in

Pentas Wayang Potehi di Klenteng Tay Kak Sie Sepi, Dalang: Ini Pertunjukan untuk Dewa

SEMARANG (jatengtoday.com) – Pentas Wayang Potehi digelar beberapa hari ini di halaman Klenteng Tay Kak Sie, Semarang. Namun sayangnya pertunjukan kesenian khas Negeri Tirai Bambu tersebut terbilang sepi. Hanya segelintir orang saja yang berminat menonton.

Menurut Alfian selaku dalang, pemandangan semacam ini sudah menjadi hal yang lumrah. Namun, ia tidak mempermasalahkannya. Sebab, pertunjukan yang berlangsung hampir satu bulan ini, merupakan persembahan untuk para Dewa.

Grup Wayang Potehinya diminta pihak klenteng tampil untuk merayakan kedatangan kimsin Yang Suci, Poo Seng Tay Tee ke-159. “Jadi tugas kami untuk menghibur Dewa. Kalau ada manusia yang nonton, itu cuma bonus saja,” ujarnya, Jumat (21/6/2019).

Alfian sendiri bukan warga lokal Semarang. Ia bersama grup Fu Ho An datang jauh dari Gudo, Jombang, Jawa Timur. Ia diminta tampil sejak 10 Juni hingga 3 Juli 2019. Setiap harinya dia tampil dua kali. Pukul 15.00-17.00 dan 19.00-21.00.

Menurut pengakuan Alfian yang sudah tampil di berbagai kota, antusiasme warga Kota Semarang terbilang cukup tinggi, meskipun pementasan di Tay Kak Sie ini cenderung sepi. “Sebenernya kalau mau jujur, di Semarang termasuk ramai. Kalau malam biasanya lebih rame daripada sore seperti ini,” jelasnya.

Di samping itu, Alfian juga menjelaskan terkait Wayang Potehi. Menurutnya, tradisi ini bukanlah sekadar pertunjukan budaya. Namun oleh warga Tionghoa dianggap sebagai ritual doa dan persembahan.

“Dengan mempersembahkan Wayang Potehi kepada para Dewa, pemesan berharap hajatnya dikabulkan, atau persembahan sebagai rasa syukur atas rezeki yang diterima,” tuturnya.

Karena itu, setiap pembukaan Wayang Potehi selalu disertai ritual doa dengan menyebut nama pemesan. Alfian mengaku mendapat beragam pesanan pertunjukan Wayang Potehi. Dari yang hanya satu kali cerita berdurasi dua jam, sehari penuh, bahkan sebulan penuh, tergantung pemesan.

Cerita Wayang Potehi sendiri sebagian besar berseri, seperti cerita-cerita tentang sejarah klasik kerajaan di Tiongkok. Keberadaan kesenian ini sendiri sudah ada sejak masa Dinasti Jin pada tahun 265 hingga 420 Masehi.

Di Tay Kak Sie ini, ia bersama timnya memainkan cerita Lo Thong Shou Pak dari Dinasti Tong Tiauw. “Cerita ini saya bawakan selama satu bulan. Modelnya berseri. Jadi cerita malam kemarin yang bersambung malam ini sampai kisahnya tuntas,” tand
asnya. (*)

editor: ricky fitriyanto

Baihaqi Annizar