in

Penghuni Sunan Kuning Minta Pengentasan Prostitusi hingga Tuntas, Tak Sekadar Diberi Uang Saku

Kalau sekadar menutup lokalisasi, lanjut dia, adalah mudah bagi pemerintah. Tapi mengentaskan para anak asuh ini butuh keseriusan, waktu, perhatian, dan dana. “Itu kalau tujuan penutupan lokalisasi untuk melakukan pengentasan anak asuh lho. Sehingga para anak asuh bisa mandiri. Tapi kalau tujuannya hanya sekadar menutup lokalisasi tanpa tindak lanjut, maka praktik prostitusi akan tetap terjadi di tempat lain,” ungkapnya.

Maka dari itu, EL berharap pemerintah tidak sekadar menutup lokalisasi. Tetapi juga melakukan upaya pendampingan hingga para anak asuh ini bisa mandiri. “Jika tidak, saya yakin para anak asuh akan tetap kembali melakukan hal yang sama. Ini masalah perut, kami di sini bekerja untuk mencukupi kebutuhan,” katanya.

Ketua LSM Lentera Asa, Ari Istiadi, mengungkapkan hal terpenting dalam penutupan lokalisasi adalah bagaimana pemerintah melakukan upaya penanganan para WPS maupun warga lain yang terkena dampak. Sehingga tidak hanya sekadar menutup lokalisasi. “Kami berharap ada kejelasan dari pemerintah setelah lokalisasi ditutup. Akan dibawa ke mana para WPS ini?” ujarnya.

Menurutnya, upaya pemerintah mengenai penanganan pasca lokalisasi ditutup belum sepenuhnya mencapai titik serius. Sebab sejumlah pihak masih merasa banyak yang dirugikan. “Kami sangat menyayangkan apabila penutupan lokalisasi ini justru berdampak banyaknya masyarakat yang dirugikan,” tegasnya.

Sementara Kasi Tuna Sosial dan Perdagangan Orang Dinas Sosial (Dinsos) Kota Semarang, Anggie Ardhitia mengatakan, penutupan lokalisasi Argorejo merupakan perintah langsung dari presiden. Rencana ini bergulir di masyarakat sejak 2017 silam. Saat ini bukan menjadi isu semata. Artinya, pemerintah telah menyiapkan segala sesuatu dan membutuhkan proses panjang. “Kami diperintahkan oleh gubernur dan wali kota bahwa harus bisa menyelesaikan dengan sebaik-baiknya sebelum penutupan. Tentunya harus bisa memanusiakan manusia,” katanya.

Anggie menjelaskan, Dinas Sosial selama ini telah melakukan persiapan penanganan dengan memberikan berbagai keterampilan. Harapannya, keterampilan tersebut bisa bermanfaat untuk dikembangkan oleh para anak asuh. “Kami juga selalu terbuka atas semua pertanyaan. Bukan hanya di forum, tapi kapanpun dan di manapun kami siap membantu,” katanya.

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, FTIK Universitas Semarang, Fajrinoor Fanani bangga mahasiswa Komunikasi Gender mampu berperan menjembatani permasalahan penutupan lokalisasi Argorejo tersebut. “Kami berharap kepedulian mahasiswa terhadap isu sosial seperti ini bisa dirawat,” katanya. (*)

editor : ricky fitriyanto