SEMARANG (jatengtoday.com) – Pengamat Transportasi Jawa Tengah, Djoko Setijowarno pesimistis terhadap rencana Pemkot Semarang yang ingin membangun transportasi umum dalam kota berbasis rel.
Saat ini, Pemkot masih dalam proses pemilihan jenis transportasi dan sudah mengerucut pada dua pilihan. Yaitu antara menghidupkan Semarang Trem atau menghadirkan Autonomous Rail Transit (ART).
“Kota Surabaya saja yang sudah punya DED sudah menyerah tidak akan mengaktifkan trem,” ujar Djoko yang juga Akademisi Unika Soegijapranata, saat dihubungi.
Menurutnya, untuk kasus di Surabaya dan kota-kota lain, dalam perjalannnya banyak kendala yang dihadapi. Terutama berkaitan dengan anggaran. Hal tersebut dimungkinkan juga bakal terjadi di Kota Semarang.
“Yang jelas kalau mau membangun menggunakan anggaran dari mana? Anggaran Pemkot jelas tidak mungkin. APBD tidak cukup. Pusat juga tidak, tidak ada dalam Ripnas (Rencana Induk Perkeretaapian Nasional),” jelas Djoko.
Dia menyayangkan terhadap sikap beberapa kepala daerah yang demam Trem atau LRT. Kalaupun sudah melakukan MoU dengan investor, biasanya hanya sebatas janji.
Bagi Djoko, daripada mewacanakan itu lebih baik membenahi dan mengoptimalkan Bus Trans Semarang yang sudah ada. “Masih banyak kawasan perumahan dan pemukiman yang belum dilayani,” ungkapnya.
Hingga sekarang, belum diketahui pasti berapa persen terjadi perpindahan dari pengguna kendaraan pribadi ke Trans Semarang. Yang ada hanya dari pengguna angkot ke Trans Semarang.
“Adanya Trans Semarang untuk membantu lalu lintas di Semarang supaya tidak terjadi kemacetan. Bukan sekedar mengalihkan pengguna angkot ke Bus Trans Semarang,” tegas Djoko.
Sebelumnya, sebagai upaya mewujudkan transportasi umum berbasis kereta, Pemkot Semarang melakukan MoU dengan PT Kereta Api Indonesia di Kantor Wali Kota Semarang, Jumat (11/10/2019).
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menganggap, pemilihan moda transportasi Trem atau ART tersebut karena dinilai dapat berdampak positif pada sektor pariwisata Kota Semarang. (*)
editor : ricky fitriyanto