sebanyak 2600 user. Mereka kebanyakan berbasis di Bali. “Kami sediakan poin dari aplikasi. Setelah request jemput sampah, user dapat poin yang bisa ditukar tapcash. Bisa untuk belanja, isi bensin dan sebagainya,” katanya.

Fika menyebut di Gianyar Bali, para ibu rumah tangga antusias mengelola sampah plastik. Mereka bahkan bisa memeroleh jutaan rupiah dalam sebulan dari mengelola sampah.

“Untuk sampah botol plastik, 1 kg nilainya 3000 poin atau Rp 3000,” katanya.

Mulung Parahita bekerjasama dengan sejumlah perusahaan untuk memanfaatkan atau mendaur ulang sampah-sampah yang telah dikumpulkan. Dalam program ini, Mulung Parahita didukung Le Minerale. Mereka melakukan sosialisasi gerakan ekonomi sirkular di sepanjang jalur yang dilalui kampanye The Rising Tide dari Bali menuju Jakarta selama 30 hari. Perjalanan tersebut dimulai pada 18 Juli 2022 hingga 17 Agustus 2022.

Mulung Parahita juga akan bekerjasama dengan TNI AL untuk mengerahkan desa binaan dan keluarga besar TNI untuk terlibat aktif dalam kampanye mengelola sampah plastik.

BACA JUGA: 5 Cara Kelola Sampah secara Bijaksana

Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Konservasi Lingkungan Hidup, DLH Kota Semarang, Didik Agung mengatakan Pemerintah Kota Semarang mendorong gerakan implementasi ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampah hulu perkotaan. Sejauh ini, di Kota Semarang telah berjalan pengelolaan sampah. Ada 480 bank sampah di Kota Semarang.

“DLH sudah melakukan pemilahan sampah. Pemilahan sampah dari rumah tangga setidaknya mampu mengurangi 30 persen sampah yang dibawa ke TPA,” katanya.

BACA JUGA: Perpanjang Umur TPA Jatibarang, Kelola 220 Bank Sampah Berbasis Masyarakat

Kota Semarang sendiri merupakan daerah penghasil sampah yang cukup besar, yaitu mencapai 1270 ton sampah per hari. Sebanyak 900 di antaranya dikirim ke tempat pembuangan akhir atau TPA.

“Selain melakukan pembinaan, kami juga menjembatani bank sampah dengan perusahaan mitra,” katanya. (*)

Abdul Mughis