in ,

Pemkot Genjot Potensi Empat Agrowisata

SEMARANG – Banyaknya perkebunan di Kota Semarang membuat pemkot setempat menggagas untuk menggenjot potensi agrowisata. Tidak tanggung-tanggung, empat agro bakal dikemas menjadi wisata. Yakni Agro Purwosari, Agro Cepoko, Agro Wates, dan Agro Plalangan.

Sejauh ini, wilayah Kecamatan Ngaliyan, Gunungpati, dan Mijen terkenal dengan durian. Saat musim durian seperti sekarang tiga kecamatan itu lumrah menjadi serbuan penikmat durian. Melihat fenomena itu, Pemkot makin serius untuk menggarap agrowisata di sana.

Kepala Dinas Partanian Kota Semarang, Wahyu Permata Rusdiana mejelaskan, dari keempat agrowisata yang tengah digenjot, Agro Purwosari dan Agro Cepoko sedang dalam proses penggarapan. Ditargetkan akhir 2018 selesai, dan diharapkan bisa diteruskan untuk penggarapan Agro Wates, dan Agro Plalangan. “Ini memang sudah masuk di RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah), sudah direncanakan ada empat agro tersebut,” ucapnya.

Pihaknya mengaku sedang fokus menggarap Agro Purwosari di Kecamatan Mijen. Di lahan seluas 16 hektar tersebut, rencananya akan dibangun dua green house, untuk hidroponik dan buah-buahan. ” Ada juga fasilitas gazebo-gazebo, jalan, ternak, dengan konsep eduwisata agro,” imbuhnya.

Pihaknya juga akan mengembangkan beraneka ragam buah-buahan di lokasi eduwisata agro tersebut. Sehingga masyarakat bisa menikamati suasana sejuk di kebun buah sembari belajar tentang agro. Ada berbagai inovasi penanaman buah, mulai dari durian, sirsat madu, jambu kristal, klengkeng, jambu air, jambu citra, jambu darsono, jeruk dan lain-lain. “Misalnya buah durian, bagaimana agar bisa berbuah di luar musim. Saat ini, setiap bulan bisa panen, setidaknya hingga Apri-Mei 2018,” katanya.

Dikatakannya, potensi durian di Kota Semarang cukup menggembirakan. Diperkirakan selama satu tahun bisa mencapai 50.000 ton, dari jumlah tanaman durian kurang lebih 200-300 ribu tanaman yang terdata. “Itu ada yang tidak produktif. Biasanya usia pohon durian yang produktif berkisar antara berusia 5-20 tahun. Kalau sudah 25 tahun harus diganti dengan tanaman baru. Bahkan jenis durian di Kota Semarang diperkirakan mencapai ribuan. Tetapi yang sudah didata ada kurang lebih 200-an jenis. Misalnya durian kholil, sidandang, ketan, tembaga, montong gunungpati (Monti) dan lain-lain. Salah satunya, kami menggunakan teknologi irigasi tetes. Di setiap tanaman diberikan jaringan paralon air pancuran. Gunanya agar saat kemarau tetap optimal kebutuhan airnya. Tanaman durian itu butuh panas, butuh sinar, tapi airnya juga harus banyak. Kalau dia hanya kena air hujan saja dan kekurangan suhu panas, maka kualitas buah durian juga tidak sempurna. Jadi tidak manis,” katanya.

Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu berharap semua lahan milik Pemkot Semarang bisa berkembang. “Apalagi lahan tanah di Mijen sangat bagus. Kami berobsesi Mijen ini menjadi sentral pertanian selain Gunungpati. Kalau bisa, setiap jengkal tanah bisa dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Bisa durian, kelengkeng, jambu dan buah lainnya. Sebetulnya, potensi lahan pertanian di Kota Semarang ini tidak kalah dengan Medan, Jepara dan lainnya. Tapi sejauh ini banyak yang belum tergarap dengan baik,” katanya.

Dia berharap tidak hanya Dinas Pertanian saja, tetapi juga memerlukan peran serta masyarakat maupun Corporate Social Responsibility (CSR). “Jangan berpikir petani itu tidak kaya, tidak mampu dan seterusnya. Buktinya petani memiliki lahan potensial. Saya yakin akan luar biasa. Saya lihat, misalnya satu pohon durian saja bisa berbuah 50 biji bahkan hingga 250 biji. Apalagi kalau jumlah tanaman durian semakin banyak. Sekarang pertanian juga sudah didukung dengan pengetahuan teknologi, sehingga pengembangannya tidak hanya berpola konvensional. Tentunya, perlu inovasi untuk memercepat pembuahan. Bahkan saat ini tidak mengenal musim durian bisa berbuah. Ini juga akan dikembangkan sebagai salah satu daya tarik eduwisata agro,” katanya. (ajie mh)